Anda di halaman 1dari 25

Muhammad Syahrul (11171040000037)

Risca Hayatun Nikmah (11171040000058)


Anabella Jasmine N. (11171040000061)
Nurma Megawati (11171040000062)
Nur Ummi Ummayadah (11171040000065)
Meita Zwei N (11171040000066)
Nabila (11171040000070)
Alkamela Qisthi (11171040000073)

KEHAMILAN EKTOPIK

Kelompok 2B psik 2017

Maternitas 2
Definisi
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi
terjadi di luar endometrium kavum uteri (Saifuddin, 2011)
Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan ektopik melibatkan banyak faktor. Secara teoritis, semua
faktor yang mengganggu migrasi embrio ke dalam rongga endometrium dapat menyebabkan
kehamilan ektopik. Obstruksi merupakan penyebab dari separuh kasus kehamilan ektopik. Obstruksi
dapat terjadi karena inflamasi kronik, tumor intrauterin, dan endometriosis.
Menurut Saifuddin (2011), faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah
sebagai berikut:

• Faktor tuba • Faktor lain


• Faktor abnormalitas dari zigot
• Faktor ovarium
• Faktor hormonal
Klasifikasi
Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan tempat terjadinya implantasi dari
kehamilan ektopik, dapat dibedakan menurut :
– Kehamilan tuba adalah kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopi.
– Kehamilan ovarial merupakan bentuk yang jarang (0,5%) dari seluruh kehamilan
ektopik dimana sel telur yang dibuahi bernidasi di ovarium.
– Kehamilan servikal adalah bentuk dari kehamilan ektopik yang jarang sekali
terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lendir serviks.
– Kehamilan Abdominal
– Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan ektopik yang dapat terjadi bersama
dengan kehamilan intrauterin.
Klasifikasi
– Kehamilan interstisial yaitu implantasi telur terjadi dalam pars interstitialis tuba.
– Kehamilan intraligamenter
– Kehamilan tubouteina merupakan kehamilan yang semula mengadakan implantasi pada
tuba pars interstitialis, kemudian mengadakan ekstensi secara perlahan-lahan ke dalam
kavum uteri.
– Kehamilan tuboabdominal berasal dari tuba, dimana zigot yang semula megadakan
implantasi di sekitar bagian fimbriae tuba, secara beangsur mengadakan ekstensi ke
kavum peritoneal.
– Kehamilan tuboovarial digunakan bila kantung janin sebagian melekat pada tuba dan
sebagian pada jaringan ovarium.
Manifestasi Klinis
Ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan merasakan gejala pada usia
kehamilan 6-10 minggu. Adapun gejala dan tanda yang dirasakan antara lain: amenorea/
tidak haid; Nyeri perut bagian bawah; perdarahan per vaginam iregular (biasanya dalam
bentuk bercak-bercak darah); rasa sakit pada salah satu sisi panggul; tampak pucat; tekanan
darah rendah, denyut nadi meningkat, ibu hamil mengalami pingsan dan terkadang disertai
nyeri bahu akibat iritasi diafragma dari hemoperitoneum.
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya penderita
tidak menyampaikan keluhan yang khas. Pada umumnya penderita menunjukkan gejala-
gejala seperti pada kehamilan muda yakni mual, pembesaran disertai rasa agak sakit pada
payudara yang didahului keterlambatan haid.
Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum
uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara
kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur
selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini
dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot
endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh
lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena
pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis
menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan
dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor,
yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi
oleh invasi trofoblas.
Epidemiologi
– Kehamilan ektopik terjadi pada wanita dengan usia 20-40 thn
– . Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-
ekonomi rendah dan tinggal didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi
tuberkulosa yang tinggi
– Pemakaian antibiotik pada penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian
kehamilan ektopik terganggu.
– Kontrasepsi IUD juga dapat mempengaruhi frekuensi kehamilan ektopik terhadap
persalinan di rumah sakit.
Pemeriksaan penunjang
– Pemeriksaan panggul
– Pemeriksaan darah
– Pemeriksaan usg
– Culdocentesis
Penatalaksaan kehamilan
ektopik (ectopic pregnancy
Tatalaksana Expectant
– Tatalaksana expectant ini adalah tatalaksana tanpa
intrevensi baik medikamentosa maupun intervensi bedah.
Medikamentosa
– Obat yang paling umum digunakan sebagai terapi pada
kehamilan ektopik adalah methotrexate.
– kriteria pasien yang dapat mengikuti medikamentosa antara lain sebagai
berikut :
– Pasien harus memiliki kondisi hemodinamik yang stabil
– Pasien harus dan bisa dipercaya untuk dapat datang kembali untuk follow-up
– Pada pengukuran USG, ukuran hasil konsepsi tidak boleh lebih besar dari 4 cm
sebagai dimensi terbesarnya atau lebih dari 3.5cm jika dengan aktivitas jantung
janin
– Tidak adanya aktivitas jantung janin
– Tidak adanya bukti terjadinya ruptur
– Kadar β-hCG ≤000 mIU/Ml
– Keadaan yang merupakan kontraindikasi pemberian
methotrexate adalah:
– -Hipersensitivitas terhadap methotreaxte
– -Menyusui
– -Gangguan hepar
– -Blood disorder
– -Penyakit organ lain, seperti pada penyakit paru yang sedang
aktif, ulkus peptikum, disfungsi renal, alkoholisme, dan
imunodefisiensi
Pembedahan
– salpingektomi
– salpingostomi.
PENCEGAHAN
Pencegahan Primer
– Perbaikan dan peningkatan status gizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi
– Menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko kehamilan ektopik
– Memberikan dan menggalakkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
mengenai kehamilan ektopik
– Penggunaan kontrasepsi yang efektif
Pencegahan Sekunder
– Program penyaringan
– Diagnosa dini
– Terapi medikamentosa dan penatalaksanaan bedah
Pencegahan Tersier
Dengan program rehabilitasi (pemulihan kesehatan) yang ditujukan terhadap
penderita yang baru pulih dari Kehamilan Ektopik meliputi rehabilitasi mental dan
social
KOMPLIKASI
Menurut Syaifuddin (2008) kehamilan
ektopik ini akan mengalami abortus
atau rupture apabila masa kehamilan
berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi (misalnya di tuba). Yang
dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan masif, syok, Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC), dan
kematian
Asuhan keperawatan
Pengkajian
Gejala klinis
– Riwayat terlambat haid
– Gejala dan tanda kehamilan muda
– Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
– Terdapat aminore
– Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
– Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpuldalam peritoneum
– Riwayat gangguan tuba sebelumnya
Pemeriksaan Fisik
– TTV
– Inspeksi, Palpasi, Auskultasi
Pemeriksaan penunjang
– Laboraturium : Hematokrit, sel darah putih, kehamilan
Pemeriksaan penunjang Khusus
– USG
– Laparoskopi
– Laparotomi
– Kuldosintesis
Diagnosa
DIAGNOSIS KEPERAWATAN SLKI SIKI

Nyeri akut b.d ruptur tuba fallopi, Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri :
pendarahan intraperitonial. keperawatan diharapkan nyeri dapat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
berkurang atau terkontrol, dgn KH : kualitas, intensitas nyeri.
1. ibu dapat mendemonstrasikan teknik 2. identifikasi skala nyeri
relaksasi 3. identifikasi respon nyeri non verbal
2. tanda-tanda vital dalam batas normal 4. identifikasi faktor yg memperberat dan
3. ibu tidak meringis atau menunjukan raut memperingan nyeri.
muka yang kesakitan 5. identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
6. berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri (music, hypnosis, kompres hangat dingin dll)
7. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
8. jelaskan strategi meredakan nyeri.
9. kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Hipovolemia berhubungan Kriteria hasil: Manajemen Hipovolemia :
dengan kehilangan cairan 1. ibu menunjukan kestabilan/ 1.periksa tanda dan gejala hypovolemia
aktif d.d ruptur pada lokasi perbaikan keseimbangn cairan yang di 2. monitor intake dan output cairan
implantasi sebagai efek buktikan oleh tanda-tanda vital yang 3. Hitung kebutuhna cairan
tindakan pembedahan. stabil 4. berikan asupan cairan oral
2. pengisian kapiler cepat, sensorium 5. anjurkan menghindari perubahan posisi
tepat,serta (rekuensi berat jenis urine mendadak
adekuat. 6. kolaborasi pemberian cairan IV
7. kolaborasi pemeberian produk darah
Kurangnya pengetahuan Kriteria hasil: 1. Menjelaskan tindakan dan rasional yang
yang berhubungan dengan 1.ibu berpartisipasi dalam proses ditentukan untuk kondisi hemoragia
kurang pemahaman atau belajar 2. Berikan kesempatan bagi ibu untuk
tidak mengenal sumber- 2.mengungkapkan dalam istilah mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan
sumber informasi sederhana,mengenai patofisiologi dan kesalah konsep
implikasi klinis. 3. Diskusikan kemungkinanimplikasi jangka
ependek pada ibu/janin dari kedaan
pendarahan
4. Tinjau ulang implikasi jangka panjang
terhadap situasi yang memerlukan evaluasi
dan tindakan tambahan

Anda mungkin juga menyukai