Anda di halaman 1dari 23

EPILEPSI

DI SUSUN OLEH
NOVARINI DANIEL (1703028)
REZKY JULIAN SITORUS (1703033)
Y. TITIK WAHYUNINGSIH (1702044)

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2018
Definisi

Epilepsy adalah kompleks gejala dari beberapa


kelainan fungsi otak yang ditandai dengan terjadinya
kejang secara berulang. Dapat berkaitan dengan
kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau
kehilangan tonus atau gerakan otot, dan gangguan
prilaku suasana hati, sensasi dan persepsi (Brunner
dan suddarth, 2013).
Klasifkasi

1. Epilepsi umum Klasifikasi kejang


Grand mal. 1. Kejang mioklonik
Petit mal. 2. Kejang klonik
Epilepsi jenis focal / parsial 3. Kejang tonik
2. Epilepsi primer (idiopatik) 4. Kejang tonik-klonik
3. Epilepsi sekunder 5. Kejang atonik
(simtomatik)
Anatomi fisiologi

Neuron
Setiap neuron terdiri atas dendrit , badan sel, dan akson.
Dendrite adalah proyeksi kecil dari badan sel yang
mengirimkan impuls kebadan sel. Akson, rute panjang,
membawa impuls dari badan sel.

Sumber: google
Potensial aksi
Potensial aksi adalah impuls (gerakan listrik yang terjadi
disepanjang membran akson) yang memungkinkan neuron
untuk berkomunikasi dengan neuron dan sel tubuh lainnya.
Potensial aksi dimulai oleh stimulus dan disebarkan melalui
pergerakan ion listrik yang cepat disepanjang membran sel.
Ketika neuron mencapai level stimulasi tertentu, impuls listrik
dihasilkan dan terjadi di sepanjang akson. Impuls saraf terjadi
ketika stimulus mencapai titik yang sangat cukup
membangkitkan perubahan listrik diseluruh membran sel
neuron.
Sistem saraf pusat
terdiri atas otak, medulla spinalis, sekelompok neuron yang
sangat berkembang yang bekerja untuk menerima,
menghubungkan, mengintepretasi, dan menghasilkan respons
terhadap impuls saraf yang berasal dari seluruh tubuh.
Otak
Otak adalah pusat kontrol sistem saraf dan juga menghasilkan
pemikiran, emosi dan bicara. Otak memiliki 4 regio utama:
serebrum, diensefalon, batang otak dan serebelum.
Saraf kranial
Dua belas pasang saraf kranial berasal dari orak depan dan
batang otak.
Batang otak
Batang otak terdiri atas otak tengah, pons, dan medulla
oblongata.
Ventrikel
Otak terdiri atas 4 ventrikel, masing-masing ruang berisi cairan
serebrospinal (CSS). Keempat ventrikel tersebut dihubungkan
oleh saluran yang memungkinkan CSS bersirkulasi. Satu
ventrikel lateral terletak didalam tiap hemisfer.
Sraf spinal
31 pasang saraf spinal dinamakan menurut lokasinya: 8 pasang
saraf servikal, 12 pasang torakal, 5 pasang lumbar, 5 pasang
sacral, dan 1 pasang kogsigeal.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Epilepsi
1. Serangan secara tiba-tiba
2. Klien jatuh sambil berteriak.
3. Pernafasan sejenak berhenti dan saluran tubuh menjadi kaku ± 1-2 menit
4. Kesadaran hilang saat klien terjatuh ½ jam
5. Kencing keluar spontan
6. Air liur berbusa
7. Gerakan otomatis tanpa tujuan seperti: bertepuk tangan, mengecap-ecap
bibir dan kadang kembali mengingat masa lalunya
8. Halusinasi penglihatan dan pendengaran
9. Tidak mau bergaul
10. Mudah terangsang oleh musik dan cahaya.
Pemeriksaan Diagnostik

1. Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal


(cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk
meneliti kecurigaan meningitis.
2. EEG (elektroensefalogram) merupakan pemeriksaan yang
mengukur aktivitas listrik di dalam otak.
3. EKG (elektrokardiogram) Lakukan untuk mengetahui adanya
kelainan irama jantung sebagai akibat dari tidak adekuatnya
aliran darah ke otak, yang bisa menyebabkan seseorang
mengalami pingsan.
4. Pemeriksaan CT scan dan MRI
5. Pemeriksaan laboratorium
6. Pemeriksaan radiologis
Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa (sesuai indikasi, tipe
kejang dan sindrome epilepsi) Terapi non Farmakologi
 Fenitoin 4-6mg/kgBBbid  Fisioterapi
 Carbanazepin XR 15-18mg/kgBB bid
 Psikoterapi
 Asam valproate 20-60mg/kgBB od/bid
 Levetiracetam 20-40mg/kgBB bid Topiramat  Behavior Cognitive Therapy
3-9 mg/kg/BB Bid
 Lamotrigin 100-40-mg bid
 Oxcarbanazepin 300-900 mg bid
 Zonisamid 100-300mg bid
 Clonasepam 2-8mg bid
 Clobazam 10-30mg bidfenobarbital 2-4mg bid
 Fenobarbital 2-4mg/kgBB bid
 Gabapentin 300-900mg tid
 Pregabalin 150-600mg b/tid
Perawatan

Perawatan sebelum terjadi epilepsi


1. Mengurangi rasa takut terhadap kejang
2. Mengidentifikasi faktor-faktor pencetus kejang
3. Menghindari ketengangan
4. Menciptakan lingkungan yang nyaman
5. Menciptakan komunikasi terbuka klien dengan keluarga
6. Menghindari konsumsi alkohol
7. Menghindari makanan yang beralkohol misalnya tape
singkong
Tindakan saat terjadi epilepsi
1. Berikan privasi dan perlindungan pada penderita dari penonnton
yang ingin tahu
2. Menjaga agar penderita tidak terjatuh
3. Singkirkan semua perabot yang dapat mencederai penderita selama
kejang.
4. Melongkarkan pakaian
5. Memasang bantal dibawah kepala penderita.
6. Menggunakan alat yang dapat menghindar cedrera pada lidah seperti
sendok pada saat terjadinya kejang. Upayakan untuk mletakkan
sensok dianatara gigi karena saat kejang akan menatup kuat beresiko
cedera pada lidah
7. jika mungkin tempatkan penderita miring pada salah satu sisi untuk
menghindari lidah dan mudahkan pengeluaran saliva dan mukus
8. Jangan tinggalkan sendirian sampai kembali normal
Setelah kejang
1. Pertahankan pendeerita pada saat salah satu sisi untuk
mencengah aspirasi. Yakinkan bahwa jalan napas paten.
2. Penderta pada saat bangun harus berorientasi pada lingkungan
3. Jika penderita mengalami serangan berat setelah kejang, coba
untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut.
komplikasi

1. Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat


timbul akibat kejang yang berulang.
2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas
Edukasi

1. Edukasi Minum obat secara teratur


2. Edukasi Mengenai penginderaan faktor prncetus
3. Edukasi Kontrol ulang secara teratur
4. Edukasi Epilepsi pada saat kehamilan
Asuhan Keperawatan

1. Anamesa
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan sekarang dan
riwayat kesehatan keluarga.
4. Pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran, mata, mulut, ekstremitas
Diagnosis keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


spasme jalan nafas
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan hipoksia jaringan
3. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi afektor
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehataan
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
kognitif.
Sekian dan terimakasih

Anda mungkin juga menyukai