Catatan:
Banyak program komputer yang tersedia dan dapat
digunakan untuk membantu perhitungan limpasan
rencana.
DESAIN HIDRAULIK
Desain hydraulik mencakup penentuan lay-out jaringan drainase,
jenis saluran, dimensi, ukuran dan kemiringannya.
• Jenis gorong-gorong
• Bangunan khusus.
• Penyesuaian bangunan penahan bahan dari jembatan yang ada
ke jembatan baru.
• Penggunaan data tanah untuk menentukan parameter teknik yang
diperlukan untuk desain detail
PERSIAPAN PENGGAMBARAN
(b) Bangunan
o Tata Letak = 1 : 100 atau 1 : 50
o Penampang = 1 : 100 atau 1 : 50
o Detail = 1 : 10
DUKUMEN TENDER
Latar Belakang
• Pertumbuhan Penduduk dan kepadatan penduduk
menyebabkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan
• Perkembangan kawasan terbangun yang sangat pesat
sering tidak terkendali dan tidak sesuai dengan tata
ruang maupun konsep pembangunan yang
berkelanjutan
• Banyak kawasan-kawasan rendah yang
semula berfungsi sebagai tempat
penampungan air sementara (retarding pond)
dan bantaran sungai berubah menjadi tempat
hunian penduduk.
Berdampak pada rendahnya kemampuan
dan kapasitas drainase perkotaan dan
kapasitas prasarana pengendali banjir untuk
mengeringkan kawasan terbangun dan
mengalirkan ke pembuangan akhirnya yaitu
ke laut.
Memerlukan peningkatan pengelolaan
diantaranya mencakup bagaimana
merencanakan suatu sistem drainase
perkotaan yang berkesinambungan, yang
terdiri dari:
o Rencana Induk Drainase Perkotaan
o Studi Kelayakan Drainase Perkotaan
o Rencana detail (Detailed Engineering Design)
Memerlukan pedoman penyusunan
Konsep Drainase
Berwawasan Lingkungan
Paradigma baru:
lingkungan diselesaikan dengan memperhatikan kondisi
sumber daya air dan lingkungan di hulu, tengah dan hilir
secara komprehensif.
Drainase Pengatusan
2. Data Hidrologi
a) Data hujan minimal sepuluh tahun
terakhir.
b) Data tinggi muka air, debit sungai,
pengaruh air balik, peil banjir, dan data
pasang surut.
TEKNIK
3. Data sistem drainase yang ada, yaitu:
a) Data kuantitatif banjir/genangan yang
meliputi: luas, lama, kedalaman rata
rata dan frekuensi genangan berikut
permasalahannya serta hasil rencana
induk pengendalian banjir wilayah
sungai di daerah tersebut.
b) Data saluran dan bangunan pelengkap.
c) Data sarana drainase lainnya seperti kolam
tandon, kolam resapan, sumur-sumur
resapan.
Isu Strategis
• Ketegasan fungsi drainase:
berfungsi mengalirkan air hujan saja atau
dengan mengalirkan air limbah permukiman
(grey water).
• Pengaturan fungsi lahan basah.
• Pengendalian debit puncak
• Penanganan drainase belum terpadu.
• Kelembagaan dan kelengkapan peraturan
Tantangan
• Penurunan kualitas lingkungan permukaan
• Optimalisasi pelayanan dan efisiensi sarana dan
prasaran drainase yang sudah terbangun
• Peningkatan dan pengembangan sistem yang
ada, pembangunan baru secara ekektif dan
efisien menjangkau masyarakat berpenghasilan
rendah
• Pemerataan sub-bidang drainase dengan
memperhatikan kondisi ekonomi nasional dan
daerah setempat.
Arah Kebijakan
• Penyelenggaran/penanganan terpadu dengan
sektor terkait terutama pengendalian banjir, air
limbah dan sampah).
• Mengoptimalkan sistem yang ada, disamping
pembangunan baru.
• Melakukan koordinasi dengan instansi terkait,
dunia usaha dan masyarakat.
• Mendorong Pemkab/Pemkot dalam pembangunan
S&P drainase untuk melancarkan perekonomian
regional dan nasional serta meningkatkan tenaga
kerja.
SASARAN KEBIJAKAN
QT Q = 50 m3/dt
1 2 3 . . . . 18 19 20
Tahun ke
QT = 50 m3/dt.
T = [ 1+2+3+2+2+1+3+1+2+1+1] / 11 = 1,73 tahun.
Pemilihan kala ulang banjir rancangan
Total cost
Const. cost
Cost
Risk cost
T optimal T (tahun)
KRITERIA
PERENCANAAN
HYDROLOGI
KRITERIA PERENCANAAN HYDROLOGI
1. Analisis hujan :
1) Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisis
frekuensi terhadap data curah hujan harian maksimum
tahunan, dengan lama pengamatan sekurang-
kurangnya 10 tahun;
2) Analisis frekuensi curah hujan, menggunakan metode:
Log Pearson tipe III, Gumbel, atau sesuai dengan kala
ulang 1,2,5,10 dan 25 (mengacu pada tata cara
perhitungan debit rencana desain saluran)
2. Debit Banjir
1) Debit rencana dihitung dengan metode
rasional yang telah dimodifikasi, atau metode
hydrograf (disesuaikan dengan luas daerah
tangkapannya)
2) Dalam hal digunakan metode rasional
koefisien limpasan (run off) ditentukan
berdasarkan tata guna lahan daerah
tangkapan;
3) Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu
pengaliran di permukaan dan waktu drainase;
4) Koefisien penyimpangan dihitung dari waktu
rumus konsentrasi dan waktu drainase
KRITERIA
PERENCANAAN
HIDROLIKA
Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai
berikut:
(1) Kapasitas saluran dihitung dengan
menggunakan rumus Manning atau rumus lain yang
sesuai;
(2) Saluran drainase yang alirannya terpengaruh oleh
pengempangan (back water effect) kapasitasnya
dihitung dengan menggunakan aliran berubah lambat
laun.
(3) Kecepatan maksimum ditentukan oleh kekasaran
dinding dan dasar saluran. Untuk saluran tanah
diambil V=0,70 m/det, pasangan batu kali diambil V=
2 m/det dan pasangan beton diambil V=3m/det
Parameter Penentuan Prioritas
Penanganan
1) Parameter genangan, meliputi: tinggi
genangan, luas genangan, dan lamanya
genangan yang terjadi;
1) Analisis permasalahan :
(1) lakukan evaluasi terhadap kapasitas
sistem saluran berdasarkan data
primer dan sekunder yang tersedia;
(2) Lakukan evaluasi permasalahan :
a) frekuensi genangan;
b) tinggi, lamanya genangn serta luasnya
genangan;
c) kapasitas saluran yang tidak memadai;
d) sedimentasi;
e) bangunan pelengkap yang tidak
berfungsi;
f) pemeliharaan yang tidak memadai.
2) Analisa kebutuhan
(1) tentukan lokasi prioritas yang akan
ditangani, berdasarkan arah perkembangan
kota dan permasalahan yang ada;
(2) buat rencana perbaikan dan pemeliharaan
yang disesuaikan dengan kondisi setempat;
(3) buat rencana pembangunan baru sistem
drainase yang dibutuhkan;
(4) hitung debit rencana untuk masing-masing
sistem saluran dan bangunan
perlengkapannya;
(5) hitung besaran penampang saluran dan
besaran fasilitas bangunan pelengkapnya;
(6) buat kebutuhan penampang saluran dan
besaran fasilitas bangunan pelengkapnya;
(7) lakukan kajian teknis terhadap rencana
kegiatan dan tentukan kelayakannya
berdasarkan kriteria kelayakan teknis;
(8) tentukan rencana teknik untuk masing-masing
saluran dan bangunan pelengkapnya, dengan
prioritas produksi dalam negeri;
(9) buat rencana kerja pembangunan masing-
masing usulan.
Kelayakan Ekonomi
1) hitung biaya kerugian akibat banjir atau genangan;
2) hitung rencana biaya pembangunan operasi dan
pemeliharaan;
3) buat analisis ekonomi dan keuangan (besaran
EIRR, NPV, dan BCR);
4) tentukan kelayakan proyek berdasarkan kriteria
yang berlaku;
5) tentukan sumber pembiayaan untuk
pembangunan, perbaikan dan pemeliharaan
sistem drainase.
Kelayakan Lingkungan
Analisis kelayakan lingkungan dilaksanakan
berdasarkan peraturan yang berlaku:
1) Buat klasifikasi kegiatan yang memerlukan
Amdal dan yang tidak memerlukan Amdal;
2) Buat RKL dan RPL untuk kegiatan yang
memerlukan kegiatan Amdal (sesuai dengan
ketentuan yang berlaku);
3) Buat UPL dan UKL untuk kegiatan yang tidak
memerlukan Amdal (sesuai dengan tata cara
penyusunan UKL dan UPL drainase perkotaan);
4) Buat Amdal untuk kegiatan yang memerlukan
Amdal.
Usulan Kegiatan Proyek
Setelah teruji kelayakan teknis, ekonomi dan
lingkungan susun jadwal kegiatan pelaksanaan
yang meliputi:
1) kegiatan persiapan;
2) kegiatan pembebasan tanah;
3) kegiatan rencana detil;
4) kegiatan pengadaan jasa pemborong;
5) kegiatan konstruksi;
6) kegiatan uji coba;
7) kegiatan operasi dan pemeliharaan.
TATA CARA PEMBUATAN
DETAIL DESAIN
DRAINASE PERKOTAAN
PENDAHULUAN
Maksud dan Tujuan
• Maksud
Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan
pegangan dalam melaksanakan penyusunan
rencana detail sistem drainase perkotaan.
• Tujuan
Tujuan tata cara ini adalah untuk
mendapatkan keseragaman dalam cara
penyusunan rencana teknik detail sistem
drainase perkotaan yang sesuai dengan
persyaratan teknis.
Ruang Lingkup
Proses Perencanaan Teknis Sistem Drainase Perkotaan
adalah proses yang dimulai dari penyiapan rencana induk,
studi kelayakan (FS) sampai pada perencanaan detail teknis
(DED).
Proses ini mencakup pekerjaan-pekerjan Survey, Investigasi
dan Desain. Dalam hal ini diuraikan pengertian, ketentuan
ketentuan umum dan teknis berupa data dan informasi
pengukuran, penggambaran, penyelidikan tanah dan kriteria
perencanaan, serta cara pengerjaan Detail Engineering Desain
(DED) Sistem Drainase di daerah perkotaan.
KETENTUAN-KETENTUAN
Ketentuan Umum
1) Untuk dapat membuat perencanaan detail teknik
sistem drainase, harus dilakukan dahulu studi
kelayakan dari rencana induk sistem drainase.
2) Pengesahan laporan perencanaan
detail teknis harus oleh penanggung
jawab yang ditunjuk instansi yang
berwenang.
TEKNIS
Data dan informasi
1) Data klimatologi yang terdiri dari data hujan, angin,
kelembaban dan temperatur dari stasiun klimatologi atau
badan meteorologi dan geofisika terdekat.
2) Data hidrologi terdiri dari data tinggi muka air, debit
sungai, laju sedimentasi, pengaruh air balik, peilbanjir,
karakteristik daerah aliran dan pasang surut.
TEKNIS
3) Data kondisi daerah terdiri dari:
karakteristik daerah aliran, pasang surut
dan data genangan.
4) Data sistem drainase yang ada yaitu: hasil
rencana induk dan studi kelayakan, data
kondisi saluran dan data kuantitatif banjir
yaitu: genangan berikut permasalahannya
TEKNIS
5) Data peta yang terdiri dari peta dasar (peta
daerah kerja) peta system drainase dan
sistem jaringan jalan yang ada, peta tata
guna lahan, peta topografi yang disesuaikan
dengan tipologi kota dengan skala antara 1 :
5.000 sampai dengan 1 : 10.000.
6) Data kependudukan yang terdiri dari jumlah,
kepadatan, laju pertumbuhan, penyebaran
dan data kepadatan bangunan.
PENGUKURAN
Pengukuran situasi dengan poligon tertutup untuk menggambarkan posisi
saluran dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pengukuran yang dilaksanakan harus dapat memberikan gambaran yang
cukup jelas tentang keadaan medan lapangan yang diukur dan sesuai
dengan keperluan perencanaan saluran drainase.
2) Pengukuran saluran meliputi: pengukuran profil memanjang dan profil
melintang.
3) Pengukuran profil melintang dilaksanakan pada jalur lurus setiap 50 m.
dan kurang dari 50 m untuk jalur belokan atau daerah padat.
4) Toleransi kesalahan pengukuran leveling
maksimum 7 Φ d (mm), dengan d adalah jarak
yang diukur dalam km.
5) Toleransi kesalahan penutupan sudut poligon
sebesar maksimal l0 Φn (detik), dengan n
adalah jumlah titik polygon.
6) Pengukuran menggunakan suatu titik acuan
ketinggian dan koordinat tertentu yang terikat
dengan titik trianggulasi yang ada,bila titik
trianggulasi tidak ada, dapat dipakai
titik acuan yang ada.
PENGGAMBARAN
Ketentuan yang diperlukan dalam penggambaran
sebagai berikut :
a) Peta sistem drainase. jaringan jalan. tata guna
lanah dan topografi (kontur setiap 0,5 m sampai 2
m) dibuat dengan skala 1:5.000 sampai 1:10.000
b) Gambar potongan memanjang saluran, horizontal
1:1.000 vertikal 1:100
c) Gambar potongan melintang saluran, horizontal
dan vertikal : skala 1:100
d) Gambar detil bangunan. skala 1:10 sampai 1:100.
PENYELIDIKAN TANAH
Ketentuan yang perlu dilaksanakan sebagai
berikut :
a) Pengambilan sampel dipilih tempat-tempat
yang akan memikul konstruksi bangunan
pelengkap saluran seperti : jembatan, rumah
pompa, gorong-gorong yang relatif besar,
dinding penahan tanah dan lainnya.
b) Minimal dua sampel untuk daerah yang labil
untuk menentukan konstruksi saluran.
c) Jenis penyelidikan tergantung dari jenis
konstruksi.
KRITERIA PERENCANAAN
HIDROLOGI