Anda di halaman 1dari 19

METTI VERAWATI, S.Kep, Ns, M.

Kes
DEFINISI
 Hypo →dibawah dan Spadon→keratan panjang.
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan (congenital)
dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah
bukan di ujung penis.
 Pada hipospadia terdapat gangguan perkembangan
uretra dimana meatus uretra eksternus terletak di
permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari
tempatnya yang normal pada ujung penis.
KELAINAN ANATOMI HIPOSPADIA
 Meatus uretra terletak di ventral
 Terdapat chordee
 Distribusi kulit penis di ventral lebih sedikit dibanding
di distal.
GANGGUAN EMBRIOLOGI
 Hipospadia terjadi akibat kegagalan penutupan uretra
pada minggu ke-8 hingga minggu ke-15 usia
kehamilan sehingga pembukaan meatus uretra berada
di bagian ventral penis dan proksimal.
INSIDEN
 Insidensi → 1 : 300 bayi laki-laki
Klasifikasi hipospadia menurut letak
orifisium uretra eksternum
 Tipe sederhana (tipe glandular) : meatus terletak pada
pangkal glands penis. Pada kelainan ini secara klinis
umumnya bersifat asimtomatik, tanpa penanganan
 Tipe penil, meatus terletak antara glands penis dan
skrotum, kelainan penyerta tidak ada preputium pada
bagian ventral. Penis melengkung ke bawah (chordee)
 Tipe penoskrotal dan tipe perineal, kelainan cukup
besar, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu.
(meatus terbuka, testis turun), pseudohermaprodit.
Perlu pembedahan ditahun pertama.
KLASIFIKASI BERDASAR LETAK MEATUS
FAKTOR YANG BERPENGARUH
 Secara embriologis, hipospadia disebabkan oleh kegagalan
penutupan yang sempurna pada bagian ventral lekuk
uretra.
 Diferensiasi uretra pada penis bergantung androgen.
 Terdapat presdisposisi genetik pada hipospadia. jika salah
satu saudara kandung mengalami hipospadia, resiko
kejadian berulang pada keluarga tersebut adalah 12%, jika
bapak dan anak laki-lakinya terkena, maka resiko untuk
anak laki-laki berikutnya adalah 25%.
 Kriptorkismus (terdapat pada 16% anak laki-laki dengan
hipospadia).
 Faktor eksogen antara lain pajanan pranatal terhadap
kokain, alkohol, fenitoin, progestin, rubela, atau diabetes
gestasional.
Gambaran klinis Hipospadia
 Kesulitan atau ketidakmampuan berkemih secara
adekuat dengan posisi berdiri
 Chordee (melengkungnya penis) dapat menyertai
hipospadia
 Kriptokismus (testis tidak turun) dapat menyertai
hipospadia
 Lokasi meatus urine yang tidak tepat dapat terlihat
pada saat lahir
Komplikasi hipospadia
 Dapat terjadi disfungsi ejakulasi pada pria dewasa.
Apabila chordee nya parah, maka penetrasi selama
berhubungan intim tidak dapat dilakukan.
 Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai
dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin tetapi
dengan satu beberapa ciri seksual tertentu)
 Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK
 Kesukaran saat berhubungan saat, bila tidak segera
dioperasi saat dewasa (Anak-hipospadia)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Rontgen
 BNO IVP
 USG sistem kemih kelamin
PENATALAKSANAAN
 Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia
adalah merekomendasikan penis menjadi lurus dengan
meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal
sehingga aliran kencing arahnya ke depan dan dapat
melakukan coitus dengan normal (Anak-hipospadia).
 Penoskrotal dan Perianal : sebelum usia anak 1 tahun.
 Tipe Penil : Koreksi chordee usia 2 tahun, eparasi usia 3-5
tahun.Sirkumsisi harus dihindari pada bayi baru lahir agar
kulup dapat dapat digunakan untuk perbaikan dimasa
mendatang.
 Informasikan orang tua bahwa pengenalan lebih dini
adalah penting sehingga sirkumsisi dapat dihindari, kulit
prepusium digunakan untuk bedah perbaikan.
TEKNIK OPERASI
 One stage uretroplasty
 Two Stage uretroplasty
1.. Pelepasan Chordee dan tunelling untuk meluruskan
penis
2. Uretroplasty : pembuatan saluran kencing buatan
KONSEP KEPERAWATAN
 PENGKAJIAN :
1. Kaji biodata pasien
2. Kaji riwayat masa lalu : antenatal
3. Kaji riwayat pengobatan ibu waktu hamil
4. Kaji keluhan utama : Keluhan BAK
5. Kaji skala nyeri (post op.)
6. Pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi kelainan letak meatus uretra
b. Palpasi adanya distensi kandung kemih
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Diagnosa pasien pre operasi :
1. Kurang pengetahuan orang tua b.d diagnosa, prosedur
pembedahan dan perawatan setelah operasi
2. Perubahan eliminasi (retensi urine) b.d obstruksi
mekanik
3. Kecemasan b.d akan dilakukan tindakan operasi
 Diagnosa pasien post operasi :
1. Nyeri b.d prosedur post operasi
2. Resiko tinggi infeksi b.d invasi kateter
3. Perubahan eliminasi urine b.d trauma operasi
TINDAKAN KEPERAWATAN
 Pemberian pengajaran kepada keluarga :
1. Kaji tingkat pemahaman orang tua
2. Gunakan gambar untuk menjelaskan prosedur,
pemasangan kateter menetap, mempertahankan
kateter, monitor urine.
3. Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan, efek
samping dan dosis
• Mencegah infeksi :
1. minum adequat
2. monitor intake dan output
3. Kaji gaya gravitasi urine
4. Pemberian Antibiotik
5. Kaji drainage urine
6. Monitor adanya kink-kink (tekukan pada kateter
dan kemacetan.
 Meningkatkan rasa nyaman :
1. Pemberian analgesik
2. Obs kondisi kateter
3. Pengaturan posisi tidur sesuai kebutuhan
4. Pastikan balutan terpasang dengan benar

Anda mungkin juga menyukai