Anda di halaman 1dari 23

MINI PROJECT

GAMBARAN UMUR DAN JENIS KELAMIN PASIEN SKABIES


DI PUSKESMAS PEUREULAK BARAT
PERIODE AGUSTUS - OKTOBER
TAHUN 2018

Oleh : Pendamping:
dr. Priscilia Ade Syahna dr. Astuti

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


WAHANA KOTA PEUREULAK
2018
LATAR BELAKANG

Indonesia
(2008)

5,60-12,95 %
Urutan ke 3 dari
12 penyakit kulit
Puskesma
s terbanyak
Peureulak
Barat
(2018)
Peringkat
pertama
kunjungan
terbanyak
PERNYATAAN MASALAH

Masalah skabies di Indonesia cukup tinggi.

Faktor pengetahuan dan perilaku


khususnya personal hygiene sangat
berperan dalam terjadinya kasus skabies.
Di Puskesmas Peureulak Barat,
skabies termasuk kasus dengan
jumlah kunjungan terbanyak
Oleh karena itu kami tertarik
untuk mengintervensi
masalah tersebut
MANFAAT MINI PROJECT

Puskesm • Memberikan informasi


Puskesmas mengenai
kepada
jumlah
as kasus skabies

Kepala • Memberikan masukan kepada


Puskesmas dan Kepala Puskesmas dan Dinas
Dinas Kesehatan untuk meningkatkan
Kesehatan perhatian terhadap kasus skabies

• Menambah pengetahuan
Masyarakat masyarakat tentang penyakit
skabies.
SCABIES
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes
scabiei varietas hominis.

Kutu Sarcoptes Scabiei ukurannya sangat kecil


hanya 1/3 milimeter (panjang), dan tertanam di
bawah permukaan kulit, proses tungau ini
menggali terowongannya di bawah kulit
Terjadi pada
negara yang
beriklim tropis
dan subtropis
Di Indonesia
tahun 2008 Terjadi di
terdapat 5,60- kawasan yang
12,95 % padat penghuni
Urutan ke 3 dari serta tidak terjaga
12 penyakit kulit kebersihannya
terbanyak

Epidemiologi
S.Scabiei
menginduksi antibodi
S.Scabiei menginvasi
IgE dan
jaringan epidermis
menimbulkan reaksi
kulit
hipersensitivitas tipe
cepat

Terbentuklah reaksi
Lesi-lesi di sekitar terowongan
hipersensitivitas tipe
terinfiltrasi oleh sel-sel radang
cepat berupa lesi
dengan respons imun kompleks
eksim, urtikaria,
berupa sensitisasi sel mast dengan
dengan pruritus yang
antibodi IgE
intens

Dapat timbul lesi


berupa krusta atau
ekskoriasi akibat
infeksi sekunder dari
PATOFISIOLOGI
garukan si penderita
Kontak langsung penularan
(kulit dengan kulit)

Kontak tidak
langsung (kulit
Berjabat tangan dengan benda)

Penggunaan
alat mandi,
Berpelukan handuk atau
baju bersama

Penggunaan
Hubungan alas tidur
seksual bersama
gejala

Pruritus Menyeran Adanya Ditemuka


nokturnal g secara terowong n tungau
berkelom an skabies
pok (kanalikul pada
i) pada pemeriks
lesi aan
mikrosko
pik
predileksi
Diagnosa
• Diagnosis klinis ditetapkan berdasarkan
anamnesis yaitu adanya :
1. Pruritus nokturna
2. Distribusi lesi yang khas
3. Terowongan lesi
4. Adanya penyakit yang sama pada orang-
orang sekitar

• Diagnosa definitif dengan cara : Kerokan


kulit, Epidermal shave biopsy, Kuretase
terowongan, Tes tinta Burowi, Tetrasiklin
• Krim Permetrin
Farmakol • Lindane 1% (gamma-benzen
heksaklorida)
ogi • Sulfur presipitatum
• Benzil benzoat 25%

• Mencuci pakaian, handuk dan


Non sprei yang sebelumnya
Farmakol direndam terlebih dahulu
menggunakan air panas
ogi • Menjemur kasur
Metode mini project

Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


penelitian deskriptif dengan desain
penelitian studi cross-sectional.
Sumber Data
Data sekunder yang didapat dari rekam
medis pasien skabies di Peureulak Barat periode
Agustus – Oktober tahun 2018
Lokasi dan waktu mini project

Lokasi

• Puskesmas Peureulak Barat

Waktu
• Agustus – Oktober tahun 2018
Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria Inklusi
Pasien skabies di Puskesmas Peureulak
Barat periode Agustus – Oktober pada
tahun 2018.

Kriteria Eksklusi
Pasien skabies yang rekam medisnya tidak
lengkap.
Pernyataan masalah

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Penyajian Data

Analisa Data

Interpretasi Data
Hasil dan pembahasan
Profil Komunitas Umum Letak Geografis

• Nama Puskesmas : Peureulak Barat Utara : Selat Malaka


• Nama Desa : Paya Gajah Selatan : Ranto Peureulak
Barat : Peudawa
Timur : Peureulak Kota

Data Demografi
Data Geografis
Keadaan Wilayah
• Bangunan Puskesmas 1 (satu) unit • Jumlah Penduduk
• Puskesmas Pembantu (Pustu) 1 unit *Penduduk : 16.197 jiwa
• Polindes 13 unit *Laki-laki : 7.921 jiwa
• Rumah dinas paramedis 3 unit
*Perempuan : 8.276 jiwa
• Gedung Aula Pertemuan 1 (satu) unit
Hasil dan pembahasan

Kelompok Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

10-25 tahun 282 46


26-40 tahun 215 35
41-55 tahun 112 19
Total 609 100
Hal ini sesuai dengan data Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) H.Adam Malik Medan
Mengatakan bahwa diperoleh dari rekam medis selama
periode Januari-Desember 2008 bahwa dari total 5.369
pasien terdapat 153 (2,85%) diantaranya di diagnosis
skabies, dan 54 (35,3%) diantaranya berusia 6-18 tahun.

Menurut Djuanda (2010)


Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan
pola pikir seseorang, semakin bertambah usia
akan semakin berkembang pula daya angkap
dan pola pikirnya
Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 337 55
Wanita 272 45

Total 609 100


Hal ini sesusi dengan hasil penelitian Audhah (2012) yang
berjudul faktor resiko skabies pada siswa pondok
pesantren (kajian di Pondok Pesantren Darul Hijrah,
Kelurahan Cindal Alus, Kecamatan Martapura, Kabupaten
Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan)

Disebutkan bahwa laki-laki lebih berisiko terkena skabies


dari pada perempuan. Hasil tersebut diperoleh dari uji
statistik dengan nilai p value = 0,001
Bagi masyarakat/kader
1. Menigkatkan pengetahuan tentang skabies
2. Meningkatkan kemampuan melakukan penjaringan terhadap masyarakat
3. melakukan pengawasan terhadap proses pengobatan

Alternatif
Penyeles
aian
Masalah Bagi penderita Skabies
1. Meningkatkan
pengetahuan tentang Skabies
Bagi puskesmas
2. Patuh menjalakan
1. Meningkatkan frekuensi dan intensitas pengobatan skabies sampai
pemantauan terhadap pasien tuntas
2. pembinaan terhadap para kader 3. Menjaga kebersihan diri
3. berperan aktif menyediakan obat-obatan dan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai