Anda di halaman 1dari 36

PONED DAN PONEK

PUSKESMAS CIMAHI SELATAN


Ghiska Vikry
Lola Putri
Ilda Nurul
Nur Ilma
Milana
BAB I - PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
ANGKA KEMATIAN IBU TINGGI
◦ 289.000 ibu di dunia meninggal (WHO 2014)
◦ Tahun 2014 terdapat 190 kematian/100.000 kelahiran hidup di Indonesia
namun mengalami penurunan pada tahun 2015 126 kematian/100.000
kelahiran hidup di Indonesia (WHO)
◦ Angka kematian ibu di Jawa barat pada tahun 2016 sebanyak 799 orang
setara 85/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jawa Barat)
◦ Pada tahun 2015 AKI di Kota Cimahi sangat tinggi, yaitu sebesar
166,78/100.000 kelahiran hidup, turun secara signifikan menjadi
77,36/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016, dan naik kembali pada
tahun 2017 menjadi 113,98/100.000 kelahiran hidup. (Dinkes Kota Cimahi)
ANGKA KEMATIAN BAYI TINGGI

◦ Pada tahun 2015 angka kematian bayi di Indonesia memiliki rasio


sebanyak 14/100.000 kelahiran hidup. (Dinkes JABAR)
◦ Pada tahun 2015 AKB di Kota Cimahi sebesar 8,73/1.000 kelahiran hidup,
turun menjadi 6,38/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2016, dan turun lagi
pada tahun 2017 menjadi 6,17/1.000 kelahiran hidup. (Dinkes Kota
Cimahi)
ANGKA KEMATIAN
IBU DAN BAYI TINGGI
Faktor
Risiko
4T Terlalu 3T Terlambat
• terlalu muda untuk melahirkan • terlambat mengambil keputusan merujuk
• terlalu tua untuk melahirkan • terlambat mengakses fasilitas pelayanan
kesehatan tepat
• terlalu dekat jarak kehamilan/
• terlambat memperoleh pelayanan dari
persalinan
tenaga kesehatan yang tepat atau
• terlalu banyak melahirkan) kompeten

Strategi MPS ( Making Pregnancy Saver) serta Program


Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
dengan melakukan Program PONED serta kolaborasi dengan
PONEK
Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan Manfaat

Untuk mengetahui bagaimana program untuk menerapkan prinsip-prinsip


Pelayanan Obstetri dan Neonatal program Pelayanan Obstetri dan
Emergensi Dasar (PONED) serta Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Puskesmas Cimahi Selatan serta
Komprehensif (PONEK). Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK).
TINJAUAN PUSTAKA
Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED)

Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) adalah Puskesmas
rawat inap yang memiliki
kemampuan serta fasilitas
bersalin.
Kriteria PONED
Mempunyai Tim inti yang terdiri atas Dokter,
Perawat dan Bidan sudah dilatih PONED

Mempunyai cukup tenaga Dokter, Perawat dan


Bidan lainnya

Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus


obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi,
dalam satu regional wilayah rujukan kabupaten
mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan
dan fasilitas tindakan medis serta rawat inap

Kepala Puskesmas mampu PONED sebagai


penanggungjawab program harus mempunyai
kemampuan manajemen penyelenggaraan PONED

mempunyai komitmen untuk menerima rujukan kasus


kegawat-daruratan medis kasus obstetri dan neonatal
dari Fasyankes di sekitarnya.
Adanya komitmen dari para
stakeholders yang berkaitan dengan
upaya untuk memfungsikan Puskesmas
mampu PONED dengan baik

Seluruh petugas Puskesmas mampu


PONED melakukan pelayanan dengan
nilai-nilai budaya
Pelayanan yang dapat diberikan
puskesmas PONED :
◦ 1. Kemampuan untuk menangani dan merujuk hipertensi dalam kehamilan
(preeklampsia, eklampsia)
◦ 2. Tindakan pertolongan distosia bahu
◦ 3. Ekstraksi vakum pada pertolongan persalinan
◦ 4. Perdarahan post partum
◦ 5. Infeksi nifas
◦ 6. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
◦ 7. Hipotermi
◦ 8. Hipoglekimia
◦ 9. Ikterus
◦ 10. Hiperbilirubinemia
◦ 11. Masalah pemberian minum pada bayi
◦ 12. Asfiksia pada bayi
◦ 13. Gangguan nafas pada bayi
◦ 14. Kejang pada bayi baru lahir
◦ 15. Infeksi neonatal dan persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan obstetri –
neonatal antara lain kewaspadaan universal standar
Sistem Rujukan
1. Kasus yang dirujuk ke Puskesmas mampu PONED, kemungkinan berasal dari :
a.Rujukan masyarakat
b. Rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama dari
wilayah kerja Puskesmas
c. Rujukan dari Puskesmas sekitar
2. Alur Pelayanan di fasilitas rawat inap Puskesmas

a.
◦ b. Khusus untuk pasien dalam kondisi sakit cukup berat dan atau kegawat-daruratan
medik, proses rujukan mengacu pada prinsip utama, yaitu :

◦ Ketepatan menentukan diagnosis dan menyusun rencana rujukan


◦ Kecepatan melakukan persiapan rujukan dan tindakan secara tepat sesuai rencana yang
disusun.
◦ Menuju/memilih fasilitas rujukan terdekat secara tepat dan mudah dijangkau dari lokasi.
3.Model pola rujukan kegawat-daruratan
medik/Poned yang ideal adalah dengan
regionalisasi pelayanan kesehatan
dengan cara:
a.Pemetaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan dalam wilayah
kabupaten/kota
b.Pemetaan sumberdaya
c.Alur rujukan kasus obstetric dan neonatal secara timbal-balik
d. Pada lokasi-lokasi tertentu seperti di lokasi terpencil /sangat terpencil, perlu
dipertimbangkan untuk ditingkatkan kemampuannya, sebagai pusat rujukan medik
spesialistik terbatas.
e. Pada kondisi kabupaten berada di daerah terpencil, atau sebagian wilayah kabupaten
berada di daerah terpencil, maka:
1. Apabila RS Kabupaten tidak memiliki dokter spesialis (SpOG dan Sp.A), maka
RS tidak dapat difungsikan sebagai pusat rujukan medik spesialistik/PONEK
2. Pada kondisi demikian, pasien yang membutuhan rujukan spesialistik
maternal/obstetri dan neonatal emergensi tidak dapat dilayani
3. Dinas Kesehatan Kabupaten melalui Pemda Kabupaten, dapat
meminta bantuan Provinsi
4. Provinsi harus membantu kabupaten untuk mendukung
penyelenggaraan pelayanan melalui kunjungan Tim Pelayanan Kesehatan
Bergerak (TPKB)
5. TPKB daerah terpencil, yang datang ke RS Kabupaten atau Puskesmas
perawatan, dapat memberikan layanan rujukan medik spesialistik, dan umpan balik
serta tindaklanjutnya.
f. Rujukan yang dikirim ke fasilitas pelayanan rujukan medik spesialistik/spesialistik
terbatas (PONEK), harus menerima umpan balik rujukan, sehingga kebutuhan pelayaan
kesehatan dapat secara tuntas dilayani,
Tugas dan Tanggung Jawab Pembina
PONED
Terselenggaranya pelayanan di Puskesmas mampu PONED yang bermutu dan
profesional perlu dilakukan pembinaan baik terhadap Puskesmas, Dinas Kesehatan
kabupaten/kota dan Dinas Kesehatan Provinsi. Pembinaan ini dilakukan secara
berjenjang dan simultan dengan melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor.
Indikator dan Evaluasi
PONEK
◦ Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif

◦ Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari system rujukan dalam pelayanan
kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan
angka kematian ibu danbayi baru lahir
Landasan Hukum PONEK
◦ 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara ◦ 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Indonesia Nomor 131/Menkes/SK/II/2004
Negara RI Nomor 3495). tentang Sistem Kesehatan Nasional, diatur
◦ 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Kesehatan Masyarakat
Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan ◦ 7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Lembaran Negara RI Nomor 4431). Indonesia Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005
◦ 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Departemen Kesehatan.
(Lembaran Negara RI Tahun 2004Nomor 125, ◦ 8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437). Indonesia Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006
◦ 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit. Lingkungan Departemen Kesehatan.
◦ 5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia ◦ 9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Indonesia Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007
Pelayanan Rumah Sakit. tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran3
Fasilitas dan Ruang Lingkup PONEK
Ruang Lingkup
◦ Upaya Pelayanan PONEK :
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk
pengobatan definitive
2. Penanganan kasus gawat darurat
oleh tim PONEK RS di ruang tindakan
3. Penanganan operatif cepat dan
tepat meliputi laparotomi, dan sektio RS Tipe C dan D RS Tipe B
saesaria
4. Perawatan intensif ibu dan bayi.
5. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko
Tinggi
RS TIPE C dan D RS TIPE B

◦ 1. Pelayanan Kesehatan Maternal dan ◦ 1. Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal Fisiologis berupa pelayanan Neonatal Fisiologis
kehamilan dan persalinan, nifas, asuhan ◦ Pelayanan PONEK RS kelas C disertai
bayi baru lahir , imunisasi dan stimulasi, pelayanan Intensive Care Unit (ICU), NICU,
deteksi, intervensi dini tumbuh kembang. Endoskopi
◦ 2. Pelayanan kesehatan Maternal dan ◦ 2. Pelayanan kesehatan Maternal dan
Neonatal dengan risiko tinggi Neonatal dengan risiko tinggi
◦ Masa antenatal, intranatal, post natal ◦ Masa antenatal, intranatal dan postnatal
◦ 3. Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan level kompetensi yang lebih tinggi
◦ 4. Pelayanan Ginekologis ◦ 3. Pelayanan Kesehatan Neonatal
◦ 5. Perawatan Khusus / High Care Unit dan ◦ Disertai dengan kelainan jantung bawaan
Transfusi Darah dan kelaianan lainnya
◦ 4. Pelayanan Ginekologis
◦ 5. Perawatan Intensif Neonatal
Mekanisme alur pasien rujukan maternal dan
neonatal
Algoritme Evaluasi Kinerja RS PONEK dan upaya
pengembangan kriteria RS PONEK
COLLABORATIVE IMPROVEMENT
PONED-PONEK
◦ Kolaborasi antara PONED dan PONEK bertujuan meningkatkan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dalam kondisi sumber daya yang terbatas
◦ dalam satu sistem kesehatan dan berupaya mendukung pihak-pihak terlibat untuk
dapat bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama
◦ Pasien dapat di tangan dengan cepat dan tepat dengan sesuai melalui kader atau
LSM terkait untuk deteksi dini factor risiko sebelum terjadinya kegawatan
Tahapan kolaborasi PONED DAN
PONEK
1. Pembentukan structural dan dukungan dari pengambil kebijakan
2. Penyusuna rencana kolaborasi
3. Adanya Hotline service
4. Adanya SOP tentang pelayanan di setiap RS PONEK dan Puskesmas mampu PONED
dalam penanganan kasus obstetric dan neonatal
5. Pembinaan yang dilakukan oleh PONEK kepada PONED yang dibawahinya
6. Memenuhi baku mutu dan berkesinambungan dengan dinaskesehatan puskesmas
dan puskesdes
7. Pelahan PP GDON dan KB bagi Puskesmas/Polindes/BPS/BDD terpilih dan dilakukan
bimbingan teknis/ On the Job Training (OJT) ke Puskesmas yang juga melibatkan
Poskesdes/BPS/BDD dengan fasilitasi dari Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota
8. Upaya untuk perbaikan mutu dan kinerja secara terjadwal yang do fasilitasi oleh dinas
kesehatan
9. Membentuk sistem pencatatan dan pelaporan secara berkala di tingkat kabupaten/kota
dan Provinsi.
10. Melaksanakan evaluasi triwulan kinerja dan kualitas pelayanan institusional RS Rujukan dan
Jejaring Pelayanan dan Komunikasi Emergensi di wilayah cakupan
11. Melakukan kajian data outcome (terutama MMR, NMR,s ll-birth, near-miss), dengan
megkaji/review antara output pelayanandengan kualitas pelayanan (quality of care)
kesehatan Ibu dan Bayi baru lahir.
PONED Puskesmas Cimahi Selatan
◦ Berdiri sejak tahun
◦ Tim inti terdiri dari 1 dokter penanggung jawab, 6 Bidan PNS, 3 Bidan
PTT (Pegawai tidak tetap), 2 Bidan BHL (Buruh Harian Lepas).
◦ Jam Kerja 24 jam yang terbagi 3 shift.
◦ Memiliki call center untuk merujuk ke RS Mampu PONEK setelah
penanganan dasar.
◦ Mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan secara
saranan prasarana.
◦ Monitoring dan evaluasi : Pencatatan penilaian kunjungan perbulan
serta pembahasan dengan Tim EMAS.
BAB III
kesimpulan
◦ Puskesmas cimahi selatan telah mampu melaksanakan PONED berdasarkan panduan
puskesmas mampu PONED
◦ Telah berperan serta dalam menurunkan AKI dan AKB di wilayah kerja puskesmas
cimahi selatan
◦ Dengan bekerja sama dengan RS PONEK dengan alur rujukan sesuai dengan panduan
puskesmas mampu PONED
◦ Sumberdaya manusia yang dimiliki oleh PONED cimahi selatan 1 dokter penanggung
jawan dan 11 bidan yang terbagi dalam 3 shift yang di bagi berdadarkan status
kepegawaian
◦ Fasilitas yang tersedia berupa gedung dengan satu kamar bersalin dan 3 kasur warat
dan alat penunjang persalinan dinilai mampu untuk menunjang jalan nya kegiatan
PONED cimahi selatan
Saran
◦ Sistem kerja berupa shift yang terbagi menjadi pagi siang dan malam tidak dibagi
berdasarkan status kepegawaian agar tercimpatnya kesamaan dalam memperoleh
porsi kerja diantara bidan dan untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai