Anda di halaman 1dari 25

Praktikum

ANALISA PEMERIKSAAN
HORMON REPRODUKSI
WANITA
11 FEBRUARI 2014
Sindrom Ovarium Polikistik
(SOPK)

Kelainan endokrinopati pada 5-10%


wanita usia reproduksi dan merupakan
penyebab infertilitas terbanyak terkait
siklus tidak adanya ovulasi

USG
sebagian besar ovarium menunjukkan
gambaran ovarium polikistik
Ditandai kumpulan gejala :
- gangguan siklus haid (oligo/amenore)
- hiperandrogenemia (acne dan hirsutism)
- sindrom metabolik (obesitas,
dislipidemia, resistensi insulin dan DM)
- masalah infertilitas
Konsensus Rotterdam 2002 oleh :
European Society of Human Reproduction and
Embryology (ESHRE) and American Society for
Reproductive Medicine (ASRM)
kriteria diagnosis SOPK yaitu jika dijumpai
2 dari 3 gejala di bawah ini :
- Oligo atau anovulasi
- Gejala klinis atau biokimiawi hiperandrogenism
- Gambaran polikistik ovarium dengan USG
Seluruh gejala di atas harus terbebas dari
kondisi lain seperti :
- Hiperprolaktinemia
- Hiperplasia adrenal kongenital onset dewasa
- Sindoma Cushing
- Tumor penghasil androgen
Mekanisme terjadi SOPK
1. Kelainan neuroendokrinologi
Disharmoni sekresi GnRH di hipotalamus yaitu
GnRH disekresi dengan frekwensi lebih cepat
dari normal, akibatnya LH disekresi lebih
banyak sehingga nisbah LH/FSH meningkat
Kelainan ini dapat primer di hipotalamus atau
sekunder karena rendahnya sekresi
progesteron akibat siklus tidak berovulasi
2. Kelainan sintesis androgen di ovarium
Ada cacat fungsi beberapa enzim terkait
produksi androgen di ovarium seperti :
- aromatase
- 3 betahidroksi steroid dehidrogenase
Merupakan faktor primer penyebab produksi
androgen berlebihan di ovarium.

Hiperandrogen
menimbulkan gangguan pertumbuhan folikel
sehingga menyebabkan gagal ovulasi
3. Perubahan metabolisme kortisol
Perubahan metabolisme kortisol pada kelenjar
suprarenal menyebabkan peningkatan produksi
androgen suprarenal sehingga menyebabkan
gangguan pada fungsi ovarium
4. Cacat pada reseptor insulin
Gangguan fosforilasi serin pada reseptor insulin
menyebabkan resistensi insulin. Insulin yang
meningkat dalam darah dapat meningkatkan
produksi androgen oleh ovarium melalui aktivasi
reseptor IGF-1 disel teka ovarium

Hiperandrogen
menimbulkan gangguan pertumbuhan folikel
sehingga menyebabkan gagal ovulasi
Manajemen terapi SOPK tidak hanya terfokus
pada infertilitas saja tetapi lebih luas kepada
aspek pencegahan seperti :
- keguguran berulang
- resistensi insulin
- mengatasi obesitas
- mencegah kelainan jantung koroner
- mencegah trombosis
- mencegah hiperplasia endometrium
Peningkatan nisbah LH/FSH > 2,5 selama fase
folikuler pada SOPK menyebabkan folikel
dominan tidak terbentuk, digantikan
pertumbuhan banyak folikel kecil yang tidak
mempunyai kemampuan untuk berovulasi.
Tidak adanya folikel yang ruptur karena tidak
berovulasi akibatnya corpus luteum tidak
terbentuk dan selanjutnya tidak ada sekresi
progesteron.
Hal ini menyebabkan estrogen menjadi dominan
dan terjadi proliferasi endometrium
berkelanjutan yang berisiko meningkatkan
morbiditas kanker endometrium
Laboratorium
FSH dan LH
Merupakan hormon glikoprotein yang dibentuk di
lobus anterior hipofisis tersusun dari 2 rantai
peptida (sub unit  dan β) masing masing terdiri
dari 92 dan 111 asam amino.
Sub unit 
penting untuk mengenalan reseptor spesifik
sub unit β
bertanggung jawab untuk aktivasi respon biologis
spesifik
Pada wanita
FSH penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan folikel ovarium, produksi estrogen
dari prekursor androgen dan mempengaruhi
perubahan endometrium yang khas pada fase
proliferasi.

LH bersama FSH berfungsi menstimulasi ovulasi,


sekresi androgen dan progesteron serta berperan
pada pembentukkan corpus luteum
Intepretasi FSH dan LH memerlukan informasi
mengenai siklus haid karena kadar normalnya
berbeda untuk setiap fase siklus, yaitu :

LH (mIU/mL) FSH (mIU/mL)


Fase folikuler 1,7 - 15,0 1,4 - 9,9
Puncak tengah siklus 21,9 – 56,6 0,2 – 17,2
Fase luteal 0,6 – 16,3 1,1 – 9,2
Sesudah menopause 14,1 – 52,3 19,3 – 100,6
Bahan pemeriksaan
Serum : tidak boleh hemolisis, lipemik, ikterik
Stabil : 8 hari pada suhu kamar
2 minggu pada suhu 2-8 C
Diambil serial 3 kali /20-30 menit

Sebaiknya dilakukan pada masa folikular awal


yaitu haid hari 3 -5 pada :
- siklus spontan
- atau stimulasi dengan progestin pada amenore
Testosteron
Ada 3 bentuk yaitu :
- 65% terikat SHBG
- 30-32% terikat albumin
- 1-4% bentuk bebas bioavailable

Testosteron bioavailable dianjurkan diukur


Kadar normal pada wanita dewasa :
0,6 – 5 ng/dL atau 0,02 – 0,17 nmol/L
atau 2,4-12,9%
Pada SOPK testosterol bebas meningkat, total
normal atau sedikit meningkat dan SHBG
menurun
Bahan : serum
Sebaiknya pagi hari karena sekresinya punya
variasi diurnal, kadar tertinggi pukul 4 – 8 pagi
Tidak boleh dalam terapi steroid, tiroid,
ACTH, estradiol, gonadotropin selama 48 jam
sebelum sampling.
Bahan : saliva
Segera diambil setelah bangun tidur sebelum
sikat gigi, makan atau minum dilanjutkan setiap
15 menit selama 2 jam, hasil dirata rata
Pada SOPK meningkat 25-145 pg/mL
Seorang wanita berusia 32 tahun telah menikah
8 tahun belum dikaruniai anak. Berobat ke
dokter ingin anak.

RPS
- Belum pernah hamil
- PID (-), galaktorea (+), hirsutism (-), obes (-)
- Tidak kecanduan obat obatan
- Siklus haid 23 sampai 26 hari dan berakhir
2 – 4 hari
DD.
- Suami subur (infertil)
- disfungsi fase luteal (siklus haid pendek)
Laboratorium
- Analisa sperma suami normal
- Pemeriksaan hormon istri, hasilnya :
LH 4,0 mIU/L (fase luteal 1,0-12,0)
FSH 5,5 mIU/L (fase luteal 4,0-10,0)
Progesteron 14 nmol/L (ovulasi > 30)
Prolaktin 130 ng/mL (< 20)
Analisa
Hiperprolaktinemia
Menimbulkan infertil, amneore dan galaktorea
pada wanita
Penatalaksanaan
Pemberian bromcriptine untuk supresi prolaktin
3 bulan kemudian prolaktin diperiksa ulang
menjadi 15 ng/mL progesteron menjadi 45 nmol/L
6 bulan kemudian hamil

Anda mungkin juga menyukai