Anda di halaman 1dari 28

Nama Kelompok:

1. Elenda Yobela
2. Anila Nurul Huda
3. Intan Permatasari
4. Susana Mariyen Wea
5. Rohmatul Aidah
6. Roja Meutia
7. Yosefin Meylista C B
8. Yessi M Pardede

KO D E E T I K P R O F E S I L A I N N YA
K E L 5 . K E L A S 7 A 1 A K U N TA N S I
KEBERADAAN BERBAGAI PROFESI
 Tujuan khusus dari setiap organisasi profesi adalah untuk
mengembangkan kompetensi para anggota secara berkelanjutan
sekaligus untuk melakukan pengendalian perilaku para
anggotanya dengan berpedoman pada kode etik yang telah
disepakati bersama. Kelompok-kelompok organisasi profesi
seperti ini tidak membeda-bedakan latar belakang status para
anggota mereka, baik dari sektor swasta atau sektor publik.

 Setiap organisasi profesi mempunyai pedoman kode etik untuk


menjadi standar/acuan perilaku bagi para anggotanya. Karena
banyaknya organisasi profesi yang ada, maka pada kesempatan
ini hanya akan dibahas beberapa contoh kode etik dari beberapa
organisasi profesi, yaitu profesi Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK-RI), Perhimpunan Auditor Internal
Indonesia (PAII), Himpunan Psikologi Indonesia, dan Advokat
Indonesia. 2
MODEL PENALARAN KODE ETIK PROFESI

Kepentingan Tanggung
Umum Jawab

Kompetensi

Pengetahuan Keterampilan Sikap-


Perilaku
(Knowledge) (Skill)
(Attitude)

3
KODE ETIK BPK-RI
 Kode Etik BPK dituangkan dalam Peraturan Badan Keuangan
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, serta telah
diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik
Indonesia Nomor 110 Tahun 2007. Kode Etik ini berlaku untuk
Anggota dan Pemeriksa BPK.
 Anggota BPK dan Pemeriksa BPK mempunyai pengertian yang
berbeda menurut pasal 1 ayat 2 dan 3 Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2007, yaitu :
a) Anggota BPK adalah pejabat Negara pada BPK yang dipilih
oleh DPR dan diresmikan berdasarkan Keputusan Presiden.
b) Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas
pemeriksaan pengeloaan dan tanggung jawab keuangan
Negara untuk dan atas nama BPK.
4
PROSES PENALARAN KODE ETIK BPKC
CIRI PROFESI KODE ETIK BPK

1. Kepentingan Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi dan


Publik golongan (Pasal 2b)
2. Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi yang
menyangkut knowledge, skill, dan attitude
3. Kompetensi Dilihat dari tiga unsure kompetensi (knowledge, skill, attitude):
a. Pengetahuan Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(knowledge) tertentu (Pasal 1 ayat 8)
b. Keterampilan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) merupakan patokan
(skill) pemeriksaan yang menyangkut standar umum, standar pelaksanaan
pekerjaan, dan standar pelatoran (Pasal 1 ayat 5)
c. Sikap perilaku Menyangkut diri (pribadi) dan hubungan dengan lembaga/pihak lain.
(attitude)
• Menyangkut Bagi setiap anggota dan pemeriksa wajib mematuhi, memiliki, dan
diri (pribadi) menjunjung nilai-nilai dasar (Pasal 2):
• Taat pada peraturan (ayat 2)
• Mengutamakan kepentingan Negara (ayat b)
• Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan profesionalitas (ayat c)
• Menjujung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK

5
PROSES PENALARAN KODE ETIK BPKC
CIRI PROFESI KODE ETIK BPK

• Hubungan Menghormati dan memercayai serta saling membantu di antara


rekan sejawat pemeriksa sehingga dapat bekerja sama dengan baik dalam
melaksanakan tugas (Pasal 8 ayat 1g)
• Hubungan • Menghindari terjadinya benturan kepentingan (Pasal 6 ayat 1b)
klien • Dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa pun baik
langsung maupun tidak langsung yang diduga atau patut diduga
dapat memengaruhi pelaksanaan tigas dan wewenangnya (Pasal
4 ayat 2 dan Pasal 7 ayat 2a)
• Dilarang membocorkan informasi yang diperolehnya
dariauditee (Pasal 6 ayat 2d)

• Hubungan • Dilarang merangkap jabatan pada badan, lembaga, atau


Lain perusahaan lain untuk anggota dan pemeriksa (Pasal 3 ayat 2a
dan Pasal 6 ayat 2a)
• Dilarang menjadi anggota partai politik bagi anggota BPK
(Pasal 3 ayat 2b)
• Pengawasan Melalui Majelis Kehormatan Kode Etik (Bab III Pasal 9-32)

6
INDEPEDENSI, INTEGRITAS, DAN PROFESIONALITAS BPK
NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA

Indepedensi • Memegang sumpah Netral dan tidak berpihak


jabatan Menghindari benturan kepentingan
• Netral dan tidak berpihak Menghindari hal-hal yang dapat
• Menghindari banturan memengaruhi objektivitas
kepentingan Mempertimbangkan informasi, pandangan,
• Menghindari hal-hal yang dan tanggapan pihak lain diperiksa
dapat memengaruhi Bersikap tenang dan mampu mengendalikan
objektivitas diri

Dilarang : Dilarang:
• Merangkap jabatan • Merangkap jabatan
• Menjadi anggota partai • Menunjukkan sikap dan perilaku yang
politik menyebabkan orang lain meragukan
• Menunjukkan sikap dan indepedensinya
perilaku yang • Tunduk pada intimidasi/tekanan orang lain
menyebabkan orang lain • Membocorkan informasi auditee
meragukan • Dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi
indepedensinya atau kepentingan tertentu baik untuk
kepentingan pribadi pemeriksa maupun
pihak lain

7
LANJUTAN
NILAI ANGGOTA BPK PEMERIKSA
DASAR
Integritas • Bersikap tegas • Bersikap tegas
• Jujur • Jujur
• Memegang rahasia • Memegang rahasia pihak yang diperiksa
pihak yang diperiksa

Dilarang: menerima Dilarang:


pemberian dalam • Menerima pemberian dalam bentuk
bentuk apa pun, baik apa pun, baik langsung maupun tidak
langsung maupun langsung
tidak langsung • Menyalahgunakan wewenang

8
INDEPEDENSI, INTEGRITAS, DAN PROFESIONALITAS BPK

NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA

Profesionalitas • Prinsip kehati-hatian, • Prinsip kehati-hatian, ketelitian,


ketelitian, kecermatan kecermatan
• Menyimpan rahasia • Menyimpan rahasia Negara dan
Negara dan jabatan jabatan
• Tidak • Tidak menyalahgunakan rahasia
menyalahgunakan Negara untuk kepentingan pribadi
rahasia Negara untuk dan golongan/pihak lain
kepentingan pribadi dan • Menghindari perbuatan di luar tugas
golongan/pihak lain dan wewenangnya
• Menghindari perbuatan • Komitmen tinggi
di luar tugas dan • Meningkatkan kemampuan
wewenangnya • Profesionalisme secara
berkelanjutkan
• Kerja sama saling menghormati dan
memercayai antar rekan sejawat
• Berkomunikasi dan berdiskusi antar
rekan sejawat
• Menggunakan sumber daya publik
secara efisien, efektif, dan ekonomis.
9
KODE ETIK PAII
Ada dua kategori kode etik yang diterapkan oleh PAII, yaitu
kode etik PAII dan kode etik Qualified Internal Auditor
(QIA).
Kode etik PAII berlaku bagi organisasi profesi dan semua
anggota PAII yang bekerja pada departemen/bagian audit
internal suatu organisasi/perusahaan.
Kode etik QIA adalah kode etik bagi anggota yang telah
memperoleh sertifikasi QIA melalui suatu pendidikan
formal yang diterapkan oleh PAII. Perlu dipahami bahwa
saat ini yang berprofesi pada departemen/bagian audit
internal tidak seluruhnya mempunyai kualifikasi gelar atau
sertifikat QIA. Kode etik QIA ditetapkan oleh Dewan
Sertifikasi QIA. Pasal-pasal dalam kode etik QIA adalah
sama dengan kode etik PAII, kecuali dalam kode etik QIA
tidak memasukkan Pasal 1 dan 9 dari kode etik PAII.
Kode etik PAII terlihat sangat singkat dan sederhana.
Karena terlalu singkat dan sederhana,ada beberapa hal
yang pengaturannya tidak jelas/ tidak lengkap, yaitu :
1. Kelompok yang menyangkut persyaratan
pengetahuan minimal yang diperlukan melalui
pendidikan formal tidak diatur secara eksplisit.
2. Tanggung jawab profesi auditor internal hanya
disebutkan kepada pemberi tugas ( manajemen),
tidak ada pernyataan yang menyebutkan
hubungannya dengan atau dampaknya bagi
kepentingan umum yang lenih luas.
3. Tidak ada pasal yang mengatur hubungan dengan
rekan sejawat dan hubungan lainnya.
4. Tidak ada pasal yang mengatur tentang
pengawasan dalam hal timbulnya penyimpangan
terhadap kode etik yang dilakukan oleh
anggotanya.
Kode Etik Psikologi Indonesia
Kode etik yang
berlaku bagi Ilmuwan
psikologi dan
psikolog dibedakan
berdasarkan latar
belakang pendidikan
mereka, di mana latar
belakang pendidikan
ini menetukan boleh
atau tidaknya
seseorang melakukan
praktik psikologi.
LANJUTAN

Ciri profesi Kode Etik Psikologi


3.2 Keterampilan Psikolog adalah Sarjana Psikologi yang telah mengikuti
(skill) pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) dengan kurikulum
lama (Sistem Paket Murni) Perguruan Tinggi Negeri (PTN);
atau sistem Kredit Semester (SKS) PTN; atau pendidikan
program akademik (Sarjana Psikologi) dan program
pendidikan profesi (Psikologi); atau kurikulum lama
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang sudah mengikuti ujian
negara sarjana psikologi; atau pendidikan tinggi psikologi di
luar negeri yang sudah mendapat akreditasi dan disetarakan
dengan psikologi Indonesia oleh Direktorat Pendidikan
Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas
RI). Sarjana Psikologi dengan kriteria tersebut dinyatakan
berhak dan berwenang untuk melakukan praktik psikologi
di wilayah hukum Negara Republik Indonesi.
Sarjana Psikolog menurut kriteria ini juga dikenal dan
disebut sebagai psikolog. Untuk melakukan praktik
psikologi , Sarjana Psikolog yang tergolong kriteria ini
diwajibkan memiliki izin praktik psikolog sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

13
LANJUTAN

Ciri profesi Kode Etik Psikologi


3.3 Sikap
perilaku
(attitude)
• Menyangkut • Kesadaran diri tentang Pancasila dan UUD 1945
diri (Pribadi) • Mengindahkan etika dan nilai-nilai moral yang
berlaku di masyarakat (Pasal 4a)
• Menjaga citra profesi (Pasal 4b)
• Memiliki objektivitas, kejujuran, integritas, bersikap
bijak, dan hati-hati (Pasal 2)
• Hubungan • Saling menghormati dan menjaga hak-hak serta nama
rekan baik rekan sejawat (Pasal 5a)
sejawat • Saling memberi umpan balik (Pasal 5b)
• Saling mengingatkan untuk mencegah pelanggaran
kode etik (Pasal 5c)
• Menghargai karya cipta rekan sejawat/pihak lain (Pasal
15)

14
LANJUTAN
Ciri profesi Kode Etik Psikologi
• Hubungan • Melindungi klien dari akibat yang merugikan sebagai
klien dampak pemberian jasa/praktik yang dilakukan (Pasal 8c)
• Melindungli kerahasiaan data klien, kecuali ada
persetujuan dari klien, atau ada hubungannya dengan
pihak berwenang (Pasal 12)
• Mengutamakan ketidak berpihakan dalam kepentingan
pemakai jasa, atau klien dan pihak-pihak terkait (Pasal
8d)

• Hubungan lain • Menghargai kompetensi profesi lain (Pasal 6a)


• Mencegah pemberian jasa dari pihak yang
tidak berkompeten (Pasal 6b)

• Pengawasan • Melalui Majelis Psikologi (Pasal 18)

15
KODE ETIK PROFESI ADVOKAT
• Advokat merupakan salah satu subprofesi di bidang hukum.
Sebagaimana dikatakan oleh Abdulkadir Muhammad (2006),
peraturan hukum mengatur dan menjelaskan bagaimana
seharusnya:
a) Legislator menciptakan hukum
b) Pejabat melaksanakan administrasi Negara
c) Notaris merumuskan kontrak-kontrak harta kekayaan
d) Polisi dan jaksa menegakkan ketertiban hukum
e) Pengacara membela kliennya dalam menginterpretasikan
hukum
f) Hakim menerapkan hukum dan menetapkan keputusannya
g) Pengusaha menjalankan kegiatan bisnisnya
h) Konsultan hukum memberikan nasihat hukum kepada kliennya
i) Pendidik hukum menghasilkan ahli hukum

16
• Menurut Notohamidjojo (dalam Abdulkadir Muhammad, 2006), seorang
profesional di bidang hukum perlu memiliki :
a) Sikap manusiawi, artinya tidak hanya menghadapi hukum secara
formal, melainkan kebenaran yang sesuai dengan hati nurani.
b)Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang dengan perasaan
masyarakat.
c) Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan
dalam suatu perkara konkret.
d)Sikap jujur, artinya menyatakan suatu hal benar menurut apa adanya,
serta menjauhi yang tidak benar dan tidak patut.
• Di Indonesia terdapat lebih dari satu organisasi profesi advokat. Kode
Etik Profesi Advokat berlaku sejak tanggal ditetapkan pada tanggal 23
Mei 2002 dan disepakati berlaku bersama untuk organisasi profesi
advokat yang tergabung dalam Komite Kerja Sama Advokat Indonesia
(KKAI), yang terdiri atas tujuh organisasi, yaitu: Ikatan Advokat
Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan
Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Asosiasi Konsultan Hukum
Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal
(HKHPM), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), dan Himpunan Advokat
dan Pengacara Indonesia (HAPI). 17
RINGKASAN PROSES PENALARAN KODE ETIK
PROFESI ADVOKAT INDONESIA

Ciri Profesi Kode Etik Advokat


1. Kepentingan publik • Tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh
imbalan materi, tetapi lebih mengutamakan tegaknya
hukum, kebenaran, dan keadilan (Pasal 3b)
• Wajib memberikan bantuan hukum cuma-cuma bagi
orang yang tidak mampu (Pasal 7h)

2. Tanggung jawab Menjaga citra dan martabat kehormatan profesi,


menjunjung tinggi kode etik dan sumpah jabatan
(pembukaan), dan memelihara kompetensi
3. Kompetensi : Mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
a. Pengetahuan Berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam
(knowledge) maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan undang-undang yang berlaku (Pasal 1a)
b. Keterampilan (skill) Sama dengan Pasal 1a.

18
RINGKASAN PROSES PENALARAN KODE ETIK
PROFESI ADVOKAT INDONESIA

Ciri Profesi Kode Etik Advokat


c. Sikap perilaku
(attitude) :
• Menyangkut diri • Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria,
(kepribadian) jujur, serta menjunjung tinggi hukum dan Undang Undang
Dasar (Pasal 2)
• Bersedia memberi nasehat dan bantuan hukum tanpa
membedakan agama, suku, keturunan, kedudukan sosial,
keyakinan politik (Pasal 3a)
• Bekerja dengan bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi
oleh siapa pun dan wajib menjunjung tinggi hak asasi
manusia dalam negara hukum Indonesia (Pasal 3c)
• Tidak dibenarkan melakukan pekeraan lain yang dapat
merugikan kebebasan, derajat, dan martabat advokat (Pasal
3f)
• Bersikap sopan terhadap semua pihak (Pasal 3h)

19
RINGKASAN PROSES PENALARAN KODE ETIK
PROFESI ADVOKAT INDONESIA

Ciri Profesi Kode Etik Advokat


• Hubungan rekan • Memegang teguh rasa solidaritas sesama advokat dan wajib
sejawat membela secara cuma -cuma teman sejawat yang diajukan
sebagai tersangka dalam perkara pidana (Pasal 3d dan 3e)
• Hubungan antara teman sejawat advokat berdasarkan sikap saling
menghormati, menghargai, dan memercayai (Pasal 5a)
• Tidak menggunakan kata-kata tidak sopan atau yang menyakitkan
hati (Pasal 5b)
• Keberatan terhadap tindakan teman sejawat harus diadukan
kepada Dewan Kehormatan (Pasal 5c)
• Tidak diperkenankan menarik klien teman sejawat (Pasal 5d)
• Advokat baru hanya dapat menerima perkara setelah
menerima bukti pencabutan pemberian kuasa kepada advokat
terdahulu (Pasal 5e)
• Advokat lama wajib memberikan kepada avokat yang baru semua
surat dan keterangan penting untuk mengurus perkara itu (Pasal
5f)

20
RINGKASAN PROSES PENALARAN KODE ETIK PROFESI ADVOKAT INDONESIA
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
• Hubungan • Mengutamakan penyelesaian damai dalam perkara perdata (Pasal 4a)
klien • Tidak memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien (Pasal 4b)
• Tidak dibenarkan menjamin kepada klien bahwa perkaranya akan menang
(Pasal 4c)
• Penetapan honor berdasarkan kemampuan klien (Pasal 4d)
• Tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu
(Pasal 4e)
• Perhatian yang sama diberikan terhadap perkara yang diurus secara cuma-
cuma (Pasal 4f)
• Harus menolak mengurus perkara yang tidak ada dasar hukumnya (Pasal
4g)
• Wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang menyangkut
klien(Pasal 4h)
• Dilarang melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat
yangtidak menguntungkan klien atau akan merugikan klien yang tidak
dapat diperbaiki lagi (Pasal 4i)
• Mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan bersama dua
pihak atau lebih apabila kemudian timbul pertentangan kepentingan
diantara pihak-pihak yang bersangkutan (Pasal 4j)
• Mempunyai hak retensi terhadap klien tetapi tidak dapat digunakan
apabila dengan retensi itu kepentingan klien akan dirugikan yang tidak
dapat diperbaiki lagi (Pasal 4k)

20
RINGKASAN PROSES PENALARAN KODE ETIK PROFESI ADVOKAT INDONESIA
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
• Hubungan • Sebagai profesi mulia, advokat dalam menjalankan profesinya di bawah
lain perlindungan hukum, undang-undang, dan kode etik (Pasal 8a)
• Tidak diperkenankan memasang iklan, termasuk pemasangan papan nama
dengan ukuran yang berlebihan (Pasal 8b)
• Tidak mengadakan kantor cabang di tempat yang merugikan kedudukan
advokat, misalnya di rumah atau di kantor seorang yang bukan advokat
(Pasal 8c)
• Tidak mengizinkan pencantuman namanya di papan nama, iklan, atau cara
lain oleh orang bukan advokat, tetapi memperkenalkan diri sebagai wakil
advokat (Pasal 8d)
• Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualitas untuk mengurus
sendiri perkara, memberi nasihat kepada klien secara lisan atau tertulis
(Pasal 8e)
• Tidak memublikasikan diri melalui media massa untuk menarik perhatian
masyarakat mengenai perkara yang sedang ditanganinya, kecuali untuk
menegakkan prinsip hukum yang wajib diperjuangkan oleh semua
advokat(Pasal 8f)
• Advokat dapat mengundurkan diri dari per yang diurusnya bila dicapai
kesepakatan dengan kliennya (Pasal 8g)
• Tidak mengizinkan advokat mantan hakim/panitera menangani perkara di
pengadilan yang bersangkutan selama tiga tahun sejak ia berhenti dari
pengadilan tersebut (Pasal h)

21
RINGKASAN PROSES PENALARAN KODE ETIK
PROFESI ADVOKAT INDONESIA

Ciri Profesi Kode Etik Advokat


• Pengawasan • Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini dilakukan
oleh Dewan Kehormatan (Pasal 9)
PROFESI DAN HAKIKAT MANUSIA UTUH
Bila seorang profesional benar-benar menghayati profesinya dan betul-betul
mau mematuhi kode etik yang ditetapkan atas dasar kesadaran diri dalam
melaksanakan profesinya, maka sebenarnya ia telah menjalani kehidupan
sesuai dengan hakikat manusia seutuhnya. Hakikat manusia utuh adalah hidup
dengan menyeimbangkan pemenuhan EQ, IQ, SQ, dan PQ. Kesadaran untuk
terus-menerus memelihara unsur kompetensi ilmu pengtahuan dan
keterampilan teknis mencerminkan upaya untuk meningkatkan IQ. Kesadaran
untuk menumbuhkan sikap perilaku yang baik dalam menjalankan profesi
sebenarnya sekaligus untuk memupuk EQ, dan SQ. Membangun karakter,
prinsip-prinsip, dan nilai-nilai dasar seperti bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menanamkan integritas, kejujuran, independensi, objektivitas, dan
sejenisnya merupakan fondasi untuk membangun SQ. Melayani klien dengan
kompentesi tinggi, menjaga hubungan harmonis dengan rekan sejawat atas
dasar saling menghormati, mengahargai, dan mempercayai, berbicara sopan
dengan siapa pun, merupakan dasar bagi pembangunan EQ.
Dengan demikian, walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam setiap
kode etik, seorang profesional yang benar-benar telah mematuhi dan mengikuti
kode etik profesi dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau
tidak, ia telah mejalani kehidupan sebagai manusia seutuhnya. 24
KASUS MULYA LUBIS DIBERHENTIKAN
Majelis Kehormatan Daerah Perhimpunan Advokat Indonesia DKI Jakarta
memberhentikan secara tetap Todung Mulya Lubis sebagai advokat. Ia dinilai
melakukan pelanggaran berat, yaitu melangga larangan konflik kepentingan
dan lebih mengedepankan materi dalam menjalankan profesi dibandingkan
dengan penegakan hokum, kebenaran, dan keadilan. Putusan itu dibacakan
oleh Majelis Kehormatan Daerah Perhimpunan Advokat Indonesia (MKD
Peradi) DKI Jakarta, Jumat 16 Mei 2008 di Kantor Paredi, Kuningan, Jakarta.
Sidang dipimpin oleh Jack R. Sidabutar dengan anggota Alex R. Wangge,
Daniel Panjaitan, Antonius
P.S. Wibowo dan Dr. Andang L. Binawan. Hadir dalam sidang tersebut pihak
pengadu, Hotman Paris Hutapea, dan pihak teradu,Todung Mulya Lubis, serta
sejumlah advokat dari kantor hukum Lubis, Santoso, dan Maulana. Dua
anggota MKD memberikan pendapat berbeda. Menurut mereka, hukuman
pemberhentian tetap terlalu berat. Dua anggota tersebut mengusulkan
hukuman pemberhentian sementara selama 12 bulan. Todung mengungkapkan
bahwa dirinya sangat sedih dan kecewa dengan putusan MKD Peradi DKI
Jakarta. Ia mengatakan, putusan tersebut sebagai sebuah dagelan yang tidak
lucu, dan langsung mengajukan banding.
25
Majelis Kehormatan menilai Todung melanggar Pasal 4j dan Pasal 3b Kode
Etik Advokat Indonesia. Pelanggaran tersebut dilakukan ketika Todung menjadi
kuasa hukum Salim Group terkait kasus Sugar Group Companies (SGC) di
pengadilan negeri Kotabumi dan PN Gunung Sugih, Lampung. Benturan
kepentingan terjadi ketika pada tahun 2002 Todung menjadi anggota Tim
Bantuan Hukum Komite Kebijakan Sektor Keuangan (TBH-KKSK). Tim
tersebut diminta Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) melakukan
legal audit terhadap kekayaan Salim Group. Saat itu, SGC merupakan salah
satu perusahaan milik Salim. Pihak BPPN kemudian menjual SGC ke pemilik
baru.
Pada tahun 2006, pemilik baru itu menggugat Salim Group dan pemerintah.
Pihak Salim diwakili oleh Todung Mulya Lubis selaku kuasa hukum. Memang
saat itu tugas Todung di TBH KKSK sudah selesai sejak tahun 2002. Namun,
MKD menilai ada benturan kepentingan saat Todung menjadi kuasa hukum
SGC dan anggota TBH KKSK. Apalagi, di dalam persidangan Todung
menggunakan hasil legal audit TBH KKSK. Menurut Majelis, kepentingan
BPPN cq. Menkeu cq. Pemerintah RI terkait legal audit SGC seharusnya
dipertahankan dan dirahasiakan oleh Todung. Hal tersebut ditegaskan dalam
Pasal 8 ayat 1 dan 2 Perjanjian TBH-KKSK. Namun faktanya, Todung
mengungkapkan sebagian isi TBH itu di PN Gunung Sugih dan Kotabumi.
Meskipun di dalam dokumen TBH dikatakan bahwa Salim Group dinyatakan
26
melanggar MSAA, Todung justru mengatakan sebaliknya di persidangan.
Apalagi hal ini tidak dibantah oleh Todung. Saksi ahli yang diajukan oleh
Todung mengatakan bahwa pendapat hukum dapat berubah tergantung pada
situasi dan kondisi. MKD Perdi DKI Jakarta juga sebelumnya
mempertimbangkan adanya peringatan kepada Todung.
Pada 14 Juni 2004, Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Advokat Indonesia
memberi peringatan keras kepada Todung sehubungan dengan adanya iklan di
media massa mengenai putusan pengadilan, tetapi isi iklan berbeda dengan
putusan pengadilan. Dalam jumpa pers di kantornya, Todung didampingi
koleganya sesama advokat, Maqdir Ismail dan Perry Cornelius. “Terus terang
saya shocked, terkejut, dan bertentangan dengan fakta-fakta dan akal
sehat. Ini bertentangan dengan semua logika rasional. Sebuah dagelan
hukum yang sangat tidak lucu.
Dalam sejarah Indonesia, mungkin saya advokat pertama yang dipecat
secara permanen,” kata Todung.”Ini kezaliman, kesewenang-wenangan yang
melampaui batas. Buat saya, itu sesuatu yang melampaui batas karena kalau
tuduhannya benturan kepentingan, sama sekali tidak ada benturan
kepentingan,” ujarnya. Todung menyampaikan bahwa dalam penanganan kasus
Anthony Salim, Departemen Keuangan telah menulis surat tidak keberatan
karena tidak berkepentingan. Namun pada kesempatan saat ini, ia tidak akan
masuk ke soal detail seperti itu karena ia akan banding ke Pengadilan Dewan
Peradi Pusat.
27
THANK YOU FOR
YOUR ATTENTION

28

Anda mungkin juga menyukai