Etika Profesi Kel 5
Etika Profesi Kel 5
1. Elenda Yobela
2. Anila Nurul Huda
3. Intan Permatasari
4. Susana Mariyen Wea
5. Rohmatul Aidah
6. Roja Meutia
7. Yosefin Meylista C B
8. Yessi M Pardede
KO D E E T I K P R O F E S I L A I N N YA
K E L 5 . K E L A S 7 A 1 A K U N TA N S I
KEBERADAAN BERBAGAI PROFESI
Tujuan khusus dari setiap organisasi profesi adalah untuk
mengembangkan kompetensi para anggota secara berkelanjutan
sekaligus untuk melakukan pengendalian perilaku para
anggotanya dengan berpedoman pada kode etik yang telah
disepakati bersama. Kelompok-kelompok organisasi profesi
seperti ini tidak membeda-bedakan latar belakang status para
anggota mereka, baik dari sektor swasta atau sektor publik.
Kepentingan Tanggung
Umum Jawab
Kompetensi
3
KODE ETIK BPK-RI
Kode Etik BPK dituangkan dalam Peraturan Badan Keuangan
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, serta telah
diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik
Indonesia Nomor 110 Tahun 2007. Kode Etik ini berlaku untuk
Anggota dan Pemeriksa BPK.
Anggota BPK dan Pemeriksa BPK mempunyai pengertian yang
berbeda menurut pasal 1 ayat 2 dan 3 Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2007, yaitu :
a) Anggota BPK adalah pejabat Negara pada BPK yang dipilih
oleh DPR dan diresmikan berdasarkan Keputusan Presiden.
b) Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas
pemeriksaan pengeloaan dan tanggung jawab keuangan
Negara untuk dan atas nama BPK.
4
PROSES PENALARAN KODE ETIK BPKC
CIRI PROFESI KODE ETIK BPK
5
PROSES PENALARAN KODE ETIK BPKC
CIRI PROFESI KODE ETIK BPK
6
INDEPEDENSI, INTEGRITAS, DAN PROFESIONALITAS BPK
NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA
Dilarang : Dilarang:
• Merangkap jabatan • Merangkap jabatan
• Menjadi anggota partai • Menunjukkan sikap dan perilaku yang
politik menyebabkan orang lain meragukan
• Menunjukkan sikap dan indepedensinya
perilaku yang • Tunduk pada intimidasi/tekanan orang lain
menyebabkan orang lain • Membocorkan informasi auditee
meragukan • Dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi
indepedensinya atau kepentingan tertentu baik untuk
kepentingan pribadi pemeriksa maupun
pihak lain
7
LANJUTAN
NILAI ANGGOTA BPK PEMERIKSA
DASAR
Integritas • Bersikap tegas • Bersikap tegas
• Jujur • Jujur
• Memegang rahasia • Memegang rahasia pihak yang diperiksa
pihak yang diperiksa
8
INDEPEDENSI, INTEGRITAS, DAN PROFESIONALITAS BPK
13
LANJUTAN
14
LANJUTAN
Ciri profesi Kode Etik Psikologi
• Hubungan • Melindungi klien dari akibat yang merugikan sebagai
klien dampak pemberian jasa/praktik yang dilakukan (Pasal 8c)
• Melindungli kerahasiaan data klien, kecuali ada
persetujuan dari klien, atau ada hubungannya dengan
pihak berwenang (Pasal 12)
• Mengutamakan ketidak berpihakan dalam kepentingan
pemakai jasa, atau klien dan pihak-pihak terkait (Pasal
8d)
15
KODE ETIK PROFESI ADVOKAT
• Advokat merupakan salah satu subprofesi di bidang hukum.
Sebagaimana dikatakan oleh Abdulkadir Muhammad (2006),
peraturan hukum mengatur dan menjelaskan bagaimana
seharusnya:
a) Legislator menciptakan hukum
b) Pejabat melaksanakan administrasi Negara
c) Notaris merumuskan kontrak-kontrak harta kekayaan
d) Polisi dan jaksa menegakkan ketertiban hukum
e) Pengacara membela kliennya dalam menginterpretasikan
hukum
f) Hakim menerapkan hukum dan menetapkan keputusannya
g) Pengusaha menjalankan kegiatan bisnisnya
h) Konsultan hukum memberikan nasihat hukum kepada kliennya
i) Pendidik hukum menghasilkan ahli hukum
16
• Menurut Notohamidjojo (dalam Abdulkadir Muhammad, 2006), seorang
profesional di bidang hukum perlu memiliki :
a) Sikap manusiawi, artinya tidak hanya menghadapi hukum secara
formal, melainkan kebenaran yang sesuai dengan hati nurani.
b)Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang dengan perasaan
masyarakat.
c) Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan
dalam suatu perkara konkret.
d)Sikap jujur, artinya menyatakan suatu hal benar menurut apa adanya,
serta menjauhi yang tidak benar dan tidak patut.
• Di Indonesia terdapat lebih dari satu organisasi profesi advokat. Kode
Etik Profesi Advokat berlaku sejak tanggal ditetapkan pada tanggal 23
Mei 2002 dan disepakati berlaku bersama untuk organisasi profesi
advokat yang tergabung dalam Komite Kerja Sama Advokat Indonesia
(KKAI), yang terdiri atas tujuh organisasi, yaitu: Ikatan Advokat
Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan
Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Asosiasi Konsultan Hukum
Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal
(HKHPM), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), dan Himpunan Advokat
dan Pengacara Indonesia (HAPI). 17
RINGKASAN PROSES PENALARAN KODE ETIK
PROFESI ADVOKAT INDONESIA
18
RINGKASAN PROSES PENALARAN KODE ETIK
PROFESI ADVOKAT INDONESIA
19
RINGKASAN PROSES PENALARAN KODE ETIK
PROFESI ADVOKAT INDONESIA
20
RINGKASAN PROSES PENALARAN KODE ETIK PROFESI ADVOKAT INDONESIA
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
• Hubungan • Mengutamakan penyelesaian damai dalam perkara perdata (Pasal 4a)
klien • Tidak memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien (Pasal 4b)
• Tidak dibenarkan menjamin kepada klien bahwa perkaranya akan menang
(Pasal 4c)
• Penetapan honor berdasarkan kemampuan klien (Pasal 4d)
• Tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu
(Pasal 4e)
• Perhatian yang sama diberikan terhadap perkara yang diurus secara cuma-
cuma (Pasal 4f)
• Harus menolak mengurus perkara yang tidak ada dasar hukumnya (Pasal
4g)
• Wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang menyangkut
klien(Pasal 4h)
• Dilarang melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat
yangtidak menguntungkan klien atau akan merugikan klien yang tidak
dapat diperbaiki lagi (Pasal 4i)
• Mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan bersama dua
pihak atau lebih apabila kemudian timbul pertentangan kepentingan
diantara pihak-pihak yang bersangkutan (Pasal 4j)
• Mempunyai hak retensi terhadap klien tetapi tidak dapat digunakan
apabila dengan retensi itu kepentingan klien akan dirugikan yang tidak
dapat diperbaiki lagi (Pasal 4k)
20
RINGKASAN PROSES PENALARAN KODE ETIK PROFESI ADVOKAT INDONESIA
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
• Hubungan • Sebagai profesi mulia, advokat dalam menjalankan profesinya di bawah
lain perlindungan hukum, undang-undang, dan kode etik (Pasal 8a)
• Tidak diperkenankan memasang iklan, termasuk pemasangan papan nama
dengan ukuran yang berlebihan (Pasal 8b)
• Tidak mengadakan kantor cabang di tempat yang merugikan kedudukan
advokat, misalnya di rumah atau di kantor seorang yang bukan advokat
(Pasal 8c)
• Tidak mengizinkan pencantuman namanya di papan nama, iklan, atau cara
lain oleh orang bukan advokat, tetapi memperkenalkan diri sebagai wakil
advokat (Pasal 8d)
• Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualitas untuk mengurus
sendiri perkara, memberi nasihat kepada klien secara lisan atau tertulis
(Pasal 8e)
• Tidak memublikasikan diri melalui media massa untuk menarik perhatian
masyarakat mengenai perkara yang sedang ditanganinya, kecuali untuk
menegakkan prinsip hukum yang wajib diperjuangkan oleh semua
advokat(Pasal 8f)
• Advokat dapat mengundurkan diri dari per yang diurusnya bila dicapai
kesepakatan dengan kliennya (Pasal 8g)
• Tidak mengizinkan advokat mantan hakim/panitera menangani perkara di
pengadilan yang bersangkutan selama tiga tahun sejak ia berhenti dari
pengadilan tersebut (Pasal h)
21
RINGKASAN PROSES PENALARAN KODE ETIK
PROFESI ADVOKAT INDONESIA
28