Anda di halaman 1dari 15

Pengambilan

Keputusan Etik Pada


Kasus
KELOMPOK 4
Nama Anggota :

IRVRILIA RAHMA
(18631705)
REGIF INTAN BARANY
RAHMA TRI FANY
(18631725)
CICI ANDRI WIDISARI
(18631675)

(18631705)
APRILLIA CHRISTINE
(18631675)
MUFALIHA SHABILA
(18631725)
LAILY AYU NUROHMAH
(18631649)
Konsep teori
tentang Aborsi

Kasus Aborsi Yang


Melibatkan Perawat
Pengambilan
Keputusan Etik

Tipe
Penyelesaian
Kasus

STUDY CASE
Sekilas Kasus
Kepolisian Resor Magelang, Jawa Tengah, membongkar praktik aborsi yang diduga melibatkan bidan, perawat, dan
pacar korban. 3 tersangka tersebut, yakni warga Tempuran, perawat NU (27) warga Mertoyudan. Kemudian seorang pedagang BT
(53), warga Tegalrejo dan pacar korban BU (43) warga Tegalrejo.
Terbongkarnya kasus ini karena korban Riyati warga Desa Sukorejo, Tegalrejo, Kabupaten Magelang, meninggal
dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit karena pendarahan. Kejadian aborsi berlangsung bulan Februari 2016 atas permintaan
korban yang dididuga malu karena berstatus janda mengandung usia tiga bulan. Saat itu, korban kemudian diberikan tiga butir obat
cytotek oleh perawat NU yang dimasukkan ke dalam kemaluannya. Selanjutanya, pada malam harinya, korban mengirimkan SMS
kepada perawat NU yang memberitahukan jika janin dalam perutnya sudah keluar, namun ari – arinya masih tertinggal. Korban
pada dini hari, kemudian mengeluarkan sendiri ari – arinya tersebut dengan menariknya. Tersangka perawat NU menyamarkan
korban segera menuju rumah sakit untuk penanganan medis.Saat diperiksa di rumah sakit bersaling tersebut, ternyata korban sudah
meninggal dunia,” katanya. Atas meninggalnya korban, pihak keluarga sempat curiga kemudian melaporkan kejadian tersebut ke
Polres Magelang.
Menindak lanjuti laporan tersebut, petugas terus melakukan penyelidikan bahkan sempat membongkar makam korban
pada 19 Juli 2016. Autopsi dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian korban. “Hasil autopsy jenazah korban diketahui ada
indikasi upaya abosi menggunakan obat dengan dosis tertentu sehingga mengakibatkan korban meninggal dunia,” katanya.
Kanit PPA Polres Magelang Aiptu Isti Wulandari mengatakan tersangka dijerat pasal 194 UU nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan dengan ancaman hukuman penjara paling lama 10 tahun dengan denda paling banyak Rp 1 miliar. Kemudian,
subsider pasal 348 KUHP dengan ancaman hukuman paling lama 7 tahun.
Konsep Teori Tentang Aborsi

Aborsi adalah ….
Aborsi adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar Rahim. Janin belum mampu hidup di luar Rahim jika
beratnya kurang dari 500g atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu
karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan
pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului
dengan matinya janin dalam rahim.

Aborsi adalah ….
Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara
tersirat pada pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992
disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya
untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari tindakan
medis tertentu, yaitu aborsi.
Macam – Macam Aborsi

Aborsi spontan
(spontaneous abortus)
aborsi yang terjadi secara alamiah baik tanpa sebab tertentu maupun karena adanya sebab tertentu. Aborsi
spontan bisa disebabkan oleh karena terjadinya kecelakaan atau sebab kelainan kromosom, kelainan rahim,
kelainan hormon, dan beberapa kasus akibat infeksi atau penyakit seperti sphylis, ginjal, dan TBC.

Abortus yang disengaja


(abortus provocatus/inducet proabortion)

1. Aborsi artificialis therapicus, yaitu aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis, sebelum
anak lahir secara alami untuk menyelamatkan jiwa ibu yang terancam bila kelangsungan kehamilannya
dipertahankan.
2. Aborsi provocatus criminalis, yaitu pengguguran yang dilakukan tanpa indikasi medis. Aborsi ini
dilakukan sengaja namun tanpa ada indikasi medis yang menyebabkan terjadinya aborsi seperti karena
faktor ekonomi, kecantikan, kekhawatiran sanksi moral dan faktor lain yang sangat personal.
Hukum Pasal tentang Aborsi
Pasal 75 Pasal 76
• Berdasarkan pasal 75 ayat (1) UU No.36 tahun Berdasarkan pasal 76 terdapat ketentuan melakukan
2009 Tentang Kesehatan (UU Kesehatan) aborsi, diantaranya :
disebutkan, pengecualian terhadap larangan • Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung
melakukan aborsi diberikan hanya dalam dua dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam
kondisi yaitu Indikasi kedaruratan medis dan hal kedaruratan medis.
Kehamilan akibat perkosaan.
• Oleh tenaga kesehatan yang memiliki
• Berdasarkan pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan, keterampilan dan kewenangan yang memiliki
tindakan aborsi hanya dapat dilakukan setelah sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.
melakukan konseling dan/atau penasehatan pra-
tindakan dan diakhiri konseling pasca tindakan • Dengan persetujuan ibu hamil yang
yang dilkukan konselor yang kompeten dan bersangkutan
berwewenang • Dengan izin suami kecuali korban perkosaan
• Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi
Pasal 77 syarat yang ditetapkan oleh menteri (pasal 76
UU Kesehatan)
Pada pasal 77 berisi pemerintah wajib
melindungi dan mencegah perempuan dari
aborsi.
Penyebab & Risiko Aborsi
Penyebab Aborsi

1. Alasan Medis
2. Alasan Pribadi

Risiko Aborsi
1. Risiko Kesehatan
2. Risiko PSikologis
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK

1. Mengumpulkan Data
Nama : Perawat NU
Alamat : Martoyudan, Magelang
Pekerjaan : Perawat
Tahun kasus : 2016
Kasus : pelanggaran pasal 75 ayat (1) UU No.36 tahun
2009 Tentang Kesehatan.
Orientasi terhadap isu-isu yang terkait dilema etik
Perawat NU dimintai untuk melakukan tindakan aborsi oleh BT(korban),
selanjutnya perawat NU meneruskan kepasa perawat MX dan akhirnya
disepakati uang untuk membayar aborsi sebesar Rp 2,5 juta dan ditambah
uang jasa rp 500.000, setelah terjadi kesepakatan, korban diantar
BU(pacarnya) serta BT menuju klinik fajar.
2. Pernyataan dilemma
a. Perawat membuat pernyataan dilema secara jelas dan pasti
• Di satu sisi perawat dengan kewenangan yang sangat terbatas harus membantu pasien
dalam keadaan darurat, sedangkan disisi lain memberikan obat yang dosisnya tinggi dengan
dibayangi oleh ketakutan terhadap ancaman pidana.
b. Mengidentifikasi prinsip-prinsip etik yang terkait
• Azas Otonom : hak dari perawat untuk menerima pasien yang hendak aborsi
3. Pertimbangan pilihan tindakan
• Memberikan tindakan tanpa mempertimbangkan konsekuensi perawat segala kemungkinan dari tindakan
akan dapat dilakukan untuk mengatasi dilemma.
Perawat MX melakukan tindakan aborsi di daerah Magelang Jawa Tengah karena membantu korban Riyati
untuk aborsi yang di duga malu karena berstatus janda mengandung usia tiga bulan sehingga perawat MX
melakukan tindakan aborsi.
• Melakukan curah pendapat dengan mempertimbangkan masukan dari sumber-sumber kolega supervisor atau
pakar-pakar etik
Berdasarkan pasal 75 ayat (1) UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan (UU Kesehatan) disebutkan,
pengecualian terhadap laranagn melakukan aborsi diberikan hanya dalam dua kondisi seperti berikut ;
• Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetic berat dan/atau cacat baawaan, maaupun yang tidak dapat
diperbaiki sehinggaa menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan.
• Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabka trauma psikologis bagi korban perkosaan.
Hal tersebut dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan tidak dapat diperlakukan sama dan semua tempat di Indonesia
4. Analisis keuntungan dan kerugian setiap tindakan
● Identifikasi tindakan yang lebih realistis
Perawat MX seharusnya menolak permintan korban riyati untuk mengaborsi kandungannya, dan
menyaraankan supaya korban Riyati untuk membesarkan janinnya karena pacar korban ingin bertanggung
jawab untuk menikahi dan membesarkan anaknya.
● Evaluasi setiap konsekuensi pilihan tindakan
Karena perawat MX melakukan hal tersebut melanggar peraturan perundang-undangan pasal 75 ayat (1) UU
No.36 tahun 2009
● Pertimbangan keuntungan dan kerugian
Keuntungan : Perawat mendapatkan uang Jasa sebesar 500.000
Kerugian : Akibat perawat melakukan tindakan aborsi yang melanggar pasal 75 ayat (1) UU
No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan (UU Kesehatan)
5. Membuat keputusan
Maka Kanit PPA Polres Magelang Aiptu Isti
Wulandari mengatakan tersangka dijerat
pasal 194 UU nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan dengan ancaman hukuman
penjara paling lama 10 tahun dengan denda
paling banyak Rp 1 miliar. Kemudian,
subsider pasal 348 KUHP dengan ancaman
hukuman paling lama 7 tahun.
TIPE PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK

Prosedural : melalui upaya formal berdasarkan prosedur


tertentu.

Penyelesain keputusan etik berdasarkan pada kasus Praktik


Aborsi Libatkan Perawat yang setuju melakukan tindakan
aborsi kepada korban hingga mengakibatkan meninggal
dunia pada korban dan Kanit PPA Polres Magelang Aiptu Isti
Wulandari mengatakan tersangka dijerat pasal 194 UU
nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dengan ancaman
hukuman penjara paling lama 10 tahun dengan denda paling
banyak Rp 1 miliar. Kemudian, subsider pasal 348 KUHP
dengan ancaman hukuman paling lama 7 tahun.
That’s all. Thank you! 
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai