Anda di halaman 1dari 43

MALARIA

RSUD KOTA MAKASSAR


 Nama : Tn. S
 Umur : 22 tahun
 Jenis kelamin :Laki-laki
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Mahasiswa
 Alamat : Kali Karang Papua
 No. RM : 265314
 Tgl MRS : 15/5/2019
 Pasien MRS dengan keluhan demam sejak 8 hari
yang lalu, demam hilang timbul, Demam disertai
dengan mengigil. Selain itu pasien juga mengeluh ANAMNESIS
nyeri kepala (+) dan nyeri diseluruh badan, batuk (+)
serta gatal pada tenggorokan, mual (+), muntah (+)
frek. 2x, nyeri ulu hati (+), BAB-BAK (+) biasa
kesan cukup. Riwayat tinggal di papua dari kecil dan
ke makassar baru 5 hari yang lalu. Riw. Malaria (+)
• Riwayat penyakit yang sama : Ada • Riwayat Merokok : tidak ada

• Riwayat stroke : tidak ada • Riwayat Konsumsi alkohol: tidak ada


• Riwayat hipertensi : tidak ada
• Riwayat penyakit yang sama pada keluarga :
• Riwayat diabetes melitus : tidak ada
Tidak diketahui
• Riwayat penyakit jantung : tidak ada
• Riwayat penyakit hati : tidak ada
• Riwayat pengobatan :
• Riwayat batuk lama : tidak ada
Tidak ada
• Riwayat trauma : tidak ada
• Riwayat penyakit atopi : tidak ada
• Riwayat sosial ekonomi :
• Riwayat Alergi : tidak ada
Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Compos Mentis / Gizi Baik / Sakit Sedang


Status Kesadaran : Kuantitatif : GCS 15 (E4M6V5)
Kualitatif : Compos Mentis
Tekanan Darah: 100/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit, reguler, kuat angkat
Pernapasan : 20 x/menit, reguler
Suhu : 39 0C (Axilla)
BB : 53 kg
TB : 166 cm
IMT : 19,27 kg/cm (Normal)
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
• Bentuk : normocephal
• Ekspresi wajah : lemas
• Simetris wajah : simetris THT
• Rambut : rambut hitam tidak mudah • Telinga : bentuk normal, simetris, lubang
di cabut. lapang, serumen (-/-)
• Deformitas : tidak ada • Hidung : bentuk normal, sekret (-/-)
• Bibir : normal, sianosis (-), pucat (-)
Mata
• Tonsil. : T1-T1 hiperemis (-)
•Eksoptalmus/enoptalmus : (-)
• Faring : hiperemis (-)
•Gerakan : segala arah baik
•Tekanan bola mata : tdk diperiksa. • Lidah : kotor (-), tremor (-)
•Kelopak mata : edema palpebra (-) • Mukosa mulut : koplik spot (-)
•Konjungtiva : anemis (-/-) • Leher : simetris, pembesaran KGB tidak ada
•Sklera : ikterus (-/-)
•Kornea : jernih
•Pupil : bulat, isokor 2,5 mm/2,5 mm
PEMERIKSAAN FISIK

Thoraks
Auskultasi
 Inspeksi
•Bunyi nafas : Vesikuler
• Bentuk : Simetris kiri dan kanan
•Bunyi tambahan :
• Sela iga dalam batas normal, retraksi (-) Ronchi -/- wheezing -/-
• Pembuluh darah tidak ada kelainan
Jantung
 Palpasi
• Tidak ada nyeri tekan • Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak,
• Fokal Fremitus Normal
• Palpasi : Iktus cordis tidak teraba.

o Perkusi • Perkusi : batas jantung kanan ICS IV line


• Batas paru hepar : ics vi dekstra anterior parasternalis dekstra, batas kiri jantung ICS V
• Batas paru belakang kanan setinggi columna
linea midclavicularis sinistra
vertebra IX dekstra
• Batas paru belakang kiri setinggi kolumna • Auskultasi : S1/S2 murni reguler, murmur tidak
vertebra thorakal x sinistra
ada.
PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen

• Inspeksi : tampak normal, ikut gerak napas

• Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal

• Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+). hepar dan lien tidak teraba.

• Perkusi : Timpani

• Lain–lain : ascites (-)

Ektremitas

• Inspeksi : Tidak ada deformitas, edem (-)

• Palpasi : Akral teraba hangat.


DARAH RUTIN
Darah Rutin Hasil Satuan Nilai Rujukan
WBC 7.5 10^3/uL 4,00-10,00
RBC 4.22 10^6/uL 4,50-6,20
HGB 13.0 g/dl 13,0-17,0
HCT 37.6 % 40,1-51
MCV 89.1 fl 79-92.2
MCH 30.8 pg 25,6-32,2
MCHC 34.6 g/dl 32,2-36,5
PLT 89 10^3/uL 150-400
PARASITOLOGY

Malaria

Falcifarum Negatif
Vivax Positif
Ovale Negatif
Malariae Negatif
DIAGNOSIS KERJA:
Malaria Tertiana

Penatalaksanaan:
1. RL 28 tpm
2. DHP 1 x 4 tab (3 hari)
3. Primakuin 1 x 1 (14 hari)
4. Antrain 1 amp/tgc
5. Ambroxol 3 x 1
6. Cetirizine 1 x 1
7. Ranitidin 1 amp/8jam/Iv
PENGKAJIAN DIAGNOSIS
 MALARIA
 Anamnesis Kasus : TRIAS MALARIA :
 Demam dialami sejak 8 hari yang lalu periode dingin (15-60 menit): mulai
menggigil, sering membungkus diri dengan
 Demam di awali dengan rasa dingin selama selimut atau sarung, seluruh badan bergetar
kurang lebih 1 jam demam tinggi lalu dan gigi-geligi saling terantuk,
berkeringat banyak. periode panas : muka merah, nadi cepat, dan
suhu badan tetap tinggi beberapa jam,
 Nyeri seluruh badan ada periode berkeringat : berkeringat banyak
 Nyeri kepala ada dan temperatur turun, dan penderita merasa
sehat.
 Mual ada
 Muntah ada
 Nyeri perut ada
 Riwayat peny.Malaria
PEMERIKSAAN FISIS
Tekanan Darah : 100/60 mmHg PEMERIKSAAN FISIK Teori :

Nadi : 88 x/menit Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 °C


Konjungtiva atau telapak tangan pucat
Pernapasan : 20 x/menit Sklera ikterik
Pembesaran Limpa (splenomegali)
Suhu : 390C (Axilla) Pembesaran hati (hepatomegali)

 Konjungtiva anemis tidak ada, ikterus tidak ada


 Hepatomegali tidak teraba
 Splenomegali tidak teraba
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin Hasil Satuan Nilai Rujukan
WBC 7.5 10^3/uL 4,00-10,00
RBC 4.22 10^6/uL 4,50-6,20 Pemeriksaan Penunjang teori :
HGB 13.0 g/dl 13,0-17,0
- Sediaan darah tebal dan tipis
HCT 37.6 % 40,1-51
ditemukan plasmodium, serologi
MCV 89.1 fl 79-92.2 malaria [+].
MCH 30.8 pg 25,6-32,2
MCHC 34.6 g/dl 32,2-36,5
PLT 89 10^3/uL 150-400

Hasil Rujukan
Malaria Plasmodium falcifarum Negatif
Plasmodium Vivax Positif
Plasmodium Ovale Negatif
Plasmodium Malariae Negatif
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
parasit genus Plasmodium (P.falsifarum, P.vivax, P.ovale,
P. malariae, dan P.Knowlesi) yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia atau
jaringan. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina.
EPIDEMIOLOGI
INSIDEN MALARIA PADA TAHUN 2015 DI INDONESIA

Jenis yang paling banyak


ditemukan di Indonesia
adalah Plasmodium
falcifarum dan Plasmodium
Vivax sedangkan
Plasmodium malariae
dapat ditemukan
dibeberapa provinsi antara
lain Lampung, NTB, dan
Papua. Plasmodium ovale
pernah di temukan di NTT
dan Papua.
ETIOLOGI
Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

Dikenal 5 (lima) macam spesies yaitu:


- Plasmodium Falcifarum
- Plasmodium vivax
- Plasmodium ovale
- Plasmodium malariae
- Plasmodium knowlesi
SIKLUS HIDUP
I. Fase aseksual (skizogoni) pada manusia
1.Daur dalam sel hati/skizogoni ekso-eritrosit
a. Skizogoni ekso-eritrosit primer (pra-eritrosit)
b. Skizogoni ekso-eritrosit sekunder
2. Daur dalam eritrosit/skizogoni eritrosit

II. Fase seksual (sporogoni) pada Anopheles betina


GEJALA KLINIS
TRIAS MALARIA :
 periode dingin (15-60 menit): mulai menggigil, sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung, seluruh badan
bergetar dan gigi-geligi saling terantuk,
 periode panas : muka merah, nadi cepat, dan suhu badan tetap
tinggi beberapa jam,
 periode berkeringat : berkeringat banyak dan temperatur turun,
dan penderita merasa sehat.
1. Demam (secara periodik)
Menggigil (1/4 – 1 jam)
Demam tinggi (2 – 6 jam)
Berkeringat (2 – 4 jam)
P. vivax & P. ovale demam timbul setiap 48 jam
P. malariae demam timbul setiap 72 jam
P. falciparum demam timbul setiap < 48 jam
2. Anemia  anemia normositik normokrom
3. Hepatomegali (hepar teraba membesar)
4. Splenomegali (limpa membesar)
DIAGNOSIS
ANAMNESIS

 Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai


sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-
pegal.
 Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
 Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
 Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
PEMERIKSAAN FISIK :

 Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 °C


 Konjungtiva atau telapak tangan pucat
 Sklera ikterik
 Pembesaran Limpa (splenomegali)
 Pembesaran hati (hepatomegali)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan dengan mikroskop


Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
Puskesmas/lapangan/rumah sakit/ laboratorium klinik untuk
menentukan:

a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).


b) Spesies dan stadium plasmodium.
c) Kepadatan parasit.

b. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)


Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,
dengan menggunakan metoda imunokromatografi
MALARIA BERAT
 Kondisi mengancam nyawa
 ditemukannya Plasmodium falciparum stadium aseksual dengan
minimal satu dari manifestasi klinis atau didapatkan temuan hasil
laboratorium (WHO, 2015):
1.Perubahan kesadaran (GCS<11
2.Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3.Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
4.Distres pernafasan
5. Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan
sistolik <80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg)
6. Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000)
7. Hemoglobinuria
8. Perdarahan spontan abnormal
9. Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%
GAMBARAN LABORATORIUM :
1. Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
2. Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
3. Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk
endemis sedang-rendah), pada dewasa Hb<7gr% atau hematokrit
<15%)
4. Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL
di daerah endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000
parasit /μl di daerah endemis tinggi)
5. Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
6. Hemoglobinuria
7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
TATALAKSANA
A. PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI
1) Malaria falsiparum dan Malaria vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah primakuin. Dosis ACT
untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan
pada hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis
0,25 mg /kgBB.
Pengobatan malaria vivaks yang relaps

Dugaan relaps pada malaria vivaks adalah apabila pemberian primakuin dosis
0,25mg/kgBB/hari sudah diminum selama 14- hari dan pasien sakit kembali
dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah
Pengobatan. Pada kasus seperti ini regimen yang diberikan adalah ACT 1kali/
hari selama 3 hari ditambah dengan primakuin yang ditingkatkan menjadi
0,5mg/kgBB.
Pengobatan malaria ovale
• ACT yaitu DHP ditambah dengan Primakuin selama 14 hari.
• Dosis = malaria vivaks.
Pengobatan malaria malariae
• ACT 1 kali perhari selama 3 hari,dosis = malaria lainnya dan tanpa primakuin
Infeksi campur P. Falciparum + P. vivax/P.ovale
• ACT selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari
selama 14 hari.
Catatan

- Sebaiknya dosis obat berdasarkan berat badan, apabila penimbangan


berat badan tidak dapat dilakukan  berdasarkan kelompok umur.
- Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
- Untuk anak dengan obesitas  dosis berdasarkan berat badan ideal.
- Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
PENGOBATAN MALARIA PADA IBU HAMIL :
TERAPI MALARIA BERAT
• Di puskesmas / klinik non perawatan
langsung dirujuk, sebelum dirujuk berikan artesunat intramuskular (dosis
2,4mg/kgbb)
• Di Puskesmas/Klinik Perawatan atau Rumah Sakit
Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali
jam ke 0, 12, 24.
Selanjutnya 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari sampai penderita
mampu minum obat.
Bila tidak ada artesunat dapat diberikan kina drip
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan
dengan regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) + primakuin (sesuai
dengan jenis plasmodiumnya).
KINA DRIP
 loading dose : 20 mg garam/kgbb dalam 500 ml (hati-hati overload
cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4 jam pertama.
 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgbb
dalam larutan 500 ml (hati-hati overload cairan) dekstrose 5 % atau
NaCl.
 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
 Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di atas sampai
penderita dapat minum kina per-oral.
 Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan kina
tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali diberikan tiap 8 jam.
 Kina oral diberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada orang
dewasa atau klindamisin pada ibu hamil.
 Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak pemberian kina perinfus
yang pertama.
CATATAN :

 Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik
bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.
 Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.

Anda mungkin juga menyukai