GRACE FEBRIYANTI MANDIKE RIA JELITA ELE RICHARD MORATO VENI ILESTARI VIDYA ANGELINE BABU
DOSEN PENGAMPUH : Ns. EDI SANTOSO, M.Kep
PENGERTIAN KELOMPOK/POPULASI RENTAN
Menurut UU No 24/2007, pasal 55, ayat 2 :
Kelompok rentan dalam situasi bencana adalah individu atau kelompok yang terdampak lebih berat diakibatkan adanya kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya yang pada saat bencana terjadi menjadi beresiko lebih besar, meliputi: bayi, balita, dan anak-anak; ibu yang sedang mengandung/menyusui; penyandang cacat (disabilitas); dan orang lanjut usia Human Rights Reference yang dikutip oleh Iskandar Husein disebutkan bahwa yang tergolong ke dalam Kelompok Rentan adalah:
1 Refugees (pengungsi)
2 Internally Displaced Persons (IDPs) adalah orang-orang yang terlantar/ pengungsi
3 National Minorities (kelompok minoritas)
4 Migrant Workers (pekerja migrant)
5 Indigenous Peoples (orang pribumi/ penduduk asli dari tempat pemukimannya)
6 Children (anak) dan Women (Perempuan)
Identifikasi Kelompok Beresiko
Bayi dan Anak-anak
• Ketika Pakistan diguncang gempa Oktober 2005, sekitar 16.000 anak meninggal karena gedung sekolah mereka runtuh. • Tanah longsor yang terjadi di Leyte, Filipina, beberapa tahun lalu mengubur lebih dari 200 anak sekolah yang tengah belajar di dalam kelas (Indriyani 2014). • Diperkirakan sekitar 70% dari semua kematian • akibat bencana adalah anak-anak baik itu pada bencana alam maupun bencana yang disebabkan oleh manusia (Powers & Daily, 2010). Perempuan Diskriminasi terhadap perempuan dalam kondisi bencana telah menjadi isu vital yang memerlukan perhatian dan penanganan khusus. Pola ini menempatkan perempuan, terlebih lagi yang hamil, menyusui, dan lansia lebih berisiko karena keterbatasan mobilitas secara fisik dalam situasi darurat (Enars on, 2000; Indriyani, 2014; Klynman et al, 2007). LANSIA Salah satu kelompok yang rentan secara fisik, mental, dan ekonomik saat dan setelah bencana yang disebabkan karena penurunan kemampuan mobilitas fisik dan/atau karena mengalami masalah kesehatan kronis (Klynman et al., 2007).
Di Amerika Serikat, lebih dari 50% korban
kematian akibat dari badai Katrina adalah lansia dan diperkirakan sekitar 1300 lansia yang hidup mandiri sebelum kejadian badai tersebut harus dirawat di pantai jompo setelah bencana alam itu terjadi (Powers & Daily, 2010). Individu dengan keterbatasan fisik (kecacatan) dan penyakit kronis Pada saat terjadi bencana kebakaran di California, tahun 2003, banyak individu-individu cacat pendeng aran tidak memahani level bahaya bencana tersebut karena kurangnya informasi yang mereka fahami (Po wers & Daily, 2010).
Orang cacat, karena keterbatasan fisik yang mereka
alami berisiko sangat rentan saat terjadi bencana, namun mereka sering mengalami diskriminasi di masyarakat dan tidak dilibatkan pada semua level kesiapsiagaan, mitigasi, dan intervensi penanganan bencana (Klynman et al., 2007) Tindakan Yang Sesuai Untuk Kelompok Rentan
1. Mempersiapkan peralatan-peralatan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan kelompok-kelompok rentan tersebut, contohnya ventilisator untuk anak, alat bantu untuk individu yang cacat, alat-alat bantuan persalinan, dll. 2. Melakukan pemetaan kelompok-kelompok rentan 3. Merencanakan intervensi-intervensi untuk mengatasi hambatan informasi dan komunikasi 4. Menyediakan transportasi dan rumah penampungan yang dapat diakses 5. Menyediakan pusat bencana yang dapat diakses Tindakan yang Sesuai Untuk Kelompok Berisiko Bayi dan Anak PRA-BENCANA Your Text Here BENCANA Your Text Here
Simple PowerPoint Simple PowerPoint
• Mengintegrasikan pertimbanan pediatric
• Mensosialisasikan dan melibatkan anak dalam sistem triase standar yang digunakan -anak dalam latihan kesiagsiagaan saat bencana bencana misalnya dalam simulasi • Lakukan pertolongan kegawatdaruratan bencana kebakaran atau gempa bumi kepada bayi dan anak sesuai dengan tingkat • Mempersiapkan fasilitas kesehatan kegawatan dan kebutuhannya dengan memper -timbangkan aspek tumbuh kembangnya, yang khusus untuk bayi dan anak misalnya menggunakan alat dan bahan khusus pada saat bencana untuk anak dan tidak disamakan dengan • Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan orang dewasa penanganan bencana bagi petugas • Selama proses evakuasi, transportasi, kesehatan khusus untuk menangani sheltering dan dalam pemberian pelayanan kelompok-kelompok berisiko fasilitas kesehatan, hindari memisahkan anak dari orang tua,keluarga atau wali mereka Pasca bencana
1. Usahakan kegiatan rutin sehari-hari dapat dilakukan sesegera mung
kin contohnya waktu makan dan personal hygiene teratur, tidur, berm ain dan sekolah 2. Monitor status nutrisi anak dengan pengukuran antropometri 3. Dukung dan berikan semangat kepada orang tua 4. Dukung ibu-ibu menyusui dengan dukungan adekuat, cairan dan emo sional 5. Minta bantuan dari ahli kesehatan anak yang mungkin ada di lokasi evakuasi sebagai voluntir untuk mencegah, mengidentifikasi,mengura ngi resiko kejadian depresi pada anak pasca bencana. 6. Identifikasi anak yang kehilangan orang tua dan sediakan penjaga yang terpercaya serta lingkunganyang aman untuk mereka Ibu Hamil dan Menyusui
PRA-BENCANA Your Text Here
BENCANA Your Text Here
Simple PowerPoint Simple PowerPoint
• Melibatkan perempuan dalam
• Melakukan bantuan penyelamatan yg penyusunan perencanaan penanganan tidak meningkatkan risiko kerentanan bencana bumil dan busu misalnya eminimalkan • Mengidentifikasi ibu hamil dan ibu guncangan pada saat melakukan menyusui sebagai kelompok rentan mobilisasi dan transportasi karena dapat merangsang kontraksi pada ibu • Membuat disaster plans dirumah yang hamil disosialisasikan kepada seluruh • Tidak memisahkan bayi dan ibunya saat anggota keluarga proses evakuasi • Melibatkan petugas-petugas • Petugas bencana harus memiliki kesehatan reproduktif dalam mitigasi kapasitas untuk menolong korban bumil bencana dan busui Pasca bencana
1. Dukung ibu-ibu menyusui dengan dukungan
nutrisi adekuat, cairan dan emosional 2. Melibatkan petugas-petugas kesehatan reproduktif di rumah penampungan korban bencana untuk menyediakan jasa konseling dan pemeriksaan kesehatan untuk ibu hamil dan menyusui. 3. Melibatkan petugaspetugas konseling untuk mencegah, mengidentifikasi, mengurangi risiko kejadian depesi pasca bencana Lansia
PRA-BENCANA Your Text Here
BENCANA Your Text Here
Simple PowerPoint Simple PowerPoint
• Melakukan usaha/bantuan penyelamatan
• Libatkan lansia dalam yang tidka meningkatkan risiko kerentanan lansia, misalnya meminimalkan guncangan/ pengambilan keputusan dan trauma pada saat melakukan mobilisasi sosialisasi disaster plan di dan transportasi untuk menghindari trauma rumah sekunder • Identifikasi lansia dengan bantuan atau • Mempertimbangkan kebutuhn kebutuhan khusus contohnya kursi roda, lansia dalam perencanaan tongkat, dll. penanganan bencana. Pasca Bencana
1. Program inter-generasional untuk mendukung sosialisasi
komunitas dengan lansia dan mencegah isolasi sosial lansia 2. Menyediakan dukungan sosial melalui pengembangan jaringan sosial yang sehat di lokasi penampungan korban bencana 3. Sediakan kesempatan belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan skill lansia. 4. Ciptakan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan secara mandiri 5. Berikan konseling unuk meningkatkan semangat hidup dan kemandirian lansia. Orang Dengan Kecacatan Dan Penyakit Kronik
PRA-BENCANA Your Text Here
BENCANA Your Text Here
Simple PowerPoint Simple PowerPoint
• Identifikasi kelompok rentan dari
kelompok individu yang cacat dan • Sediakan alat-alat emergency dan evakuasi berpenyakit kronis yang khusus untuk orang cacat dan • Sediakan informasi bencana yang bisa berpenyakit kronis (HIV/AIDS dan penyakit diakses oleh orang-orang dengan infeksi lainnya), alat bantu berjalan untuk keterbatasan fisik seperti: tunarungu, korban dengan kecacatan, alat-alat BHD tuna netra, dll sekali pakai, dll • Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan • Tetap menjaga dan meningkatkan penanganan kegawatdaruratan kewaspadaan universal (universal precaution) bencana bagi petugas kesehatan khusus untuk petugas dalam melakukan tindakan untuk menanganni korban dengan kegawatdaruratan. kebutuhan khusus (cacat dan penyakit kronis) Pasca Bencana
1. Sedapat mungkin, sediakan fasilitas yang
dapat mengembalikan kemandirian individu dengan keterbatasan fisik di lokasi evakuasi sementara. Contohnya: kursi roda, tongkat, dll 2. Libatkan agensi-agensi yang berfokus pada perlindungan individu-individu dengan keterbatasan fisik dan penyakit kronis 3. Rawat korban dengan penyakit kronis sesuai dengan kebutuhannya. Lingkungan yang Sesuai dengan Kebutuhan Kelompok Beresiko
1. Menciptakan kondisi/ lingkungan yang memungkinkan ibu menyusui untuk terus
memberikan ASI kepada anaknya dengan cara memberikan dukungan moril, menyediakan konsultasi laktasi dan pencegahan depresi. 2. Membantu anak kembali melakukan aktivitas-aktivitas regular sebagaimana sebelum kejadian bencana seperti : penjagaan kebersihan diri, belajar/ sekolah, dan bermain. 3. Melibatkan lansia dalam aktivitas-aktivitas social dan program lintas generasi misalnya dengan remaja dan anak-anak untuk mengurangi resiko isolasi social dan depresi. 4. Menyediakan informasi dan lingkungan yang kondusif untuk individu dengan keterbatasan fisik, misalnya area evakuasi yang dapat diakses oleh mereka. 5. Adanya fasilitas-fasilitas perawatan untuk korban bencana dengan penyakit kronis dan infeksi. \