Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR EKONOMI DAN MUAMALAH

DISUSUN OLEH : - MUHAMMAD FIKRI WAHYUDI


- TATANG KOSASIH
PENGERTIAN EKONOMI ISLAM

• Ekonomi dan islam sangat erat hubungannya. Ekonomi tidak terlepas dari aturan-aturan
dalam syari’ah islam yang disebut ekonomi Islam. Ekonomi Islam adalah pengelolaan atau
aturan-aturan rumah tangga (bangsa, negara dan dunia) bertujuan untuk menciptakan
barang dan jasa dalam memenuhi kehidupan sehari-hari yang berlandaskan syariah Islam.
PENGERTIAN MUAMALAH

• Mu’amalah adalah ajaran islam yang menyangkut aturan-aturan dalam


menata hubungan antar sesama manusia agar tercipta keadilan dan
kedamaian dalam kebersamaan hidup manusia. Konsep dasar mu’amalah
dalam islam dibangun atas suatu asumsi tentang fungsi manusia menurut
ajaran islam sebagai khalifah dimuka bumi, yang bertugas menata kehidupan
sebaik mungkin sehingga tercipta kedamaian dalam hidup di tengah
perkembangan budaya manusia yang dinamis.
LANDASAN PEMIKIRAN PEREKONOMIAN ISLAM

• FALSAFAH EKONOMI ISLAM


Kunci falsafah ekonomi Islam terletak pada hubungan manusia dan
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta serta
tujuan hidupnya di muka bumi. Hubungan manusia dengan tuhannya dirumuskan
dengan tauhid yang hakekatnya adalah penyerahan diri yang bulat kepada
Allah, baik yang menyangkut ibadah maupun panggilan hidup untuk
menciptakan pola kehidupannya. Sedangkan menyangkut hubungan manusia
dengan alam semesta, Islam menetapkannya bahwa alam semsta dengan
segala sumber daya dan tenaga yang dikandungnya disediakan Allah SWT.
Bagi manusia untuk dimanfaatkan, tetapi semua itu adalah milik Allah semata
• KEGIATAN DAN PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN
Tiada larangan apapun untuk menjalankan usaha ekonomi. Manusia dianjurkan untuk
memanfaatkan kesempatan luas untuk berproduksi. Yang terpenting dalam melaksanakan itu
semua adalah motivasi atau niat serta tujuan dari kegiatan ekonomi itu sendiri. Bila diawali
dengan niat dan motif yang benar, ikhlas lillahi ta’ala, menegakkan kebenaran dan memberi
manfaat kepada manusia, maka semua kegiatan ekonomi itu adalah amal ibadah.
Tujuan dalam usaha ekonomi boleh bersifat pribadi atau demi kepentingan sosial.
Tujuan pribadi yang diperbolehkan (sah) termasuk antara lain pemenuhan kebutuhan pribadi
dan keluarga. Memenuhi kebutuhan hidup minimal untuk mempertahankan kehidupan pada
dasarnya adalah kewajiban.
• PRINSIP-PRINSIP DALAM PENATAAN EKONOMI ISLAM
a. Harta yang baik adalah tulang punggung kehidupan; wajib dicari; dikelola;
dan diinvestasikan dengan baik
b. Setiap orang yang mampu dan punya potensi untuk bekerja, mesti bekerja
dan mencari penghasilan
c. Sumber-sumber alami perlu dicari dan segala materi dan energi yang ada
wajib di manfaatkan.
d. Sumber-sumber pemasukan tidak boleh diperoleh dari usaha yang tidak
baik
e. Kegiatan ekonomi harus mendekatkan jarak antara berbagai lapisan
masyarakat yang berbeda-beda. Baik pada golongan kaya-raya maupun
golongan fakir
f. Perlu ada jaminan sosial bagi setiap warga dan perlindungan atas kehidupan
dan ada usaha untuk memberikan kesenangan dan ketenangan bagi mereka.
g. Mendorong pengeluaran dan infak dalam kebajikan, membangun solidaritas
antar warga, mewajibkan kerjasama atas dasar kebajikan dan takwa.
h. Harta ditetapkan sebagai barang terhormat; pemilikkan pribadi dihormati
selama penggunaannya tidak melanggar kepentingan umum.
i. Sistem transaksi material disusun berdasarkan aturan yang adil, yaitu
mengontrol pihak yang kuat dan melindungi pihak yang lemah.
j. Negara bertanggung jawab melindungi berjalannya sistem perekonomian.
MASALAH PEMILIKAN
• Pemilikan pribadi menurut Islam
Mengikuti hak pemilikan adalah hak pengelolaan, penggunaan, dan
pengembangan serta sesuai dengan syarat yang dilakukan dengan cara-cara
yang baik dan halal serta sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama.
Meskipun demikian, kepemilikan hakiki tatap pada Allah SWT., sedangkan
manusia memegang hak miliknya sebagai titipan ( amanat ) yang harus
dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya sesuai dengan peraturan dan hukum
yang terdapat dengan jelas dalam syariat-Nya.
• Sumber-sumber pemilikan
Seseorang dapat memeiliki harta pribadinya melalui berbagai sumber, seperti :
a. Hasil usaha sendiri dari berbagai bentuk usahanya
b. Warisan,
c. Hibah,
d. Hadiah,
e. Sodaqoh,
f. Infak,
g. Mahar,
h. Iqhta ( lahan yang diberikan oleh pemerintah )
• Usaha yang dilarang
a. Riba ( keuntungan / kelebihan yang ditetapkan dalam transaksi utang piutang ),
b. Pencurian, perampokan, korupsi, mengambil hak orang lain, mengambil milik umum yang bukan haknya, dan
sejenisnya.
c. Perdagangan yang merusak kesehatan dan kewarasan fikiran dan barang-barang yang diharamkan agama,
seperti minuman yang memabukkan, berdagang lotere, dan sejenisnya.
d. Bisnis judi, hiburan maksiat, pelacuran, dan segala yang meruntuhkan moral dan budi pekerti umat manusia
e. Penyuapan dan pemberian komisi –komisi yang dapat mengahncurkan nilai hak dan kesanggupan.
f. Perdagangan secara licik dalam bentuk :
· Ikhtikar ( menimbun barang )
· Manipulasi ( ghasy , seperti menyembunyikan aib barang, mengurangi takaran dan timbangan).
· Bersumpah atas barang dagangan, agar pembeli percaya dan setuju atas penawarannya
· Iklan yang menipu dan promosi yang tidak jujur.
MASALAH TRANSAKSI
• Transaksi dalam kegiatan ekonomi dapat berupa :
- Transaksi jual beli
- Transaksi utang piutang
- Transaksi sewa-menyewa
- Transaksi upah-mengupah
1. Transaksi Jual-beli
Pemilik harta, baik laki-laki ataupun perempuan –kecuali anak-anak
dan suhafa’- punya hak untuk melakukan penjualan dan pertukaran barang
miliknya. Yang terpenting bahwa transaksinya dilakukan dengan jujur dan
terbebas dari eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah.
a. Ketentuan dalam transaksi jual-beli
• Bila transaksi sudah dilakukan dengan seseorang, maka orang lain tidak boleh
mengintervensi dan melakukan transaksi kedua.
• Mempertimbangka pilihan ( khiyar ) dibolehkan dalam transaksi jual beli, dengan ketentuan –
ketentuan yang ditetapkan.
• Transaksi dagang hanya boleh dilakukan untuk barang yang sudah ada dan dapat dikenali
segala identitasnya ( kecuali dalam bentuk salam )
• Bersumpah dalam transaksi dagang tidak diperbolehkan.
• Dalam transaksi jual beli dianjurkan ada saksi.
b. Khiyar dalam jual beli
Islam mengisyaratkan khiyar dalam transaksi jual beli ; yaiut hak menimbang pilihan
bagi si pembeli untuk melanjutkan transaksi atau membatalkannya. Untuk tidak merugikan
penjual, dalam khiyar ditentukan aturan-aturannya.
Ada 3 jenis khiyar, yaitu :
1. Khiyar majlis. Hak pilih bagi si pembeli setelah transaksi terjadi selama mereka ( penjual dan
pembeli ) masih berada ditempat terjadinya transaksi.
2. Khiyar syarat. Hak pilih bagi si pembeli yang dipersyaratkan waktu melakukan transaksi dan
disetujui oleh si penjual. Si pembeli berhak memilih meneruskan atau membatalkan transaksi
dalam jangka waktu yang dipersyaratkan itu.
3. Khiyar ‘aibi. Hak pilih bagi si pembeli disebabkan ada cacat barang, atau ada yang tidak
memenuhi kriteria yang ditetapkan pada apa yang ditransaksikan.
2. Transaksi Utang Piutang
Utang piutang adalah bagian yang dari interaksi sosial umat manusia. Oleh karena itu, Islam
tidak membiarkan masalah utang piutang tanpa petunjuk.
Beberapa petunjuk tentang utang piutang :
a. Mengutangkan ( member pinjaman ) kepada orang lain adalah suatu kebajikan.
b. Transaksi utang piutang hendaklah dicatat dan dipersaksikan dengan dua orang saksi yang
adil.
c. Tidak boleh mencari keuntungan dari utang. Oleh karena itu, Islam melarang praktek riba
(yaitu, keuntungan yang diperbolehkan dari transaksi utang piutang).
d. Orang yang mengutang dianjurkan untuk meberikan kelebihan pembayaran utang secara
sukarela.
e. Memberikan jaminan ( borg ) atas utang dengan menggunakan barang atau surat-surat
berharga adalah boleh, sebagai peneguh kepercayaan dan niat baik dari si pengutang.
Barang itu boleh dijual bila utang tidak terbayar, dan hasil penjualannya, dibayarkan sebanyak
utang yang dipinjam.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai