40.
Industri
35.
Konstruksi
25.
.
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tingkat pendalaman struktur industri juga dapat dilihat dari
pendalaman dalam beragam jenis atau kelompok barang
menurut sifat dan penggunaannya, misal antara barang
modal VS barang-barang konsumsi; atau antara barang-
barang konsumsi sederhana VS barang konsumsi yang
sophisticated atau durable; atau produk padat
modal/teknologi/knowledge yang tinggi VS produk-produk
padat karya. Menurut orientasi pasarnya, bisa berupa
barang-barang untuk pasar domestik (import substituted
goods) VS barang-barang berorientasi ekspor. Jadi industri
manufaktur terkait pada tiga hal : diversifikasi produk,
intensitas pemakaian faktor-faktor produksi (termasuk SDA),
dan orientasi pasar.
Jenis Industri Manufaktur Non Migas menurut Cabang
23
Sumber : Departemen Perindustrian (2006)
PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR
I. Kelemahan-kelemahan Struktural
II. Kelemahan-kelemahan organisasi
I. Kelemahan-kelemahan Struktural
1. BASIS EKSPOR DAN PASAR YANG SEMPIT
Tergantung 4 produk: kayu lapis, pakaian jadi, tekstil, dan
alas kaki dengan pangsa 50%. Sepuluh (10) produk
menguasai 80% total ekspor.
Pasar terbatas kepada negara-negara yang menerapkan
kuota (the Multi-fibre Agreement, MFA) seperti USA, EC,
Kanada, Norway, dan Turkey. Tiga negara menyerap 50%
ekspor manufaktur, sementara 50% ekspor pakaian jadi dan
tekstil diserap USA.
Ekspor unggulan padat karya menurun akibat persaingan
Cina dan Asia lainnya. Demand produk ekspor Indonesia di
negara-negara maju inelastis.
Faktor eksternal berpengaruh signifikan dalam penurunan
daya saing ekspor.
2. KETERGANTUNGAN PADA IMPOR SANGAT TINGGI
Karena terlalu besar bergantung pada PMA, industri-
industri berteknologi tinggi seperti farmasi, kimia,
elektronik, barang-barang konsumsi, alat-alat listrik, dan
otomotif, maka industri manufaktur indonesia tidak
sebenarnya tapi hanya merupakan penggabungan,
pengepakan, dan assembling.
3. Tidak adanya/kurangnya Industri berteknologi
mengengah
Penyerapan
Figure Tenaga Kerja
1.1. LME Industri Manufaktur
Employment Menurut
by Main Island Pulau: 1976-2001
1976-2001 (%) (%)
100
80
60
40
20
0
Other
Sumatera Jawa Bali Kalimantan Sulawesi
Sumber: Diolah dari BPS Eastern
INSENTIF YANG
MANTAP DALAM
PENINGKATAN
EKSPOR
PENERAPAN STRATEGI
SUBTSTITUSI IMPOR DI INDONESIA
BENTUK JOINT VENTURE
SKALA BESAR DAN PADAT MODAL
INFANT INDUSTRY ARGUMENT- PROTEKSI
BERLEBIHAN DAN DALAM JANGKA WAKTU LAMA
HIGH COST ECONOMY-INEFFICIENT
TIDAK PROFESIONAL, DAYA SAING RENDAH
TERGANTUNG IMPORTED CONTENTS
NERACA PEMBAYARAN TERANCAM
PENYEBAB KEGAGALAN
(menurut Hasibuan, 1993)
Ketidak siapan bahan baku dan tenaga kerja
Kompetisi pasar kecil atau tidak ada
Ketergantungan pada impor tinggi
Pilihan teknologi produksi yang salah
Nilai tambah yang terus menurun
Proteksi yang tidak mendidik