Anda di halaman 1dari 20

CONVENTION MARINE

POLLUTION
( MARPOL 73/78 )
SEJARAH KONVENSI MARPOL
• Tahun 1954, Pemerintah Inggris memprakarsai kelahiran “ OIL POLLUTION
CONVENTION “. Yaitu cara mencegah pembuangan campuran minyak,
pengoperasian kapal tanker dan minyak dari kamar mesin kapal .
• November 1973, Sidang IMO ( International Maritime Organization )
menghasilkan “ International ; Convention for the Prevention of Oil
Pollution from Ships “.
• Tahun 1978, Konvensi pada tahun 1973 disempurnakan dengan “ Tanker
Safety and Pollution Prevention “ atau disebut dengan Protocol tahun 1978
yang kemudian dikenal dengan istilah MARPOL 73/78
• Indonesia telah meratifikasi MARPOL Convention 73/78 annex I dan annex
II dengan KEPRES no. 46 tahun 1986.
INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE
PREVENTION OF POLLUTION FROM SHIPS 1973
• Mengatur kewajiban dan tanggung jawab
negara-negara yang telah meratifikasi konvensi
yaitu mencegah pencemaran dan pembuangan
barang-barang atau campuran cairan beracun
dan berbahaya dari kapal.
PROTOCOL 1978
• Peraturan tambahan “ Tanker Safety and Pollution
Prevention “, bertujuan untuk meningkatkan keselamatan
kapal tanker dan melaksanakan peraturan-peraturan
pencegahan dan pengontrolan pencemaran laut yang berasal
dari kapal terutama kapal tanker dengan melakukan
modifikasi dan petunjuk tambahan untuk melaksanakan
secepat mungkin peraturan pencegahan pencemaran yang
dimuat di dalam annex konvensi.
PROTOCOL 1978
• PROTOCOL I
Kewajiban melaporkan kecelakaan yang melibatkan barang
beracun dan berbahaya, kapal yang bertanggung jawab atas
kejadian harus melaporkannya. Laporan yang dibuat harus
memuat keterangan :
1. Nama kapal yang terlibat melakukan pencemaran
2. Waktu, tempat dan jenis kejadian
3. Jumlah dan jenis bahan pencemar yang tumpah
4. Bantuan dan jenis penyelematan yang dibutuhkan.
PROTOCOL 1978
• PROTOCOL II
ARBITRASE :
Penyelesaian perselisihan antara dua negara atau lebih negara
anggota mengenai interpretasi atau pelaksanaan isi konvensi.
PROTOCOL 1978
• Annex I
Pencemaran oleh minyak, berlaku mulai 2 Oktober 1983.
• Annex II
Pencemaran oleh cairan beracun ( Noxious Liquid Subtances ) dalam bentuk terbungkus,
mulai berlaku 6 April 1987.
• Annex III
Pencemaran oleh barang berbahaya ( harmful substance ) dalam bentuk terbungkus,
berlaku mulai 1 Juli 1991.
• Annex IV
Pencemaran dari kotoran manusia / hewan ( sewage ), belum diberlakukan.
• Annex V
Pencemaran sampah, berlaku 31 Desember 1988.
TUGAS & KEWAJIBAN NEGARA ANGGOTA
• Menyetujui MARPOL 73/78 – Pemerintah suatu negara
• Memberlakukan annexes I & II – Administrasi Hukum
• Memberlakukan optimal annexes dan melaksanakan – Administrasi hukum / maritime.
• Melarang pelanggaran – Administrasi hukum / maritime
• Membuat sanksi – Administrasi hukum / maritime.
• Membuat petunjuk untuk bekerja – administrasi maritime.
• Memberitahu negara-negara yang bersangkutan
• Memberitahu IMO - Administrasi Maritime
• Memeriksa kapal - Administrasi Maritime
• Memonitor Pelaksanaan – Administrasi Maritime
• Menghindari penahanan kapal
• Laporan Kecelakaan – Administrasi hukum / maritime
• Menyediakan laporan dokumen ke IMO – Administrasi Maritime
• Memeriksa kerusakan kapal yang menyebabkan pencemaran dan melaporkannya – Administrasi Maritime
• Menyediakan fasilitas penampungan yang sesuai peraturan – Administrasi Maritime.
YURISDIKSI PEMBERLAKUAN MARPOL 73 / 78
• MARPOL 73/78 membuat wewenang dan sebagai jaminan yang
relevan bagi setiap negara anggota untuk memberlakukan dan
melaksanakan peraturan sebagai negara bendera kapal, negara
pelabuhan atau negara pantai.
• Negara Bendera Kapal adalah negara dimana suatu kapal didaftarkan.
• Negara Pelabuhan adalah negara dimana suatu kapal berada di
pelabuhan negara itu.
• Negara Pantai adalah negara dimana suatu kapal berada di dalam
zona maritime negara pantai tersebut.
JURISDIKSI LEGISLATIVE NEGARA BENDERA KAPAL

• Berdasarkan hukum internasional, Negara Bendera Kapal diharuskan


untuk memberlakukan peraturan dan mengontrol kegiatan
berbendera negara tersebut dalam hal administrasi, teknis dan sarana
social termasuk mencegah terjadinya pencemaran perairan.
• Negara Bendera Kapal mengaharuskan kapal berbendera negara itu
memenuhi standar internasional ( antara lain MARPOL 73 / 78 ).
Tugas utama dari Negara Bendera Kapal adalah untuk menjamin
bahwa kapal mereka memenuhi standar Teknik di dalam MARPOL 73
/ 78, yaitu :
Memeriksa kapal-kapal secara periodik
Menerbitkan sertifikat yang diperlukan
JURISDIKSI LEGISLATIVE NEGARA PANTAI

• Konvensi MARPOL 73 / 78 meminta Negara Pantai untuk memberlakukan peraturan


konvensi pada semua kapal yang memasuki teritorialnya dan tindakan ini dibenarkan
oleh peraturan UNCLOS 1982, asalkan memenuhi peraturan konvensi yang berlaku untuk
listas damai dan ada bukti yang jelas bahwa telah terjadi pelanggaran.
• UNCLOS 1982 = United Nations Convention on the Law of the Sea. Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut.
• UNCLOS, juga disebut Konvensi Hukum Laut Internasional atau Hukum Perjanjian Laut,
adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari Konferensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa tentang Hukum Laut yang ketiga (UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973
sampai dengan tahun 1982. Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung
jawab negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk
bisnis, lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam laut. Konvensi disimpulkan pada
tahun 1982, menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958. UNCLOS
diberlakukan pada tahun 1994, setahun setelah Guyana menjadi negara ke 60 untuk
menandatangani perjanjian. Untuk saat ini telah ada 158 negara, termasuk Uni Eropa,
telah bergabung dalam konvensi.
JURISDIKSI LEGISLATIVE NEGARA PELABUHAN

• Negara anggota MARPOL 73 / 78 wajib memberlakukan peraturan


mereka bagi semua kapal yang berkunjung ke pelabuhannya, tidak
ada lagi perlakuan khusus bagi kapal-kapal yang bukan anggota, ini
berarti ketaatan pada peraturan MARPOL 73 / 78 merupakan
persyaratan kapal boleh memasuki pelabuhan semua negara anggota,
adalah wewenang dari Negara Pelabuhan untuk memberlakukan
peraturan lebih ketat tentang pencegahan pencemaran sesuai dengan
peraturan mereka, namun demikian menurut UNCLOS 1982
peraturan seperti itu harus dipublikasikan dan disampaikan ke IMO
untuk disebarluaskan.
PEMENUHAN KEWAJIBAN MARPOL 73 / 78
Negara dalam rangka memenuhi kewajiban terhadap MARPOL 73 / 78 harus
dipersiapkan pada sector :
PEMERINTAH,
Pertimbangan suatu Negara dalam meratifikasi ketentuan internasional ( MARPOL
73 / 78 ) bertujuan :
• Agar kepentingan maritime dalam negara tersebut berada di bawah yuridiksi
negara tersebut.
• Menjadi keuntungan untuk pemilik kapal di negara tersebut agar dapat diterima
oleh dunia internasional.
• Menjamin ketertiban pelabuhan negara tersebut dalam hal pencemaran
lingkungan.
• Negara berpartisipasi dalam menjaga keselamatan lingkungan internasional.
PEMENUHAN KEWAJIBAN MARPOL 73 / 78
ADMINISTRASI BIDANG MARITIME,
• Administrasi Maritime bertanggung jawab melaksanakan peraturan-
peraturan / konvensi maritime yang telah diratifikasi oleh pemerintah (
termasuk MARPOL & SOLAS ).

ADMINISTRASI BIDANG HUKUM,


• Administrasi Hukum bertanggung jawab memberlakukan peraturan untuk
melaksanakan MARPOL 73 / 78. Agar pemerintah dalam memberlakukan
MARPOL mempunyai dasar hukum, maka peraturan tersebut harus
diintegrasikan ke dalam perundang-undangan nasional.
PEMENUHAN KEWAJIBAN MARPOL 73 / 78
PEMILIK KAPAL,
• Pemilik Kapal berkewajiban membangun dan melengkapi kapal-
kapalnya dan mendidik pelautnya untuk memenuhi MARPOL 73 / 78
dan STCW 78 / 95 ( Standard Training Certificate Watchkeeping ).

SYAHBANDAR,
• Syahbandar bertugas memantau pelaksanaan MARPOL 73 / 78 (
pembuangan limbah, pencemaran, ketersediaan penampungan
buangan bahan pencemaran ).
IMPLEMENTASI MARPOL 73 / 78
Administrasi Maritime dalam melaksanakan tugasnya bertindak sebagai :
• Pelaksana IMO
• Regulator, implementasi regulasi
• Pelatihan instruktur, berwenang mengeluarkan sertifikat untuk surveyor.
• Pelaksanaan Survey ( Kapal-kapal saat dibangun / saat beroperasi oleh
syahbandar / survey / inspector ), survey report, approval, sertifikasi,
pengarsipan penerbit sertifikat.
• Monitoring fasilitas, monitoring / menuntut pelanggaran MARPOL yang
dilakukan oleh kapal / pemilik kapal, memberikan informasi kepada IMO
sesuai permintaannya.
DAMPAK PENCEMARAN LAUT
Dampak pencemaran laut dan lingkungannya yang diakibatkan
pencemaran / pembuangan limbah termasuk limbah kapal, bahan-
bahan pencemaran dari kapal misalnya minyak, bahan bakar, muatan,
sampah dan lain-lain dapat menimbulkan kerusakan lingkungan laut
antara lain :
• Dampak Ekologi
• Tempat rekreasi, perikanan, binatang laut, terumbu karang,
tumbuhan pantai, taman laut dan ekosistem laut.
• Lingkungan pelabuhan dan dermaga.
• Instalasi Industri.
BAHAN PENCEMARAN
MINYAK,
Semua jenis minyak bumi seperti minyak mentah
( crude oil ), bahan bakar, minyak kotor ( sludge
oil ), dan minyak hasil sulingan ( refined product ).
BAHAN PENCEMARAN
NAXIOUS LIQUID SUBSTANCES,
Adalah barang cair yang beracun dan berbahaya, hasil produk kimia yang
diangkut dengan kapal tangker khusus ( chemical tanker ) yaitu sbb :
• Kategori A : Sangat berbahaya ( major hazard ), sehingga bahan tersebut
termasuk pencuci tangkinya tidak boleh dibuang ke laut.
• Kategori B : Cukup berbahaya, bila tertumpah ke laut perlu penanganan
khusus ( special anti pollution measures ).
• Kategori C : Kurang berbahaya ( minor hazard ), memerlukan bantuan yang
agak khusus.
• Kategori D : Tidak berbahaya, membutuhkan sedikit perhatian dalam
menanganinya.
BAHAN PENCEMARAN
HARMFUL SUBSTANCES,
• Barang-barang yang dikemas dalam suatu kemasan dan akan
membahayakan lingkungan jika sampai jatuh ke laut.

SEWAGE,
• Kotoran-kotoran dari toilet, WC, Urinals, ruangan perawatan, kotoran
hewan serta campuran dari buangan tersebut.

GARBAGE,
• Tempat sampah-sampah dalam bentuk sisa barang atau material hasil dari
kegiatan di atas kapal atau kegiatan normal lainnya di atas kapal.

Anda mungkin juga menyukai