Anda di halaman 1dari 122

PENCEGAHAN POLUSI

PENDAHULUAN
Sejak peluncuran kapal pengangkut minyak yang pertama
“GLUCKAUF” pada tahun 1885 dan penggunaan mesin
diesel kapal pada tahun 1888, maka fenomena
pencemaran laut mulai muncul.

Pada tahun 1920 telah dimulai usaha-usaha untuk membuat


peraturan tentang pencegahan dan penanggulangan
pencemaran oleh minyak.

Peraturan tersebut masih


bersifat regional.
 Setelah terbentuk organisasi PBB pada tahun 1948,
barulah dibuat peraturan yang dapat dipakai oleh
semua pihak.
 Tahun 1954 atas prakarsa pemerintah Inggris
mengeluarkan “Oil Pollution Convention” mengenai
usaha untuk mencegah pembuangan campuran
minyak dari pengoperasian kapal tanker dan dari
kamar mesin kapal lainnya.
 Cara tersebut dilakukan dengan cara:
1. lokasi pembuangan campuran melebihi
100 ppm diperluas > 50 mil
2. negara anggota hrs menyediakan
reception facilities
 Berturut-turut tahun 1962, 1967, 1969 dan 1971
dilakukan perubahan (amandemen) isi dari konvensi
tersebut.
 Pada thn 1967 tanker TORREY CANYON kandas di
pantai selatan Inggris dan menumpahkan 35 juta
gallon crude oil.
 Peristiwa ini merubah pandangan masyarakat
Internasional dalam memikirkan usaha pencegahan
pencemaran secara lebi serius.
 Hasilnya adalah dalam sidang IMO mengenai
“International Conference Marine Pollution” tgl 8
Oktober s/d 2 Nopember 1973 menghasilkan
International Convention for the Prevention of Oli
Pollution from Ships 1973 dan disempurnakan
dengan TSPP (Tanker Safety and Pollution
Prevention) protocol 1978 oleh the Marine
Enviroment Protection Commitee
ISI PERATURAN MARPOL :
1.International Convention for The Prevention of
Pollution from Ships 1973:
mengatur kewajiban dan tanggung jawab Negara-
Negara anggota yang sudah meratifikasi konvensi
tersebut guna mencegah pencemaran dan buangan
barang-barang atau campuran cairan beracun dan
berbahaya dari kapal.
2.Protocol 1978
merupakan peraturan tambahan yang bertujuan
untuk meningkatkan keselamatan kapal tanker dan
melaksanakan peraturan pencegahan dan
pengontrolan pencemaran laut.
Konvensi MARPOL 73/78 tentang peraturan pencegahan
pencemaran yang bersumber dari kapal berupa annexes
(aturan tambahan) telah diberlakukan pada kurun waktu
berbeda yaitu :

1. Annex I : Pencegahan pencemaran oleh minyak


berlaku sejak 2 Oktober 1983
2. Annex II : Pencegahan pencemaran oleh bahan
kimia beracun dalam bentuk curah
berlaku sejak 2 Oktober 1983
3. Annex III : Pencegahan pencemaran oleh bahan berbahaya
dalam bentuk kemasan
berlaku sejak 1 Juli 1992
4. Annex IV : Pencegahan pencemaran oleh kotoran
berlaku sejak 27 September 2003
5. Annex V :Pencegahan pencemaran oleh sampah
berlaku sejak 31 Desember 1988
6. Annex VI :Pencegahan pencemaran udara oleh gas buang
dari kapal berlaku sejak 19 mei 2005
Beberapa konvensi lain yang dihasilkan selain
MARPOL 73/78 dalam kaitannya dengan
pencegahan pencemaran adalah:
1. International Convention for the Prevention of the Pollution of
the Sea by Oil 1954
2. International Convention Relating to Intervention on the High
Seas in Case of Pollution Oil Casualties 1969
3. Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping
of Waste and Other Matter 1972
4. International Convention on Oil Pollution Preparedness,
Response, and Cooperation 1990
5. International Convention on Civil Liability for Oil Pollution
Damage 1969
6. International Convention the Establishment of an
International Fund for Conpensation for Oil Damage 1971
7. Convention on Limitation of Liability and Maritime Claims
1976
 Dalam Ketentuan Umum Undang-undang nomor 4
tahun 1982 dan kemudian berubah menjadi
Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang
Pokok-pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
memberikan definisi bahwa yang dimaksud
dengan pencemaran lingkungan adalah :
Masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
atau proses alam, sehingga kualitas
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai peruntukkannya.
PROTOCOL I & II
Hal-hal yang harus dilaporkan berkaitan dengan pembuangan
darurat bahan–bahan berbahaya

1. Pembuangan yang melebihi batas yang diijinkan atau


kemungkinan pembuangan bahan–bahan berbahaya karena
alasan keselamatan terhadap kapal atau keselamatan jiwa
dilaut
2. Pembuangan selama operasi normal kapal yang melebihi
jumlah yang diijinkan sebagaimana diatur dalam konvensi
MARPOL 73/78
3. Kerusakan terhadap kapal yang berukuran panjang 15 meter
atau lebih yang mana:
@ berakibat terhadap keselamatan kapal, termasuk tubrukan,
kandas, tenggelam, kebakaran, ledakan, kerusakan struktur
kapal, banjir dan pemindahan muatan
@ berakibat terhadap keselamatan bernavigasi termasuk
kerusakan alat kemudi, mesin penggerak baling– baling
sistim pembangkit listrik dan peralatan navigasi lainnya
Hal–hal yang harus dilaporkan dalam
kejadian darurat kapal (pencemaran
laut)

Jika terjadi suatu kejadian dalam kaitannya


dengan pencemaran maka hal-hal
berikut ini harus dilaporkan:
 Identifikasi kapal yang terlibat melakukan
pencemaran
 Waktu, tempat dan jenis kejadian
 Jumlah dan jenis pencemar yang tumpah
 Bantuan dan jenis penyelamatan yang
dibutuhkan
Prosedur Pelaporan

1. pelaporan harus menggunakan saluran


komunikasi yang tercepat dengan prioritas
utama kepada negara pantai terdekat
2. mengikuti prosedur pelaporan standar
sebagaimana yang diatur berkaitan dengan
bahan–bahan berbahaya
Yang Dimaksud Dengan Arbitrator

Arbitrator adalah negara yang


ditunjuk untuk menyelesaikan
perkara yang berselisih
tentang intrepretasi dari
konvensi MARPOL 73/78
Arbitrator dan syarat-syaratnya
Arbitrator terdiri dari tiga negara
yaitu masing–masing 1 negara yang
ditunjuk oleh kedua belah pihak
yang bersengketa dan satu negara
yang disetujui oleh negara yang
bersengketa tersebut sebagai ketua
ANNEX I
Pencegahan pencemaran oleh limbah minyak

MARPOL 73/78 ANNEX I mengatur tentang hal-hal


yang berkaitan dengan penanganan minyak/limbah
minyak selama berada di atas kapal.

Persyaratan-persyaratan dalam hal operasi kapal


sebagai upaya pencegahan pencemaran di laut
oleh minyak
Istilah – Istilah Yang Berkaitan Dengan MARPOL 73/78

Adalah Semua bahan


yang jika dibuang ke laut Tumpahan muatan
dapat menimbulkan akibat dari
bahaya terhadap kerusakan pada
kesehatan manusia, Accidental ruang-ruang
Harmful substance sumber daya hayati dan
kehidupan laut, discharge muatan atau
mengganggu muatan yang
kenyamanan terhadap melimpah keluar
penggunaan yang sah kapal.
terhadap laut.
Segregated ballast

Air yang sama sekali terpisah dari ruang


muatan dan sisitim bahan bakar yang mana
secara permanent dialokasikan untuk
mengangkut ballast
Penjelasan tambahan:berlaku bagi kapal–kapal
tanker crude baru ukuran 20.000 DWT atau
lebih dan kapal tanker produk ukuran 30.000
DWT atau lebih serta kapal tanker lama ukuran
40.000 DWT atau lebih.
Yang Dimaksud dengan:
 New ship
1. kapal dengan kontrak pembangunannya dilakukan setelah tanggal
31 desember 1975 atau
2. peletakan lunas kapal tersebut dilakukan setelah tanggal 30 juni
1976 atau
3. serah terima kapal tersebut dilakukan setelah tanggal 31
desember 1979 atau
4. kapal–kapal yang telah mengalami perubahan mendasar setelah
31 desember 1975
New Tanker Ship

1. kapal dengan kontrak pembangunannya


dilakukan setelah 1 juni 1979 atau
2. peletakan lunas kapal tersebut dilakukan
setelah tanggal 1 januari 1980 atau
3. serah terima kapal tersebut dilakukan
setelah tanggal 1 juni 1982 atau
4. kapal–kapal yang telah mengalami
perubahan mendasar setelah tanggal 1 juni
1979
Pengertian dari Holding Tank

 Tangki yang digunakan untuk


mengumpulkan dan menyimpan kotoran/
tinja
 Peraturan tentang Annex IV ini berlaku
bagi:
1. kapal-kapal ukuran 400 GT atau lebih
2. kapal-kapal ukuran kurang dari 400 GT
yang disertifikatkan untuk mengangkut 15
orang
Operational Discharge

 Pembuangan zat-zat cair beracun atau air yang


mengandung zat-zat cair beracun yang
dimaksudkan sebagai hasil dari pencucian tangki-
tangki muatan dan pipa-pipa saluran, pembuangan
tolak-bara atau residu-residu lainnya serta bilga dari
ruang pompa muatan
 Penjelasan: pembuangan tersebut tidak termasuk
pembuangan sebagaimana yang disyaratkan dalam
konvensi pencegahan polusi, pelepasan bahan
berbahaya yang berasal dari kegiatan pengeboran
sumber daya mineral, atau untuk tujuan penelitian
Explicit acceptance
 Pemberlakuan hasil konvensi setelah disetujui oleh
paling sedikit 2/3 dari jumlah negara anggota
meratifikasi konvensi tersebut
Tacit acceptance
 Pemberlakuan konvensi dalam jangka waktu 1
tahun setelah disetujui kecuali jika ditolak paling
kurang 1/3 negara anggota atau anggota yang
mewakili lebih dari 50% dari jumlah tonase kapal
dagang dunia.
Penjelasan tambahan: konvensi tersebut diedarkan
selama 6 bulan kenegara anggota menunggu
kemungkinan penolakan setelah itu akan berlaku 1
tahun kemudian bila memenuhi syarat di atas.
Crude Oil Washing

Suatu sistim pencucian tangki muatan


minyak mentah dengan memanfaatkan
muatan itu sendiri sebagai media pencuci
Penjelasan tambahan: COW wajib dimiliki oleh
kapal–kapal tanker ukuran 20.000 DWT
Jenis Survei Yang Dilakukan Terhadap Sebuah Kapal
Tanker dan Non–Tanker

 Survei berlaku pada kapal tanker ukuran 150


GT atau lebih dan kapal selain tanker ukuran
400 GT atau lebih yaitu:
1. Initial Survey: adalah survei yang dilakukan
terhadap kapal ketika pertama kali dibangun
dan sebelum kapal tersebut beroperasi
pertama kali.survei tersebut meliputi struktur,
peralatan, sistim, pemasangan, penataan
dan bahan yang digunakan sesuai dengan
persyaratan. Sertifikat dari survei ini berlaku
selama 5 tahun.
Renewal survey: merupakan survei pengganti
dari Initial Survey yang memastikan bahwa
semua struktur peralatan, sistim,
penyambungan, penataan dan material yang
digunakan memenuhi persyaratan. Sertifikat
yang dari survei ini berlaku selama 5 tahun
Intermediate survey: adalah survei antara yang
dilakukan dalam jangka waktu 30 bulan setelah
survei pertama atau survei pembaharuan dengan
syarat bahwa telah dilakukan survei tahunan.
Survei ini dilakukan untuk memastikan bahwa
peralatan dan yang berhubungan dengan pompa
dan sistim pemipaannya, termasuk ODM dan
sistim kontrolnya COW, OWS dan sistim
penyaringan bekerja dengan baik.
2. Annual survey: adalah survei yang dilakukan
secara umum terhadap struktur, peralatan,
sistim, penyambungan, penataan dan bahan
yang digunakan memuaskan. Survei ini
dilakukan setiap tahun.
3. Additional survey: adalah survei yang
dilakukan setelah dilakukan perbaikan atau
pergantian terhadap salah satu dari struktur,
peralatan, sistim, sambungan, penataan dan
bahan yang digunakan.
Sertifikat Hasil Survei Dinyatakan Tidak
Berlaku
1. Masa berlakunya sudah habis
2. terjadi perubahan mendasar pada kapal
tersebut
3. kapal berganti nama
4. kapal berganti bendera
5. kapal mengalami kecelakaan (kandas,
tenggelam, tubrukan, atau kebakaran)
Ruang Lingkup yang Dilakukan oleh
Seorang Surveyor

 Ruang lingkup survei meliputi


pemeriksaan terhadap struktur,
material/ bahan yang digunakan,
sistim, penataan, pemasangan
sambungan dan peralatan yang
digunakan
Ketentuan Pembuangan Residu Minyak/
Campuran Air Berminyak:
Pada kapal tanker ukuran 150 GT atau lebih (dari ruang muatan):
1. kapal tersebut tidak berada di daerah khusus
2. kapal tersebut berada lebih dari 50 mil dari daratan
terdekat
3. kapal sedang meneruskan perjalanan (berlayar)
4. kecepatan pembuangan seketika tidak lebih dari 30
liter/ mil
5. jumlah residu maksimal yang dibuang tidak lebih
dari 1/15.000 untuk kapal tanker lama dan 1/30.000
bagi kapal tanker baru dari jumlah muatan yang
diangkut.
6. kapal tersebut dalam operasinya menggunakan
ODM dan sistim kontrol dan memiliki sistim
penataan tangki slop sebagaimana yang
disyaratkan.
TABEL KONTROL PEMBUANGAN MINYAK DARI
RUANGAN MUATAN SEMUA KAPAL
LOKASI DI LAUT KRITERIA PEMBUANGAN
Batas 50 Mil dari Tidak boleh dibuang kecuali clean ballast atau dari
daratan SBT

Di luar daerah khusus Tidak boleh dibuang kecuali:


lebih dari 50 mil dari a. Clean ballast atau dari SBT (reg. 9.4) atau
daratan b. Apabila :
1. Tanker sedang berlayar
2. Minyak yg terbuang tidak lebih dari 30 liter per
mil dan,
3. Total minyak yg terbuang tidak lebih dari
1/30000
dari jumlah muatan yg diangkut
4. Tanker mengoperasikan ODM dan kontrol
sistem
serta slop tank (reg. 15)
Di dalam daerah khusus Tidak boleh ada buangan kecuali clean ballast atau
DAFTAR HAL-HAL YG DICATAT DALAM ORB
A. Pencucian tangki bahan bakar/ballast
1. identitas dari tangki
2. Apakah tangki dibersihkan sejak terakhir
berisi minyak, jika tidak jenis minyak yg
diangkut sebelumnya.
3. Proses pembersihan:
3.1 posisi kapal dan waktu mulai dan
berhenti pencucian
3.2 identitas tangki dan metode pencucian yg digunakan
4. Ballasting :
4.1 Posisi kpl dan waktu mulai/berhenti ballasting
4.2 Jumlah air ballast jika tangki tdk dibersihkan
4.3 Posisi kpl dan mulainya pencucian tangki
4.4 Posisi kpl dan mulainya ballasting
B. PEMBUANGAN Ballast KOTOR ATAU
PEMBERSIHAN AIR DARI TANGKI BAHAN BAKAR
5. Identitas tangki
6. Posisi kapal saat pembuangan dimulai
7. Posisi kapal saat pembuangan berakhir
8. Kecepatan kapal saat pembuangan
9. Methode pembuangan :
9.1 melalui peralatan pemisah 15 ppm
9.2 ke fasilitas penampungan di darat
10. Jumlah pembuangan
c. PENGUMPULAN DAN PEMBUANGAN RESIDU MINYAK
11. Pengumpulan residu minyak
Jumlah residu yg tersimpan di kpl pada akhir pelayaran tetapi
tidak lebih dari 1 minggu.
11.1 pemisahan sludge :
- identitas tangki __________ m³
- kapasitas tangki __________ m³
- jumlah yg tersimpan di kapal ____ m³
12. Metode pembuangan residu :
12.1 ke fasilitas penampungan
12.2 Pemindahan ke tangki lain, identitas tangki dan isi tangki
12.3 Dibakar (lama pembakaran)
12.4 Metode lain
D. PEMBUANGAN AIR GOT YG MENGANDUNG MINYAK KELUAR
KAPAL SECARA MANUAL

13. Jumlah pembuangan


14. waktu pembuangan (mulai dan berhenti)
15. metode pembuangan :
15.1 melalui peralatan pemisah minyak 15 ppm
15.2 ke fasilitas penampungan darat
15.3 dipindahkan ke tangki slop atau tangki holding, identitas
tangki, jumlah yg ditransfer dan jumlah yg tersisa

E. PEMBUANGAN AIR GOT YG MENGANDUNG MINYAK KELUAR KAPAL


SECARA OTOMATIS

16. Waktu dan posisi kapal pada saat pembuangan secara otomatis
17. waktu ketika sistem bekerja otomatis saat pemindahan air got ke
tangki penampungan
18. Waktu dimulainya sistem diubah ke manual
19. Metode pembuangan keluar kapal :
19.1 melalui peralatan penyaringan 15 ppm
F. KONDISI DARI SISTIM KONTROL DAN
PERALATAN PENGAWASAN PEMBUANGAN MINYAK
20. Waktu saat terjadi kerusakan
21. Waktu saat sistem mulai beroperasi
22. Alasan kerusakan

G. PEMBUANGAN TIDAK DISENGAJA ATAU


PENGECUALIAN PEMBUANGAN MINYAK
23. Waktu kejadian
24. Tempat dan posisi kapal pada saat kejadian
25. Jumlah perkiraan yg tumpah dan jenis minyak
26. Keadaan dari tumpahan, alasan pembuangan
dan cacatan lainnya.
H. BUNKER BAHAN BAKAR ATAU MINYAK
LUMAS
1. BUNKERING
2. Tempat Bunker
3. Waktu Bunker
4. Tipe dan jumlah bahan bakar dan identitas
tangki (tuliskan jumlah penambahan dan
jumlah
keseluruhan dari isi tangki)
1. Tipe dan jumlah minyak lumas dan identitas
tangki (tuliskan jumlah penambahan dan
jumlah
keseluruhan dari isi tangki)
NAME : M/V SAKRINA (NON – TANKER)
OFFICIAL NUMBER : XYZ
CHECK TYPE OF BOOK
√ PART-I MCHINERY SPACE OPERATIONAL (ALL SHIP)

PART-II CARGO/BALLAST OPERATION

DATE CODE ITEM RECORD OF OPERATION/SIGNATURE OF


LETTER NUMBER OFFICER IN CHARGE
7/1/2010 D 13 4 BARRELS

- - 14 10.00 START 10.15 STOP

8/1/2010 A 1 # 5 DB

2 YES

4.1 START 8/1/2010 08.00 79° 47´ N 26° 01´ W

END 8/1/2010 16.00 80° 47´ N 26° 01´ W

MASTER´S SIGNATURE ..................... OFFICER ON WATCH .............


Pada kapal selain tanker ukuran 400 GT atau lebih (dari
kamar mesin)

1. kapal tersebut tidak berada di daerah khusus


2. kapal sedang meneruskan perjalanan
3. kandungan minyak dari air got yang dibuang tidak
melebihi 15 ppm
4. kapal tersebut menggunakan peralatan pemisah
minyak yang memenuhi persyaratan
5. bagi kapal tanker, air got/residu minyak/air
berminyak bukan berasal dari ruang kamar pompa
atau campuran dari residu muatan
6. sistim penyaringan minyak yang digunakan harus
dilengkapi dengan peralatan penyetop otomatis jika
kandungan air berminyak melebihi 15 ppm.
TABEL KONTROL PEMBUANGAN MINYAK
DARI KAMAR MESIN SEMUA KAPAL
LOKASI di TIPE KAPAL KRITERIA PEMBUANGAN
LAUT
Di luar Special Tanker semua ukuran 1. Kapal berlayar
Area dan kapal lain 400 grt 2. Kandungan minyak tidak lebih dari 15 ppm
atau lebih 3. Menggunakan kontrol sistem, OWS atau
Filtering Equipment
4. Untuk tanker, bukan dari air got kamar
pompa atau campuran residu muatan
Kapal lebih kecil dari Sedapat mungkin dilengkapi alat pencegah
400 grt pencemaran
Di dalam Tanker semua ukuran 1. Kapal berlayar
Special Area dan non Tanker 400 2. Kandungan minyak tidak lebih dari 15 ppm
grt atau lebih 3. Menggunakan peralatan penyetop otomatis
15 ppm
4. Untuk tanker bukan berasal dari kamar
pompa atau campuran muatan
Kapal lebih kecil dari Sedapat mungkin dilengkapi alat pencegah
400 grt pencemaran
Artartika Semua kapal Tidak boleh dibuang
Aturan Pembuangan Residu Berminyak
Dapat Dikecualikan
1. pembuangan tersebut dimaksudkan untuk
keselamatan kapal atau keselamatan jiwa di laut
atau
2. pembuangan tersebut dilakukan akibat kerusakan
kapal atau perlengkapannya dimana: semua
tindakan pencegahan sudah dilakukan atau
3. pembuangan bahan–bahan yang mengandung
minyak tersebut dilakukan untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya pencemaran yang lebih besar
4. Pembuangan dimaksudkan untuk kegiatan
penelitian
Lokasi Fasilitas Penampungan
1. Semua pelabuhan dan terminal tempat memuat minyak
mentah dimana kapal tersebut telah melakukan pelayaran
tanpa muatan kurang dari 72 jam atau telah menempuh
jarak tidak lebih dari 1200 mil.
2. Semua pelabuhan dan terminal tempat mengangkut
minyak lebih dari 1000 metrik ton per hari
3. Semua pelabuhan yang menyediakan galangan perbaikan
atau fasilitas pembersihan tangki
4. Semua pelabuhan dan terminal yang menangani kapal
yang mempunyai tangki sludge
5. Semua pelabuhan yang menangani residu atau air yang
mengandung minyak yang tidak memenuhi persyaratan
pembuangan
6. Semua pelabuhan muat yang mempunyai residu minyak
Ketentuan Tentang SLOP Tank

 Setiap kapal tanker ukuran 150 GT atau


lebih harus memiliki slop tank dan bagi
kapal tanker baru ukuran 70.000 DWT
harus mempunyai paling sedikit 2 tangki
slop.
Kapasitas Minimal SLOP Tank Yang Harus Dimiliki
Oleh Sebuah Kapal Tanker
1. kapasitas minimal SLOP TANK 3% dari kapasitas muatan
dan dapat dikurangi dengan ketentuan sebagai berikut:
2. 2% jika kapal tersebut dilengkapi dengan sistim pencucian
tangki atau kapal tersebut dilengkapi dengan segregated
ballast tank atau dedicated clean ballast tank
3. 1,5% jika kapal tersebut dilengkapi dengan kombinasi dari
sistim pencucian tangki dan SBT atau CBT
4. 1% jika kapal tersebut merupakan kapal kombinasi antara
crude carrier dan product carrier
Yang Dimaksud Dengan SOPEP

 SOPEP atau Shipboard Oil Pollution


Emergency Plan adalah merupakan bagan
rencana darurat penanggulangan
pencemaran minyak dari kapal yang
merupakan petunjuk bagi Nahkoda dan awak
kapal tentang tindakan yang harus dilakukan
di kapal untuk mengurangi atau
mengendalikan tumpahan minyak.
ISI SOPEP
1. Prosedur yg harus diikuti oleh Nahkoda dan awak
kapal yg bertugas melaporkan pencemaran yg terjadi
2. Daftar instansi pemerintah atau perorangan yg perlu
dihubungi sewaktu terjadi pencemaran
3. Rincian petunjuk tindakan yg akan ditempuh segera,
setelah terjadi pencemaran oleh personil di atas
kapal untuk mengontrol dan mengurangi
pencemaran
4. Prosedur penghubung di atas kapal, melakukan
koordinasi Nasional dan Internasional dalam
menanggulangi pencemaran yg terjadi.
Ukuran–Ukuran Standard Discharge Connection
for Residue From Machinery Bilges
Uraian Ukuran
Diameter luar 215 mm
Diameter dalam Menyesuaikan dengan diameter luar pipa
Diameter lingkaran baut 183 mm
Lubang baut pada flensa 6 lubang dengan diameter 22 mm
Tebal flensa 20 mm
Mur dan baut 6 buah berdiameter 20 mm dan dengan
panjang yang cukup

Ket: Flensa tersebut berbahan baja atau material lain yang setara dapat
menerima pipa dengan diameter dalam maksimum 125 mm dan. Flensa ini
bersama–sama dengan paking anti minyak mampu menahan tekanan
2
minimal 6 kg/cm
Hal-Hal Yang Harus Dicatat di dalam Oil Record
Book I dan Oil Record Book II

Berlaku bagi kapal tanker 150 GT atau lebih dan


kapal non tanker 400 GT atau lebih.
Hal-hal (kegiatan) yang harus dicatat pada Oil
Record Book I adalah.
1. pencucian tangki bahan bakar atau ballast
2. pembuangan ballast kotor atau air pencucian
tangki bahan bakar
3. pembuangan residu minyak (sludge)
4. pembuangan air bilga keluar kapal
5. pembuangan residu yang tidak memenuhi
persyaratan pada saat kondisi darurat
Oil Record Book II adalah catatan yang berkaitan
dengan operasi ballast/ muatan.
Berlaku bagi kapal tanker ukuran 150 GT atau
lebih. Kegiatan yang harus dicatat adalah:

1. Pencucian tangki muatan


2. Pembuangan ballast kecuali dari SBT
3. Pembuangan air dari tangki Slop
4. Penutupan katup-katup sesudah operasi
pembuangan dari tangki Slop
5. Pembuangan residu/endapan dari tangki
6. Pembuangan residu yang tidak memenuhi
persyaratan pada saat kondisi darurat
Daratan terdekat Yaitu daratan yang terletak
sepanjang laut territorial yang diukur 12 mil dari
garis pangkal selain dari barat laut dari perairan
Australia

Special Area Suatu daerah laut dimana


berdasarkan alasan-alasan teknis yang diakui
dalam hubungannya dengan kondisi oseanografi
dan kondisi ekologi dan dengan karakter
tertentu dari lalu lintas lautnya sehingga wajib
mengikuti metode–metode pencegahan polusi
laut oleh minyak yang disyaratkan.
Daerah–Daerah Yang Termasuk
Special Area
1. laut mediterania
2. laut Baltik
3. laut hitam
4. laut Merah
5. teluk persia
6. teluk Aden
7. daerah antartika
8. perairan Eropah meliputi: laut utara Eropah,
laut Irlandia, bagian barat Irlandia, laut Celtic
dan English Channel
Instantaneous Rate of
Discharge of Oil Content
Jumlah pembuangan minyak dalam liter
per jam pada suatu saat di bagi dengan
kecepatan kapal dalam knot pada saat
yang sama.
Atau dapat juga disimpulkan sebagai
jumlah pembuangan minyak dalam liter
setiap milnya
Slop Tank adalah Tangki yang didesain khusus untuk
menampung hasil penceratan dari tangki, pencucian
tangki dan campuran berminyak lainnya.

 Sludge tank adalahTangki yang didesain


untuk menampung r esidu minyak dari hasil
pembersihan bahan bakar dan minyak
lumas, dan kebocoran minyak dari ruang
mesin.
Clean Ballast

Adalah air ballast yang mana sejak terakhir


diangkut dalam keadaan bersih sehingga
jika dibuang pada saat cuaca tenang dan
cerah tidak menampakkantanda–tanda
adanya ceceran minyak pada permukaan air
atau berupa emulsi atau endapan, atau Jika
ballast tersebut dibuang melalui suatu sistim
pengontrolan dan pemonitoran pembuangan
minyak, maka kandungan minyaknya tidak
melebihi 15 ppm
Additional ballast water
 Adalah air ballast tambahan yang diangkut
dalam tangki muatan pada kondisi darurat
atau yang berkaitan dengan stabilitas
kapal. Penjelasan tambahan: pemuatan
Additional Ballast Water ini diijinkan hanya
jika kapal tersebut memiliki sistim
pencucian tangki (COW). Pemuatan
tersebut harus dicatat dalam buku cacatan
minyak bagian II
konstruksi dan perlengkapan utama yang
diisyaratkan untuk suatu kapal tangki minyak
Konstruksi dan perlengkapan utama kapal tangki adalah
sebagai berikut:
1. Menggunakan konsep double hull atau Mid deck
2. Segregated Ballast tank (SBT)
3. Dedicated Clean Ballast tank (CBT)
Untuk ruang mesin harus dilengkapi dengan:
1. Oil water separator (OWS)
2. Oil Content meter
3. Alarm
4. Automatic Stopping Device
5. Sludge Tank
6. Standard Discharge Connection
7. Oil Record book I
Sedangkan untuk ruang muat adalah:
 Oil Discharge Monitoring and Control
system
 Oil content Meter
 Slop tank
 Oil Water Interface Detector
 Discharge Manifold
ANNEX II
Pencegahan pencemaran oleh bahan kimia beracun
dalam bentuk curah

defenisi dari kategori bahan kimia beracun


1. kategori A: bahan kimia beracun yang berasal dari
hasil pencucian tangki atau ballast, jika dibuang ke
laut dapat menimbulkan bahaya besar bagi
sumber daya hayati atau kesehatan manusia atau
menggangu kenyamanan atau penggunaan lain
yang sah atas laut.
2. kategori B: bahan kimia beracun yang berasal dari
hasil pencucian tangki atau ballast, jika dibuang ke
laut dapat membahayakan bagi sumber daya
hayati atau kesehatan manusia atau menggangu
kenyamanan atau penggunaan lain yang sah atas
laut.
1. kategori C: bahan kimia beracun yang berasal
dari hasil pencucian tangki atau ballast, jika
dibuang ke laut dapat menimbulkan bahaya
kecil bagi sumber daya hayati atau kesehatan
manusia atau menggangu kenyamanan atau
penggunaan lain yang sah atas laut.
2. kategori D: bahan kimia beracun yang berasal
dari hasil pencucian tangki atau ballast, jika
dibuang ke laut dapat menimbulkan bahaya
yang mudah dikenali bagi sumber daya hayati
atau kesehatan manusia atau menggangu
kenyamanan atau penggunaan lain yang sah
atas laut.
cara pembuangan bahan kimia beracun masing–masing kategori
jika kapal berada diluar daerah khusus

1. kategori A: hasil pencucian tangki atau


ballast yang mengandung residu/campuran
residu tersebut harus dicuci dan diserahkan
ke fasilitas penampungan didarat dengan
konsentrasi kurang dari 0.1 % terhadap
beratnya (kecuali phospor harus 0,01% dari
beratnya). Penambahan air sesudah itu
kedalam tangki boleh dibuang dengan
syarat sebagai berikut:
1.kapal melakukan pelayaran dengan
kecepatan minimal 7 knot bagi kapal
yang mempunyai tenaga penggerak
sendiri dan 4 knot bagi kapal yang
ditarik/ditunda
2.pembuangan dilakukan dibawah garis
air dan tidak berdekatan dengan
saluran masuk air pendingin kapal
3.pembuangan dilakukan dengan jarak
minimal 12 mil dari daratan terdekat
dengan kedalaman tidak kurang dari 25
meter
kategori B: pembuangan bahan kimia beracun hasil pencucian
tangki atau ballast yang mengandung residu/campuran residu
dilarang kecuali kondisi berikut ini dipenuhi:

1. kapal melakukan pelayaran dengan kecepatan


minimal 7 knot bagi kapal yang mempunyai tenaga
penggerak sendiri dan 4 knot bagi kapal yang
ditarik/ditunda
2. konsentrasi pembuangan tidak melebihi 1 ppm
3. maksimal pembuangan residu dari setiap tangki tidak
melebihi 1m3 atau 1/3000 dari kapasitas tangki
dalam m3
4. pembuangan dilakukan dibawah garis air dan tidak
berdekatan dengan saluran masuk air pendingin
kapal
5. pembuangan dilakukan dengan jarak minimal 12 mil
dari daratan terdekat dengan kedalaman tidak
kurang dari 25 meter
kategori C: pembuangan bahan kimia beracun hasil
pencucian tangki atau ballast yang mengandung
residu/campuran residu dilarang kecuali kondisi
berikut ini dipenuhi:
1. kapal melakukan pelayaran dengan kecepatan
minimal 7 knot bagi kapal yang mempunyai
tenaga penggerak sendiri dan 4 knot bagi kapal
yang ditarik/ditunda
2. konsentrasi pembuangan tidak melebihi 10 ppm
3. maksimal pembuangan residu dari setiap tangki
tidak melebihi 3m3 atau 1/1000 dari kapasitas
tangki dalam m3
4. pembuangan dilakukan dibawah garis air dan
tidak berdekatan dengan saluran masuk air
pendingin kapal
5. pembuangan dilakukan dengan jarak minimal
12 mil dari daratan terdekat dengan
kedalaman tidak kurang dari 25 meter
kategori D: pembuangan bahan kimia beracun
hasil pencucian tangki atau ballast yang
mengandung residu/campuran residu
dilarang kecuali kondisi berikut ini dipenuhi:
1. kapal melakukan pelayaran dengan kecepatan
minimal 7 knot bagi kapal yang mempunyai
tenaga penggerak sendiri dan 4 knot bagi kapal
yang ditarik/ditunda
2. pembuangan dilakukan dibawah garis air dan
tidak berdekatan dengan saluran masuk air
pendingin kapal
3. konsentrasi pembuangan tidak melebihi 1/10
bagian
4. pembuangan dilakukan dengan jarak 12 mil dari
daratan terdekat
cara pembuangan bahan kimia beracun masing–masing
kategori jika kapal berada di daerah khusus

kategori A: hasil pencucian tangki atau ballast yang


mengandung residu/campuran residu tersebut harus dicuci
dan diserahkan ke fasilitas penampungan didarat dengan
konsentrasi kurang dari 0.05 % terhadap beratnya
(kecuali phospor harus 0,005% dari beratnya).
Penambahan air berikutnya kedalam tangki boleh dibuang
dengan syarat sebagai berikut:
1. kapal melakukan pelayaran dengan kecepatan minimal 7
knot bagi kapal yang mempunyai tenaga penggerak
sendiri dan 4 knot bagi kapal yang ditarik/ditunda
2. pembuangan dilakukan dibawah garis air dan tidak
berdekatan dengan saluran masuk air pendingin kapal
3. pembuangan dilakukan dengan jarak minimal 12 mil dari
daratan terdekat dengan kedalaman tidak kurang dari 25
meter
 kategori B: pembuangan bahan kimia beracun
hasil pencucian tangki atau ballast yang
mengandung residu/campuran residu dilarang
kecuali kondisi berikut ini dipenuhi:
1. tangki tersebut dicuci dan hasil pencucian
tersebut diserahkan ke fasilitas penampungan
2. kapal melakukan pelayaran dengan kecepatan
minimal 7 knot bagi kapal yangmempunyai
tenaga penggerak sendiri dan 4 knot bagi kapal
yang ditarik/ditunda
3. konsentrasi pembuangan tidak melebihi 1 ppm
4. pembuangan dilakukan dibawah garis air dan
tidak berdekatan dengan saluran masuk air
pendingin kapal
5. pembuangan dilakukan dengan jarak minimal 12
mil dari daratan terdekat dengan kedalaman
tidak kurang dari 25 meter
kategori C: pembuangan bahan kimia beracun
hasil pencucian tangki atau ballast yang
mengandung residu/campuran residu
dilarang kecuali kondisi berikut ini
dipenuhi:
1. kapal melakukan pelayaran dengan kecepatan
minimal 7 knot bagi kapal yang mempunyai tenaga
penggerak sendiri dan 4 knot bagi kapal yang
ditarik/ditunda
2. konsentrasi pembuangan tidak melebihi 1 ppm
3. maksimal pembuangan residu dari setiap tangki tidak
melebihi 1m3 atau 1/3000 dari kapasitas tangki
dalam m3
4. pembuangan dilakukan dibawah garis air dan tidak
berdekatan dengan saluran masuk air pendingin
kapal
5. pembuangan dilakukan dengan jarak minimal 12 mil
dari daratan terdekat dengan kedalaman tidak
kurang dari 25 meter
Contoh kategori bahan kimia beracun
kategori A:
1. acetone cynohyrin
2. acrolein
3. carbon sulphide
4. creosols
5. creslic acid
6. dischlorobenzenes
7. naphthlene
kategori B
1. allyl alcohol
2. Ammonia
3. benzyl choloride
4. butyric acid
5. champor oil
6. carbon tetrachloride
7. Chloroform
8. ethylene dichloride
kategori C
1. acetic acid
2. acrylic acid
3. allyl chloride
4. ailine
5. cyclohexane
6. dietylamine
7. ethylbenzene
8. ethylene diamine
kategori D
1. acetone
2. benzyl alcohol
3. disobutylene ketone
4. ethyl acetate
5. ethyl acrylate
yang dimaksud dengan Procedure and
Arrangements Manual
 P and A Manual adalah suatu pedoman tentang
prosedur dan tata susunan serta perlengkapan
yang yang dibutuhkan agar dapat memenuhi
ketentuan dari Annex II dalam kaitannya dengan
penanganan muatan, pembuangan residu,
pengisian dan pembuangan ballast.
ANNEX III
Pencegahan pencemaran oleh bahan berbahya dalam bentuk
kemasan
 cara pemberian tanda dan label pada
kemasan yang berisi bahan berbahaya:
kemasan-kemasan yang berisi suatu bahan
berbahaya diberikan tanda atau label yang
mampu bertahan minimal tiga bulan bila jatuh
ke laut dan diberi tulisan Marine Pollutant. Isi
tulisan dari kemasan tersebut harus
menggunakan nama teknis bahan bukan
nama dagang.
cara pendokumentasian dan penyimpanan barang
berbahaya tersebut diatas kapal
1. Dokumen yang berhubungan dengan pengangkutan bahan
berbahaya diberi identifikasi dengan tambahan kata-kata
MARINE POLLUTANT. Dokumen tersebut harus
melampirkan sertifikat atau keterangan bahwa pengiriman
tersebut telah dikemas dan diberi tanda/label dengan baik
2. setiap kapal yang mengangkut bahan berbahaya tersebut
harus memiliki suatu daftar khusus atau manifest yang
menyatakan bahan tersebut berbahaya dan menunjukkan
lokasinya. Sedangkan salinan-salinan dari dokumen
tersebut harus disimpan di darat oleh pemilik kapal atau
perwakilannya hingga bahan tersebut dibongkar.
3. bahan berbahaya tersebut harus dimuat dengan baik dan
aman sehingga dapat meminimalkan bahaya terhadap
lingkungan laut tanpa mengganggu keselamatan kapal dan
orang-orang di kapal.
ANNEX IV
Pencegahan Pencemaran Oleh Kotoran

Yang dimaksud dengan kotoran adalah:


kotoran yang berasal dari saluran
urin, kakus/ toilet
kotoran yang berasal dari saluran
medis kapal yang berbentuk cairan
kotoran yang berasal dari ruangan
binatang hidup
kotoran yang merupakan campuran
dari salah satu kotoran di atas
Cara pembuangan kotoran sebagaimana yang diatur
dalam peraturan 8 Annex IV MARPOL 73/78

 Kapal yang dilengkapi dengan sistem pembebas hama dapat


membuang kotoran pada jarak lebih dari 4 mil dari daratan
terdekat.
 Kotoran yang tidak melalui sistem pembebas hama dapat
membuang kotoran dengan jarak lebih dari 12 mil dengan
syarat kotoran tersebut telah ditempatkan sebelumnya dalam
tangki penampungan dan dibuang tidak sekaligus ketika kapal
berlayar dengan kecepatan minimal 4 knot
 Pembuangan kotoran tersebut tidak menghasilkan padatan
yang mengapung, berbau dan menimbulkan perubahan warna
pada perairan sekitar.
 Kapal yang berada dalam wilayah hukum suatu negara harus
membuang kotoran sesuai dengan persyaratan negara
bersangkutan
ukuran–ukuran standard sambungan pembuangan kotoran dari
kapal ke fasilitas penampungan

Uraian Ukuran
Diameter luar 210 mm
Diameter dalam Menyesuaikan dengan diameter luar pipa
Diameter lingkaran baut 170 mm
Lubang baut pada flensa 4 lubang dengan diameter 18 mm
Tebal flensa 18 mm
Mur dan baut 4 buah berdiameter 16 mm dan dengan panjang
yang cukup

Ket: Flensa tersebut berbahan baja atau material lain yang setara dapat
menerima pipa dengan diameter dalam maksimum 125 mm dan. Flensa ini
bersama–sama dengan paking anti minyak mampu menahan tekanan minimal 6
kg/cm2
ANNEX V
Pencegahan Pencemaran Oleh Sampah

Yang dimaksud dengan sampah (garbage)


 Semua jenis makanan, limbah domestik
dan sisa operasional domestik kapal
tidak termasuk ikan segar
Aturan Pembuangan Sampah
di luar daerah khusus

JENIS SAMPAH JARAK PEMBUANGAN


plastik dan sintesisnya Dilarang dibuang
sampah mengapung termasuk kayu, Lebih dari 25 mil dari daratan terdekat
dan paking
makanan, produk kertas, majun Lebih dari 12 mil dari daratan terdekat
bersih, kaca, botol, dan bahan dan dapat dibuang lebih dari 3 mil jika
pecah belah lainnya sampah tersebut telah dihancurkan dan
dibuang melaui jaring berukuran 25 mm
Aturan Pembuangan Sampah pada Anjungan Pengeboran
Minyak Lepas Pantai (flatform) Termasuk Kapal yang
Melayaninya

JENIS SAMPAH JARAK PEMBUANGAN


plastik dan sintesisnya
sampah mengapung termasuk kayu, Hanya sampah makanan yang boleh
dan paking dibuang dengan jarak minimal 12 mil dari
makanan, produk kertas, majun daratan terdekat dan melalui jaring
bersih, kaca, botol, dan bahan ukuran 25 mm
pecah belah lainnya
Aturan Pembuangan Sampah di Daerah
Khusus
JENIS SAMPAH JARAK PEMBUANGAN
plastik dan sintesisnya
sampah mengapung termasuk kayu, Hanya sampah makanan yang
dan paking dihancurkan dan melalui jaring ukuran
makanan, produk kertas, majun 25mm yang boleh dibuang dengan jarak
bersih, kaca, botol, dan bahan pecah minimal 12 mil dari daratan terdekat
belah lainnya
kapal yang wajib mempunyai Garbage
Management Plans adalah Setiap kapal yang
berukuran 400 GT atau lebih dan setiap kapal
yang disertifikatkan mengangkut 15 orang atau
lebih

 Garbage Management Plans adalah Setiap kapal


yang berukuran 400 GT atau lebih dan setiap
kapal yang disertifikatkan mengangkut 15 orang
atau lebih
 Plakat/ poster aturan pembuangan sampah adalah
Setiap kapal yang mempunyai panjang 12 meter
atau lebih
 Garbage record bookSetiap kapal yang berukuran
400 GT atau lebih dan setiap kapal yang
disertifikatkan mengangkut 15 orang atau lebih
Dalam garbage management plans harus dituliskan hal-
hal mengenai: prosedur pengumpulan, penyimpanan,
proses pengolahan dan pembuangan sampah termasuk
jenis peralatan yang digunakan. Pada buku tersebut
juga harus dituliskan orang bertanggungjawab dalam
penanganan sampah.
 Hal-hal yang harus ditulis dalam garbage
record book :
1. setiap selesai pembuangan/pembakaran sampah harus
dicatat dan ditandatangani oleh perwira yang
bertanggung jawab. Setiap halaman harus
ditandangani oleh Nahkoda.
2. dalam menuliskan kegiatan operasi
pembuangan/pembakaran sampah harus meliputi:
tanggal dan waktunya, posisi kapal, jenis sampah, dan
perkiraan jumlah yang dibuang atau dibakar
3. buku tersebut harus disimpan di kapal paling kurang 2
tahun sejak terakhir kali diisi.
ANNEX VI
Pencegahan Pencemaran Udara Oleh Gas Buang
Cerobong Kapal
peraturan Annex VI itu Berlaku terhadap
kapal yang memilki mesin diesel dengan
tenaga output lebih dari 130 kW.
kadar emisi NOx yang diijinkan bagi
mesin yang memenuhi peraturan
MARPOL 73/78 Annex VI tersebut ?
1. 17,0 g/kWh jika putaran mesin kurang
130 rpm
2. 45,0 X putaran mesin (-0,2) g/kWh jika
putaran mesin antara 130-2000 rpm
3. 9,8 g/kWh jika putaran mesin lebih dari
2000 rpm
persyaratan tentang Sulphur Oxides (SOx) agar dapat mengurangi dampak
pencemaran udara dari kapal–kapal
Kadar SOX yang oleh setiap bahan bakar di atas kapal tidak
boleh melebihi 4,5% mm
persyaratan incinerator diatas kapal agar tidak terjadi pencemaran
udara
1. temperatur minimum setiap pengoperasian incinerator paling
kurang 850 0C dan mampu menghasilkan temperatur
minimum 600 0C dalam waktu 5 menit saat pertama kali
dinyalakan
2. dilarang membakar bahan yang mengandung:
 polychlonated bipehenyls (PCBS)
 logam berat
 campuran halogen
 polyvinil chlorides (PVCS) kecuali incinerator yang telah
disetujui oleh IMO yang dibuktikan dengan sertifiat
pengesahan
3. dilarang mengoperasikan incenerator selama dipelabuhan
atau kawasan wisata/pantai
KOMPENSASI GANTI RUGI
PENCEMARAN
Dalam UU No.21 tentang Pelayaran pada Bab VIII diatur
tentang pencegahan dan penanggulangan
pencemaran oleh kapal :
 pasal 65 ayat 1 : Setiap kapal dilarang melakukan
pembuangan limbah atau bahan lain apabila tidak
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
 pasal 66 ayat 1 dan 2
1. setiap kapal yang dioperasikan wajib dilengkapi
dengan peralatan pencegahan pencemaran sebagai
bagian dari persyaratan kelaiklautan kapal
2. setiap nahkoda atau pemimpin kapal dan atau anak
buah kapal wajib mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan yang bersumber dari kapalnya
kapal dinyatakan laik laut berkaitan
dengan pencegahan pencemaran
 Apabila kapal tersebut memiliki peralatan
pencegahan pencemaran yang memenuhi
syarat dan dibuktikan dengan sertifikat yang
masih berlaku
Konvensi tentang konpensasi ganti rugi pencemaran
yang dikenal dengan nama “ The International
Convention on Civil Liability for Oil Pollution
Damage (CLC 69) adalah merupakan konvensi yang
mengatur kewajiban ganti rugi oleh pemilik kapal
terhadap kerusakan yang disebabkan karena
pencemaran minyak yang tumpah dari kapal.
Konvensi tersebut mengatur prinsip kewajiban
pemilik kapal untuk membentuk sistim asuransi yang
diwajibkan
 Sedangkan “The International Convention on
the Establishment of an International Fund for
Compensation for Oil Pollution Damage (IOPC
Fund) adalah merupakan supplement
(tambahan) terhadap CLC 69 yang dibentuk
guna mengatasi kompensasi dari korban akibat
pencemaran tumpahan minyak bila
kompensasi dari CLC 69 tidak mencukupi.
 Apa yang dimaksud dengan TOVALOP (the
Tanker Owners Voluntary Agreement
Concerning Liability for Oil Pollution) dan
CRISTAL (Contract Regarding an Interim
Supplement to Tanker Liability for Oil
Pollution)TOVALOP dan CRISTAL dimaksudkan
untuk penyelesaian secara intern dalam
menyediakan ganti rugi yang sebanding dengan
CLC 69 dan Fund 71 untuk negara yang belum
meratifikasi kedua konvensi tersebut. TOVALOP
ditanggung oleh P and I Club sedang CRISTAL
dibiayai oleh pemilik muatanmeliputi hampir
semua muatan minyak yang diangkut melalui
laut.
PERALATAN PENCEGAHAN
PENCEMARAN
 Fungsi dari Oil water Separator adalah
memisahkan air dari minyak hingga kadar
minyak tersebut kurang dari 15 ppm sebagai
persyaratan air buangan ke laut.
Gambar dan prinsip kerja dari OWS
 Air got kapal yang terkumpul di Bilge tank dialirkan ke OWS
dengan bantuan pompa bilge. Air got yang mengandung
minyak akan dipisahkan di dalam OWS dengan prinsip gaya
gravitasi. Air berminyak akan mengalami pemisahan pada
tabung pertama, melalui plat-plat pemisah. Air yang telah
terpisah akan terus bergerak ke bawah akibat tekanan dalam
tabung, sedangkan minyak akan berkumpul pada bagian atas
tabung. Dengan bantuan sebuah level sensor, minyak akan
mengalir ke oil collecting tank bila telah mencapai level yang
ditentukan. Air yang telah dipisahkan pada tabung pertama
akan masuk ke tabung kedua. Pada tabung kedua air tersebut
air akan mengalami pemisahan dalam suatu saringan halus. Air
bersih akan melewati saringan dan minyak akan tertahan pada
bagian luar saringan. Selanjutnya minyak akan mengalir ke
atas dan berkumpul pada bagian atas tabung tersebut dan
mengalir ke oil collecting tank jika telah mencapai level tertentu.
Air bersih akn mengalir ke luar lambung kapal melalui suatu
sensor. Bila kandungan minyak air tersebut kurang dari 15 ppm
maka katup tiga jalan yang menuju ke laut akan terbuka.
Sedangkan bila kadarnya 15 ppm atau lebih maka katup tiga
jalan menuju ke laut tertutup dan katup ke oil collecting tank
terbuka sehingga minyak tidak mencemari laut.
Fungsi dari Oil Water Interface Detector Sebagai alat
untuk mengetahui batas minyak dan air dalam tangki slop

Gambar dan prinsip kerja dari Oil Water Interface


Detector
 Prinsip kerja:Batas minyak dengan air biasanya
ditentukan pita meteran yang dimodifikasi dan
bekerja dengan prinsip bahwa air garam dapat
menghantarkan listrik sedangkan minyak tidak. Arus
listrik dihasilkan oleh perbedaan potensi listrik antara
seng yang terdapat pada pemberat pita dan
kerangka baja dari tangki. Bila terjadi penyimpangan
jarum yang terdapat pada ammeter, berarti telah
dicapai batas antara air dan minyak.
fungsi dari Inert Gas System ( IGS )

 Sebagai alat yang digunakan untuk


mencegah terjadinya kebakaran atau ledakan
dengan memanfaatkan gas buang dari ketel
uap atau oleh sebuah Inert Gas Generator
Gambar dan jelaskan prinsip kerja dari
IGS
 Prinsip Kerja:
 Gas buang dari ketel atau gas buang dari
IGG dialirkan ke scrubber dan demister
didinginkan dan dipisahkan partikel padat
yang ikut bersama flue gas (misalnya jelaga
dan belerang). Selanjutnya gas lembam
tersebut dialirkan ke tangki muatan melalui
deck water seal yang didorong oleh suatu
blower. Guna mencegah aliran balik,
dipasang katup non return valve dan katup
pengaman guna menghindari tekanan
berlebihan pada pipa aliran gas lembam.
Fungsi Sewage Treatment Plant Adalah sebagai alat yang
digunakan untuk mengolah kotaran yang berasal dari
kapal sehingga dapat dibuang sesuai dengan persyaratan
yang diatur dalam MARPOL 73/78
 Prinsip kerja:
 Kotoran masuk melewati kasa kasar ke dalam tangki
pengumpul pertama dan akan luber ke tangki berikutnya.
Hubungan antara pertama dan kedua dibuat sedemikian rupa
dengan maksud agar memudahkan pemompaan tangki
pertama. Penghancuran dalam tangki aerasi disebabkan oleh
adanya bakteri aerob dari udara yang dimasukkan secara
paksa dengan bantuan kompressor udara melalui diffuser
pembentuk gelembung halus di bagian bawah. Gelembung
udara selain menyediakan udara juga menghasilkan turbulensi
sehingga pengendapan dapat di cegah dan terjadi
pencampuran yang baik.
Setelah mengalami aerasi, cairan dipindahkan
ke tangki endap(settling tank) dan terbentuk
apungan biologi. Oleh gaya beratnya, lumpur
terpisah ke bawah dan secara kontinyu
dikembalikan ke tangki aerasi dengan bantuan
tekanan udara untuk diolah kembali bersama
limbah baru. Pada kompartemen terakhir,
cairan limbah bersih tersebut diberikan
desinfektan sebelum akhirnya dibuang ke laut.

Penjelasan tambahan:
Kotoran yang di buang ke laut tidak boleh
berbentuk padatan, tidak berwarna dan tidak
berbau.
Fungsi dari Incinerator adalah salah satu alat pencegahan pencemaran
dengan cara membakar limbah hasil proses pemisahan pada dari OWS
maupun Sewage Plant dan sampah tertentu di atas kapal.
Prinsip kerja dari incinerator adalah :
 Kotoran padat dari Sewage Plant dan limbah minyak
ditampung pada Oil Waste Tank untuk dikeluarkan
kandungan airnya dengan cara dipanasi. Selanjutnya
limbah dan minyak tersebut dibakar sekaligus
berfungsi sebagai bahan bakar. Sebuah aliran minyak
diesel dipakai untuk pembakaran awal yang
berhubungan dengan pilot burner. Pada salah satu
sisi incinerator dapat dimasukkan sampah untuk di
bakar bersama-sama dengan minyak kotor dan
lumpur kotoran yang berasal dari sewage plant. Abu
hasil pembakaran ditampung atau di buang ke laut
pada jarak tertentu. Sampah plastik yang telah
dibakar disimpan pada wadah tertentu untuk
selanjutnya diserahkan ke darat.
DAMPAK PENCEMARAN DI LAUT
1. DAMPAK EKOLOGI
kerusakan lingkungan dipengaruhi faktor jumlah
minyak yang tumpah, bentuk fisik, komposisi
kimia dan kadar racun yang dikandung, kondisi
lokasi saat tumpahan yang terjadi, dekatnya
lingkungan pemukiman penduduk, industri, atau
tempat rekreasi.
2. TEMPAT REKREASI
akan berdampak pada perekonomian yg besar
karena waktu pemulihan membutuhkan waktu yg
lama
3. LINGKUNGAN PELABUHAN DAN DERMAGA
Berdampak besar terhadap perekonomian dan
keselamatan lingkungan yg padat dgn kegiatan kpl
keluar masuk pelabuhan dan kegiatan bongkar/muat

4. INSTALASI INDUSTRI
Instalasi industri seperti pembangkit listrik yg
menggunakan air laut sebagai media pendingin akan
rusak apabila air yg bercampur minyak masuk ke
dalam sistim pendingin pipa atau dapat
menimbulkan kebakaran/ bahaya lainnya bagi
instalasi industri yg berada di sekitar lokasi
5. PERIKANAN
Minyak akan mengotori dan
membasmi populasi ikan, kerang
dan jenis tanaman laut lainnya.
Pencemaran akan menghambat
ikan bertelur dan telur yg sudah
ada tidak dapat menetas.
Pertanian rumput laut dan jenis
tumbuhan lain akan rusak dan
musnah.
6. BINATANG LAUT
Jenis mamalia termasuk anjing
laut, ikan paus dan ikan lumba-lumba
tidak berusaha menghindari lokasi yg
tercemar.
Binatang yg mengambil nafas di
permukaan air akan menghisap
minyak dan menyebabkan saraf
terganggu atau kematian.
Binatang yg berbulu sulit bergerak dan
sistem pemanas tubuh tergangguyg
dapat menyebabkan kematian
7. BURUNG LAUT
Burung laut paling banyak
menjadi korban akibat
pencemaran minyak dalam
jumlah besar, karena burung tsb
mencari makan dan bersarang di
pantai.
8. TERUMBU KARANG dan EKOSISTEM
Pertumbuhan menjadi karang dewasa
menjadi sangat lama. Terumbu karang
dan binatang yg hidup disekitarnya ikut
musnah.
9. TUMBUHAN di PANTAI dan EKOSISTEM
Komunitas tumbuhan merupakan makanan
bagi binatang laut yg lebih besar. Minyak yg
menggenangi tumbuhan tsb akan terserap ke
akar. Pohon bakau sangat sensitif krn akarnya
tergenang di air. Binatang – binatang kecil dan
tumbuhan kecil di pantai akan musnah.

10.DAERAH YG DILINDUNGI DAN TAMAN LAUT


Tergantung dari sifat ekologi lokasi terutama
jenis tumbuhan dan binatang yg dilindungi.
Dampak kerugian secara ekonomi dan
musnahnya binatang/tanaman langka
merupakan kehilangan yg tidak ternilai.
KOMPENSASI GANTI RUGI
Kewajiban untuk membayar kompensasi ganti rugi atau
“Liability” atas pencemaran minyak akibat dari tumpahan
muatan minyak ke laut mulai muncul akibat kapal tanker
‘Torrey Canyon” yg memuat minyak mentah kandas dan
pecah di pantai Inggris Maret 1967, mencemari dan
merusak pantai dan kegiatan ekonomi di lokasi tsb.
Dampak dari peristiwa tsb adalah :
1. Kompensasi ganti rugi pencemaran minyak sulit
diwujudkan karena tidak tahu harus kemana
meminta kompensasi kerugian sedemikian
besarnya.
2. Pada waktu itu belum diketahui siapa dari pihak yg
bertanggung jawab membayar ganti rugi apakah pemilik
kapal atau pencharter.
Keadaan inilah yg mendasari IMO pada tahun
1969 dan 1971 membuat konvensi tentang
Kompensasi ganti rugi kerusakan akibat
pencemaran yg disebabkan tumpahan minyak
dari kapal Tanker yakni:
a. The International Convention on Civil Liability

for Oil Pollution Damage (Civil Liability


Convention tahun 1969.
b. The International Convention on The
Establisment of an International Fund for
Compensation for Oil Pollution Damage (Fund
Convention) tahun 1971
Kedua konvnesi ini telah direncanakan secara seksama di bawah
pengawasan IMO dgn fungsi-fungsi sbb:
a. The Civil Liability Convention (CLC Convention),
mengatur kewajiban ganti rugi oleh pemilik kapal
terhadap kerusakan yg disebabkan pencemaran
minyak yg tumpah dari kapal. Berisi tentang prinsip
kewajiban pemilik kapal utk membentuk sistim
asuransi yg diwajibkan. Pemilik kapal dibatasi
kewajibannya dalam jumlah tertentu dan sesuai
besarnya tonase kapal. Sumber dananya dari asuransi
P&I Club dan mulai berlaku 1975.
b. The Fund Convention, sebagai tambahan terhadap
CLC 1969 dibentuk guna membayar kompensasi ganti
rugi korban akibat pencemaran tumpahan minyak bila
kompensasi dari CLC 1969 tidak mencukupi
BATASAN GANTI RUGI
1. The CLC Convention 1969 menentukan liability
atau kontribusi kompensasi dari pemilik kapal
terhadap pencemaran dari kapal maksimal 14 juta
SDR atau US$ 20 juta dan berlaku hanya untuk
kapal tanker yang mengangkut muatan persistent
oil (M. Hitam)
2. The Fund Convention 1971 membentuk IOPC
Fund untuk memberikan kompensasi ganti rugi
kerusakan akibat pencemaran bila dana dari CLC
1969 tidak mencukupi dan maksimal 60 juta SDR
atau US$ 90 juta termasuk yang dibayarkan oleh
CLC Convention 1969.
Selain dua International Convention tsb, juga
dibentuk : TOVALOP (The Tanker Owners
Voluntary Agreement Concering Liability for Oil
Pollution) dan
CRISTAL (Contract Regarding an Interim
Supplement to Tanker Liability for Oil Pollution)

Namun kedua industry scheme ini sudah berakhir


masa berlakunya sejak tahun 1997
KOMPENSASI GANTI RUGI PENCEMARAN TUMPAHAN
BARANG BERACUN DAN BERBAHAYA
Hazardous Noxious Convention)

 Tujuan dari HNS Convention ini adalah untuk


membayar ganti rugi para korban kecelakaan
dan kerusakan yang diakibatkan dengan
kompensasi yang wajar dan memadai. Ganti
rugi ini dibebankan kepada pemilik kapal dan
pemilik muatan yang menyediakan dana melalui
asuransi.
1. Oil (minyak) sesuai dalam daftar appendix I MARPOL 73/78
2. Noxious Liquid Substances sesuai dalam daftar appendix II
MARPOL 73/78
3. Dangerous Liquid Substances sesuai dalam daftar chapter
17 International Code for the Construction and Equipment of
Ship Carrying Dangerous Chemical in Bulk thn 1983
4. Dangerous, Hazardous and Harmful Substances, sesuai
IMDG Code
5. Liquid gasses sesuai dalam daftar Chapter 19 Internatioal
Code for the Construction and Equipment of Ships Carrying
Liquified Gasses in Bulk 1983
6. Liquid Substances yang diangkut dalam bentuk curah,
dengan titik nyala tidak lebih dari 60°C
7. Solid Bulk Material yang mengandung Chemical Hazard,
sesuai appendix B Code of Safety Practice for Solid Bulk
Cargoes
CLAIM YANG DAPAT DILAKUKAN
Kecelakaan, kerusakan yang dapat diklaim ke HNS
Fund berdasarkan HNS Convention adalah:
1. Loss of life, meninggal atau terluka di atas atau
di luar kapal pengangkut barang HNS yang
disebabkan oleh barang HNS tersebut.
2. Hilang atau rusaknya
PERALATAN PENCEGAHAN PENCEMARAN
Air got kapal yg terkumpul di Bilge tank dialirkan ke OWS dengan
pompa bilge. Air got yang mengandung minyak akan dipisahkan
di dalam OWS dengan prinsip gaya gravitasi. Air berminyak akan
mengalami pemisahan pada tabung I, melalui plat-plat pemisah.
Air yang telah terpisah akan bergerak ke bawah akibat tekanan
dalam tabung, dan minyak akan berkumpul pada bagian atas
tabung. Dengan bantuan level sensor, minyak akan mengalir ke
oil collecting tank bila telah mencapai level tertentu. Air yang telah
dipisahkan pada tabung I akan masuk ke tabung II. Pada tabung
II air tsb air akan mengalami pemisahan dlm suatu saringan
halus. Air bersih melewati saringan dan minyak akan tertahan
pada bagian luar saringan.Selanjutnya minyak mengalir ke atas
dan berkumpul pada bagian atas tabung tsb dan mengalir ke oil
collecting tank jika mencapai level tertentu. Air bersih mengalir ke
laut melewati suatu sensor. Bila kandungan minyak air tersebut
kurang dari 15 ppm maka katup tiga jalan yg menuju ke laut akan
terbuka. Bila kadarnya ≥15 ppm maka 3 way v/v menuju ke laut
tertutup dan yg ke oil collecting tank terbuka sehingga minyak tdk
OIL WATER SEPARATOR
Prinsip kerja:
Batas minyak dengan air biasanya
ditentukan pita meteran yang dimodifikasi
dan bekerja dengan prinsip bahwa air
garam dapat menghantarkan listrik
sedangkan minyak tidak. Arus listrik
dihasilkan oleh perbedaan potensi listrik
antara seng yang terdapat pada pemberat
pita dan kerangka baja dari tangki. Bila
terjadi penyimpangan jarum yang terdapat
pada ammeter, berarti telah dicapai batas
antara air dan minyak.
INERT GAS SYSTEM
NON HAZAEDOUS HAZAEDOUS
AREA AREA

CARGO TK
ISOLATING V/V

IG BLOWER

PRESSURE REGULATING V/V


DEMIS
TER

DECK ISOLATING V/V


DECK WATER SEAL

NON RETURN V/V


SCRUBBER

FLUE
GAS
IG BLOWER

CARGO TK
ISOLATING V/V
Prinsip Kerja:
Gas buang dari ketel atau gas buang dari
IGG dialirkan ke scrubber dan demister
didinginkan dan dipisahkan partikel padat
yang ikut bersama flue gas (misalnya jelaga
dan belerang). Selanjutnya gas lembam
tersebut dialirkan ke tangki muatan melalui
deck water seal yang didorong oleh suatu
blower. Guna mencegah aliran balik,
dipasang katup non return valve dan katup
pengaman guna menghindari tekanan
berlebihan pada pipa aliran gas lembam.
SEWAGE TREATMENT PLANT
Prinsip kerja:
Kotoran masuk melewati kasa kasar ke dalam tangki pengumpul
pertama dan akan luber ke tangki berikutnya. Hubungan antara
pertama dan kedua dibuat sedemikian rupa dengan maksud agar
memudahkan pemompaan tangki pertama. Penghancuran dalam
tangki aerasi disebabkan oleh adanya bakteri aerob dari udara
yang dimasukkan secara paksa dengan bantuan kompressor
udara melalui diffuser pembentuk gelembung halus di bagian
bawah. Gelembung udara selain menyediakan udara juga
menghasilkan turbulensi sehingga pengendapan dapat di cegah
dan terjadi pencampuran yang baik. Setelah mengalami aerasi,
cairan dipindahkan ke tangki endap(settling tank) dan terbentuk
apungan biologi. Oleh gaya beratnya, lumpur terpisah ke bawah
dan secara kontinyu dikembalikan ke tangki aerasi dengan
bantuan tekanan udara untuk diolah kembali bersama limbah
baru. Pada kompartemen terakhir, cairan limbah bersih tersebut
diberikan desinfektan sebelum akhirnya dibuang ke laut.
INCENERATOR
DO
WASTE WASTE
OIL
TK
OIL
SETTLING SERVICE
TK
TK

SLUDGE
PUMP

CERATAN
WASTE OIL OWS dan LUMPUR
dan
PURIFIER SEWAGE
PUMP BOCORAN

SLUDGE
TK
Prinsip kerja:
Endapan kotoran padat dari Sewage Plant dan limbah
minyak ditampung pada Oil Waste Tank untuk
dikeluarkan kandungan airnya dengan cara dipanasi.
Selanjutnya limbah dan minyak tersebut dibakar
sekaligus berfungsi sebagai bahan bakar. Sebuah aliran
minyak diesel dipakai untuk pembakaran awal yang
berhubungan dengan pilot burner. Pada salah satu sisi
incinerator dapat dimasukkan sampah untuk di bakar
bersama-sama dengan minyak kotor dan lumpur kotoran
yang berasal dari sewage plant. Abu hasil pembakaran
ditampung atau di buang ke laut pada jarak tertentu.
Sampah plastik yang telah dibakar disimpan pada wadah
tertentu untuk selanjutnya diserahkan ke darat.

Anda mungkin juga menyukai