Anda di halaman 1dari 23

Angiofibroma

Nasofaring
Q u r o t u l A q y u n 11 4 7 0 0 5 6

dr. Febryanti P. Sari., Sp.THT-KL


KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU
PENYAKIT THT-KL
RSUD WALED CIREBON
Angiofibronma
Nasofaring

introduced
Topik diskusi
Anatomi
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Penegakan Diagnosis
Tata laksana
Prognosis

02
Faring
Pharynx atau Faring merupakan organ
berbentuk corong sepanjang 15cm yg
tersusun atas jaringan fibromuscular.

Anatomi
Faring terletak setinggi Bassis cranii
(bassis occipital dan bassis sphenoid)
sampai cartilage cricoid setinggi Vertebrae
Cervical VI. Bagian terlebar dr faring
terletak setinggi os. Hyoideum dan bagian
tersempitnya terletak pd
pharyngoesophageal junction.

Faring terdiri atas:

1. Nasofaring
2. Orofaring
3. Laringofaring

03
1. Nasofaring
Terdapat beberapa bangunan yang
terletak pd nasofaring, antara lain :
- Ostium pharyngeum tuba

Anatomi
auditiva eustachii, menghubungakn
pharynx dg cavum tympani
- Adenoid (tonsilla pharyngea/ tonsillo
luscha), merupakan kelenjer limfe
submucosa
- Recessus faring (fossa rosenmulleri),
- Isthmus nasofaring, batas antara
nasofaring dan orofaring yg akan
tertutup oleh pallatum molle saat
proses deglutition/ menelan

03
2. Orofaring
Letak Orofaring Setinggi Vertebrae
cervical II sampai Vertebrae Cervical
III.

Anatomi
Beberapa bangunan yg terdapat pd
orofaring, antara lain :

- Tonsilla Palatine (faucial tonsil/


amandel), di dinding lateral dextra et
sinistra di recessus tonsillaris antara
arcus palatoglossus dan arcus
palatopharyngeus

- Tonsila lingualis , pd basis linguae


(1/3 posterior linguae).

03
2. Laringofaring
Laringofaring terletak setinggi
Vertebrae Cervical IV sampai
Vertebrae Cervical VI.

Anatomi
Beberapa bangunan yg terdapat pd
orofaring, antara lain :
• vallecula epiglotica
• Epiglotis
• Fossa piriformis.

03
Definisi

Angiofibroma nasofaring adalah


tumor jinak pembuluh darah di
nasofaring yang secara histologik
jinak, secara klinis bersifat ganas.

04
02
Epidemiologi
Tumor ini jarang ditemukan ,

epidemiologi
frekuensinya 1/5000-1/60.000.
Diperkirakan hanya merupakan
0,05 persen dari tumor leher dan
kepala.

Tumor ini umumnya terjadi pada


laki-laki antara 7-19 tahun.
Jarang terjadi pada usia lebih
dari 25 tahun.

05
Faktor ketidak seimbangan
hormonal juga banyak dikemukakan
sebagai penyebab adanya kekurangan
androgen atau kelebihan estrogen.

Teori jaringan asal, yaitu


ETIOLOGI

Etiologi
pendapat bahwa tempat perlekatan
spesifik angiofibroma adalah di dinding
Angiofibroma nasofaring posterolateral atap rongga hidung.

Peningkatan ekspresi bfgf, tgfβ-1 dan


HIF-1 α baik pada stroma maupun
pembuluh darah, sehingga muncul
hipotesis bahwa faktor-faktor yang
dilepaskan tersebut menstimulasi
proliferasi fibroblast, pertumbuhan
endotel dan vaskularisasi tumor oleh
mekanisme autokrin.

06
Patogenesis

Patogenesis
PAT O M E K A N I S M E M A N I F E S TA S I

LOKASI
Bila meluas terus, akan masuk ke fosa
Tumor pertama kali tumbuh di bawah intratemporal yang akan menimbulkan
mukosa di tepi sebelah posterior dan benjolan di pipi, dan “rasa penuh” di wajah.
lateral koana di atap nasofaring.
Apabila tumor telah mendorong salah
satu atau kedua bola mata maka tampak
Tumor akan tumbuh besar dan meluas di bawah gejala yang khas pada wajah, yang
mukosa, sepanjang atap nasofaring, mencapai disebut “muka kodok”.
tepi posterior septum dan meluas ke arah bawah
membentuk tonjolan massa di atap rongga
hidung posterior

07
Penegakan Diagnosis
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pada Angiofibroma nasofaring dapat melalui Manifestasi Klinis,
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

08
Manifestasi
Klinis

Ma i f e s t a s i K l i n i k
Tanda Kardinal

Proptosis

Bengkak Pada Pipi


Manifestasi
Penyerta Defisit pada
Obstuksi nasal nervus kranialis
III-VI.

Epitaksis masif

9
Rinoskopi Anterior

Pemeriksaan Fisik
Rinoskopi Posterior

10
Plain lateral view

• Mass in the nasopharynx can


be seen
• Anterior bowing of the
posterior wall of the maxillary
sinus can be seen, called
Holman-miller sign.

11
CT Scan

MRI (A&B)
Angiografi (c&d)

12
Klasifikasi
Stadium

IA Tumor terbatas di nares posterior dan atau nasofaringeal voult

Klasifikasi
IB Tumor meliputi nares posterior atau nasofaringeal voult dengan meluas sedikitnya 1
sinus paranasal

IIA Tumor meluas sedikit ke fossa pterigomaksila

IIB Tumor memenuhi fossa pterigomaksila tanpa mengerosi tulang orbita

IIIA Tumor telah mengerosi dasar tulang tengkorak dan meluas sedikit ke intrakranial
SESSION

IIIB Tumor telah meluas ke intrakranial dengan atau tanpa meluas ke sinus kavernosus

13
Klasifikasi
Stadium

Klasifikasi
I Tumor terbatas di rongga hidung , nasofaring tanpa
mendestruksi tulang

II Tumor menginvasi fossa pterigomaksila, sinus paranasal


dengan destruksi tulang

III Tumor menginvasi fossa infratemporal, orbita dengan atau


regio paraselar

IV Tumor meninvasi sinus kafernosus, regio chiasma optik dan


FISCH

atau fossa pituitary

13
Pembesaran 50x pembuluh darah tipis

Gambaran Histopatologis
dengan bentuk bervariasi dan stroma
jaringan ikat fibrokolagen

Gambaran
Histopatologi
pembesaran 200x dengan bentuk sel
mast bervariasi bulat ovoid

14
Diagnosa Banding

• Polip Antrokoanal
Permukaan rata, Pucat Mengkilap
• Adenoid
Permukaan tidak rata, Posisi ditengah, Tidak ada keluhan epistaksis
• Karsinoma Nasofaring
Usia 30 – 50 tahun, sering disertai pembesaran kelenjar leher
Tata Laksana

Tata Laksana
PEMBEDAHAN RADIASI HORMONAL EMBOLISASI

Pengangkatan tumor Indikasi : Hormon estrogen : Tujuan Embolisasi


tetap menjadi pilihan • Tumor besar tidak Dietil stilbestrol (5
mengurangi suplai
tatalaksana utama, dapat direseksi mg/hari, selama
pendekatan dari insisi. • tumor yang telah 2-3 bln) darah ke tumor, dan hal
mencapai intrakranial Folliculin (estrogen ini akan efisien jika
dan melibatkan sinus agen emboli dapat
kavernosus dan
masuk ke dalam
chiasma opticus.
pembuluh darah tumor

16
Komplikasi

STONE GROUP
FAVER AND
Komplikasi tidak dapat dipisahkan
dengan perluasan intrakranial,
perdarahan yang tidak terkontrol,
kematian, iatrogenic injury terhadap
struktur vital dan transformasi
maligna.

18
Prognosis

Rata-rata kesembuhan untuk pembedahan

Prognosis
primer mendekati 100% dengan reseksi
lengkap dari angiofibroma nasofaring
ekstrakranial dan 70% dengan tumor
intrakranial.

Angka rekurensi sekitar 6-24% setelah


operasi

19
Terima Kasih
Thanks ! 

Anda mungkin juga menyukai