Anda di halaman 1dari 32

Swamedikasi

(Pengobatan Sendiri)

 Sylvia Agustin Intansari, S.Farm., Apt.


 UPT Puskesmas Patuk 1 Gunung kidul
Swamedikasi?

 Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri


 dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan (minor
illlness) seperti: demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit
maag, kecacingan, diare, penyakit kulit, dll.
 Merupakan alternatif yang diambil masyarakat untuk
meningkatkan keterjangkauan pengobatan, misal: jauh dari
akses puskesmas/ klinik/ rs.
 Karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan
penggunaannya, maka perlu peran Apoteker (petugas farmasi)
sebagai pemberi KIE mengenai obat yang tepat sehingga
masyarakat menjadi paham dengan terapi yang dipilhnya
Beberapa penyakit ringan yang
dapat diberi swamedikasi

 Batuk
 Flu (selesma)
 Demam
 Nyeri
 Sakit maag
 Diare
 Penyakit kulit
Batasan Gejala yang Tidak Boleh
Swamedikasi

 Batuk dan serak > 1 minggu atau keluar darah


 Terjadinya perubahan pada tahi lalat atau kutil
 Rasa nyeri atau sulit menelan yang tak kunjung sembuh
 Borok yang tidak mau sembuh
 Buang air besar/ kecil disertai darah
 Rasa sakit saat buang air kecil
 Keluar lendir atau darah dari vagina yang tidak
normal
 Timbul benjolan pada bagian tubuh
 Demam > 40 derajat C
 Diare atau muntah hebat
Obat apa yang digunakan?

Obat-obat yang dapat digunakan dalam swamedikasi


adalah :
 Obat tanpa resep (OTC = over the counter)  obat
bebas dan obat bebas terbatas
 Obat Wajib Apotek (OWA)  obat Keras yang masuk
dalam daftar OWA
 Vitamin dan suplemen lainnya
Obat bebas

 Obat bebas adalah obat yang


dijual bebas di pasaran dan
dapat dibeli tanpa resep dokter
 Disebut juga obat OTC (over the
counter)
 Ditandai dengan lingkaran hijau
dengan garis tepi hitam
 Contoh : Parasetamol, Antasida,
Vitamin C, Multivitamin, Norit,
Oralit, Laserin, Atapulgit, dll.
Obat bebas terbatas

 Obat bebas terbatas adalah obat yang


sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas
tanpa resep dokter, dan disertai dengan
tanda peringatan, seperti : dosis,
indikasi, kontra indikasi, peringatan efek
samping
 Ditandai dengan lingkaran biru
dengan garis tepi hitam
 harus digunakan sesuai dengan petunjuk
dalam kemasannya agar diperoleh hasil
yang diharapkan
 Contoh : Aspirin, Antalgin, Asam
Mefenamat, CTM, Obat flu kombinasidll.
Obat keras K
 Obat yang hanya dapat diperoleh
dengan resep dokter
 memiliki efek farmakologi maupun
efek samping yang lebih kuat,
sehingga untuk penggunaannya
harus lebih berhati-hati dan dalam
pengawasan dokter
 Ditandai dengan lingkaran merah
dengan huruf K didalam lingkaran
 Contoh dari obat keras adalah
semua obat injeksi (suntik),
antibiotika, obat-obat jantung, obat
penurun tensi, kolestrol dan lainnya.
Obat psikotropika K
 Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku
 Harus diperoleh dengan resep dokter
 Contoh: diazepam, fenobarbital, obat anti kejang, obat obat jiwa
Obat Narkotika
 Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan menimbulkan ketergantungan
 Penyalahgunaan obat-obat golongan ini dapat dikenai
hukuman pidana
 Contoh : morfin, kodein, metadon, petidin

metadon
Obat Wajib Apotek (OWA)

 obat keras yang dapat diberikan oleh apoteker atau tenaga farmasi, yang hanya bisa
didapatkan di apotek
 Sesuai Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan:
 Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2
tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
 Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan
penyakit.
 Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan.
 Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
 Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk pengobatan sendiri
Contoh: obat2 penurun tensi (lanjutan), obat penurun gula darah (lanjutan), pil KB
(lanjutan)
Peringatan pada kemasan obat
Informasi apa yang perlu diketahui?

 Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa


khasiat obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi
atau gangguan kesehatan yang dialami pasien.
 Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra
indikasi dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika
memiliki kontra indikasi dimaksud.
 Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu
diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta
apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.
 Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas
kepada pasien untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan,
dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus, atau cara lain.
lanjutan
 Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, sarankan dosis
sesuai dengan petunjuk pemakaian yang tertera di etiket atau
dapat menyarankan dosis lain yang sesuai
 Waktu pemakaian: harus diinformasikan dengan jelas kepada
pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.
 Lama penggunaan: harus diinformasikan kepada pasien, agar
pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena
penyakitnya belum hilang, padahal sudah memerlukan pertolongan
dokter.
 Pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam
waktu bersamaan.
 Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat
 Cara penyimpanan obat yang baik
Cara pemilihan obat utk swamedikasi

 Sesuai dengan gejala atau keluhan penyakit


 Memperhatikan kondisi khusus misalnya hamil, menyusui,
bayi, lanjut usia, diabetes mellitus, dan lain-lain
 Mempertimbangkan pengalaman alergi atau reaksi yang
tidak diinginkan terhadap obat tertentu
 Memperhatikan nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara
pemakaian, efek samping dan interaksi obat yang dapat
dibaca pada etiket atau brosur obat
 Memilih obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak
ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum
Cara penggunaan obat yang tepat

 Pemakaian per-oral  paling mudah,


tetapi perlu diperhatikan:
 Waktu minum obat : sebelum, saat, atau
sesudah makan; interval waktu pemberian
obat
 Obat salut enteric atau sustained release
tidak boleh dikunyah atau dipecah,
sebaliknya ada obat yang digunakan
dengan dikunyah
 Untuk sediaan cair/sirup: gunakan sendok
takar atau alat lain yang tersedia untuk
memastikan ketepatan dosisnya (sangat
crucial untuk pasien bayi/balita)
Pemakaian obat tetes mata
 Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda
apapun (termasuk mata) dan selalu ditutup rapat
setelah digunakan.
 Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala
ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak
mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk
membuka kantung konjungtiva, obat diteteskan
pada kantung konjungtiva dan mata ditutup
selama 1-2 menit, jangan mengedip.
 Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2
menit
 Cuci tangan dicuci untuk menghilangkan obat
yang mungkin terpapar pada tangan
Petunjuk Pemakaian Obat Salep Mata

 Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda


apapun (termasuk mata).
 Cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari
telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke
bawah untuk membuka kantung konjungtiva, tube
salep mata ditekan hingga salep masuk dalam
kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-2
menit. Mata digerakkan ke kiri-kanan, atas-
bawah.
 Setelah digunakan, ujung kemasan salep diusap
dengan tissue bersih (jangan dicuci dengan air
hangat) dan wadah salep ditutup rapat.
 Cuci tangan untuk menghilangkan obat yang
mungkin terpapar pada tangan
Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Hidung

 Hidung dibersihkan dan kepala


ditengadahkan bila penggunaan obat
dilakukan sambil berdiri dan duduk atau
penderita cukup berbaring saja.
 Kemudian teteskan obat pada lubang
hidung dan biarkan selama beberapa
menit agar obat dapat tersebar di
dalam hidung
 Setelah digunakan, alat penetes
dibersihkan dengan air panas dan
keringkan dengan tissue bersih.
Petunjuk pemakaian tetes telinga
 Ujung alat penetes jangan menyentuh benda
apapun termasuk telinga
 Cuci tangan sebelum menggunakan obat tetes
telinga
 Bersihkan bagian luar telinga dengan ”cotton bud”
 Jika sediaan berupa suspensi, sediaan harus
dikocok terlebih dahulu
 Cara penggunaan adalah penderita berbaring
miring dengan telinga yang akan ditetesi obat
menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga
lurus sehingga mudah ditetesi maka bagi penderita
dewasa telinga ditarik ke atas dan ke belakang,
sedangkan bagi anak-anak telinga ditarik ke
bawah dan ke belakang. Kemudian obat diteteskan
dan biarkan selama 5 menit
 Bersihkan ujung penetes dengan tissue bersih.
Petunjuk Pemakaian Obat Supositoria

 Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari


kemasan, suppositoria dibasahi dengan air.
 Penderita berbaring dengan posisi miring dan
suppositoria dimasukkan ke dalam rektum.
 Masukan supositoria dengan cara bagian
ujung supositoria didorong dengan ujung jari
sampai melewati otot sfingter rektal; kira-kira
1-2,5 cm pada bayi dan 2,5 cm pada
dewasa.
 Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat
dimasukkan, maka sebelum digunakan
sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin
selama 30 menit kemudian tempatkan pada
air mengalir sebelum kemasan dibuka
 Setelah penggunaan suppositoria, tangan
dicuci bersih.
Batuk
 proses ekspirasi yang eksplosif yang memberikan mekanisme
proteksi normal untuk membersihkan saluran pernafasan
dari adanya sekresi atau benda asing yang mengganggu
 bukan penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya
gangguan pada saluran pernafasan
 Dapat digolongkan: batuk kering dan berdahak
 Penyebab: infeksi, alergi, asma, efek samping obat, merokok,
dll
 Klasifikasi berdasrkan durasi : akut (> 3 minggu), subakut (3-
8 minggu), kronis (> 8 minggu)
Penatalaksanaan
Non-farmakologi Farmakologi

 Banyak minum air/sari buah  Batuk kering:


 Hentikan merokok dan hindari  Dekstrometorfan
makanan yg memicu iritasi
 Difenhidramin
tenggorokan
 Batuk berdahak:
 Madu dan tablet hisap pelega
tenggorokan bisa membantu  Gliserilguaikolat

 Hirup uap air panas untuk  Bromheksin


mengencerkan sekresi dahak  Obat batuk hitam
atau sekresi hidung

Jika batuk lebih dari 8 minggu  kronis  periksakan ke dokter untuk


memastikan penyebabnya dan cara pengatasannya
Flu (selesma)
 Infeksi saluran nafas atas, umumnya
karena virus (cold virus), bisa sembuh
sendiri dengan peningkatan daya
tahan tubuh; tapi jika daya tahan
tubuh lemah bisa terjadi komplikasi
infeksi bakteri
 Mudah menular
 Gejala-gejala : Demam, sakit kepala,
nyeri otot, mata berair, batuk, bersin,
hidung berair, sakit tenggorokan
Penatalaksanaan
Non-farmakologi Farmakologi

 Banyak minum air atau sari  Dekongestan oral :


buah (vitamin)  Pseudoefedrin
 Makan makanan yang  fenilpropanolamin
bergizi  fenilefrin
 Istirahat cukup  Dekongestan topikal (tetes
 Hirup uap air panas untuk hidung: oksimetazolin)
mengencerkan sekresi  Antihistamin:
hidung  CTM, difenhidramin

 Obat batuk (jika perlu)


 Analgesik (jika perlu)
Demam dan atau nyeri
 Demam atau nyeri bukanlah
suatu penyakit, tetapi
merupakan gejala dari suatu
penyakit tertentu
 Dikatakan demam jika suhu tubuh
> 37,2º C pada pagi hari dan >
37,7º C pada sore hari
 Pada balita, peningkatan suhu
sampai > 38º C seringkali
menimbulkan kejang demam
(stuip)
 Penyebab: infeksi dan non-infeksi
Penatalaksanaan
Non-farmakologi Farmakologi

 Banyak minum air atau sari buah  Parasetamol  lebih aman


(vitamin) untuk anak-anak, ibu hamil
 Makan makanan yang bergizi menyusui, tapi dosis tdk boleh
lebih dari 4g/hari
 Istirahat cukup
 Asetosal  tidak tepat untuk
 Cek suhu setiap 4 jam
anak-anak, pasien asma,
 Kompres air hangat pasien gangguan lambung,
 Ke dokter jika: demam > 39º C, perdarahan
tdk turun dengan obat  Ibuprofen  lebih bersifat
parasetamol, ada gejala-gejala anti radang, hati-hati untuk
lain misal kaku leher, ruam-ruam, pasien dengan gangguan
dll. lambung, asma.
Maag (sakit lambung)

 Peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi lambung.


 Gejala khas : rasa nyeri atau pedih pada ulu hati meskipun baru saja
selesai makan, nyeri serta rasa panas pada ulu hati dan dada, mual,
kadang disertai muntah dan perut kembung
 Jika sudah parah dapat menyebabkan radang lambung (gastritis) dan
perlukaan lambung (tukak peptik) sampai perdarahan
 Peningkatan produksi asam lambung dapat terjadi karena :
 Makanan atau minuman yang merangsang lambung yaitu makanan
yang pedas atau asam, kopi, alkohol, bakmi yang mengandung air abu.
 Faktor stres baik stres fisik (setelah pembedahan, penyakit berat, luka
bakar) maupun stres mental
 Obat-obat tertentu yang digunakan dalam jangka waktu lama (misal
obat rematik, anti inflamasi)
 Jadual makan yang tidak teratur
Penatalaksanaan
Non-farmakologi Farmakologi

 Makan yang teratur  Antasida (Al, Mg OH) +


 Hindari makanan yang simetikon
merangsang produksi asam  Suspensi
lambung  Tablet kunyah
 Makan sedikit-sedikit tapi sering  H2 bloker : simetidin,
ranitidin, famotidin
 Kombinasi antasida dg H2
bloker

Gunakan 1 jam setelah makan, atau


saat gejala timbul, dan sebelum
tidur
Diare
 Diare adalah buang air besar dalam bentuk cair lebih dari tiga kali dalam
sehari, biasanya disertai sakit dan kejang perut.
 Jenis-jenis diare antara lain :
 Diare non-spesifik : disebabkan oleh virus, utamanya rotavirus

 Diare spesifik : disebabkan oleh bakteri (kolera dan disentri)

 Gejala-gejala :
 Frekuensi buang air besar melebihi normal, kotoran encer / cair

 Sakit/kejang perut, atau demam dan muntah, pada beberapa kasus

 Gejala pada anak :


 • Dehidrasi ringan/sedang; gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering,
sangat haus, kulit kering
 • Dehidrasi berat: lesu, tak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering,
malas/tidak bisa minum, kulit sangat kering
Penatalaksanaan
Non-farmakologi Farmakologi

 Banyak minum air atau sari  Oralit


buah/sup encer, bayi harus tetap
 Norit atau kombinasi kaolin-
diberi ASI
pektin untuk menjerap toksin
 Jaga kebersihan
makanan/minuman/tangan  Kombinasi kaolin-pektin dan
atapulgit
 Hindari makanan manis, pedas
 Berikan larutan gula garam
 Suplemen Zinc (bayi < 6
bulan:10 mg/sehari, > 6
 Cara membuat : Gula 40 g (1
bulan: 20 mg/sehari selama
sendok makan) + garam 3,5 g (1
sendok teh) dilarutkan dalam 1 10-14 hari)
liter (5 gelas) air mendidih yang
telah didinginkan.
Penutup
 Peran apoteker sangat penting dalam swamedikasi
 menjamin bahwa masyarakat mendapatkan
obat yang benar/tepat, digunakan secara tepat,
dan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya
dan efek samping yang minimal.

Anda mungkin juga menyukai