Anda di halaman 1dari 55

TATA CARA PENGOLAHAN LIMBAH B3

Oleh:
Djoko Dipojono
0818362273 – djoko.dipo@gmail. com

Mata Kuliah Pengeloalaan Industri


Dasar Hukum Pengelolaan
Limbah B3
1. UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan & pengelolaan Lingkungan Hidup
2. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daeerah
3. UU No. 34 Tahun 2000 Juncto UU No. 18 Tahun 1997 Tentang pajak Daerah & Retribusi Daerah
4. PP No. 18 Tahun 1999 Juncto PP No. 85 Tahun 1999 Tentang pengelolaan Limbah
5. PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Propinsi, & Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
6. Kabupaten Kepala Bapedal Nomor Kep-68/Bapedal/05/1994 tentang Tatacara Memperoleh Izin
Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoprasian Alat Pengolahan &
7. Keputusan Kepala Bapedal Nomor kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tatacara & Persyaratan Teknis
Penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3
8. Keputusan Kepala Bapedal Nomor kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3
9. Keputusan Kepala Bapedal Nomor kep-03/Bapedal/09/1995 tentang Tatacara Persyaratan
Penimbunan Hasil pengolahan, Persyaratan Lokal Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan
Limbah B3
10. Keputusan Kepala Bapedal Nomor kep-05/Bapedal/09/1995 tentang Simbol
11. Peraturan MenNeg LH Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3
Prinsip Pengelolaan Limbah
B3
• Pollution Prevention
• Polluter Pays Principle
• From Cradle to Grave
• Treatment & Disposal Close to Generator
• Waste Minimization
• Sustainable Devlopment
HIRARKI PENGELOLAAN LIMBAH
Preventif
Reduksi pada Sumber
3R= Reuse
Recycling
Recovery
Pengolahan
Limbah B3

Penimbunan
Kegiatan Pengelolaan
Limbah B3
(PP 18/1999 Jo PP 85/1999) :
Adalah rangkaian kegiatan yang
mencakup reduksi, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan dan
penimbunan limbah B3

• Penghasil Pasal 9 - 11
• Penyimpanan
• Pengumpulan Pasal 12 - 14
• Pemanfaatan Pasal 18 - 22
• Pengangkutan Pasal 15 - 17
• Pengolahan Pasal 23 - 24
• Penimbunan Pasal 25 - 26
Pelaku Pengelolaan Limbah B3

• Penghasil Pasal 9 – 11
• Pengumpul Pasal 12 – 14
• Pengangkut Pasal 15 – 17
• Pemanfaat Pasal 18 – 22
• Pengolah Pasal 23 – 24
Pasal 25 - 26
• Penimbun
Sumber Limbah B3
Limbah Gas
(PP 41 / 2001

Bahan Baku PROSES


(PP 74/200 1 PRODUKSI Produk

Air limbah
* Limbah Padat Air buangan
* Limbah Cair
I PA L
(PP 82 / 2001)

Sludge

Limbah B3 (PP 18/ 1999 Jo. PP 85 1999


KARATRERISTIK B3
• Mudah meledak (explosive)
• Pengoksidasi (oxidizing)
• Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
• Mudah menyala (flammable)
• Amat sangat beracun (extremely toxic)
• Sangat beracun (highly toxic)
• Beracun (moderately toxic)
• Berbahaya (harmful)
• Korcoif (corrosive)
• Bersifat iritasi (Irritant)
• Berbahaya bagi lingkungan (dengerous to the environment)
• Karsinogenik (carcinogenic)
• Teratogenik (tertogenic)
• Mutagenik (mutagenic)
TUJUAN PERIZINAN PLB3
• Sebagai alat kontrol dalam penataan pengelolaan LB3
• Memastikan pengelolaan limbah B3 memenuhi
persyaratan administratif dan teknis sehingga
meminimalisasi potensi bahaya ke lingkungan
• Memudahkan PPLH/PPLHD melakukan pengawasan
pengelolaan B3 dan limbah B3
Pembagian Kewenangan Perizinan
Pengelolaan Limbah B3
(lampiran PP no. 38/2007)

Kewenangan Penyimpanan Pengumpulan


Pemerintah Izin pengumpulan limbah B3
Skala Nasional (lintas provinsi)
Provinsi Izin pengumpulan Limbah B3
skala provinsi (sumber limbah
lintas kabupaten/kota) kecuali
minyak pelumas/ oli bekas

Kabupaten/ kota Di wilayah Izin pengumpulan


Kabupaten/kota limbah B3 pada skala
kabupaten/kota kecuali
minyak pelumas/oli bekas
Administrasi Perizinan Secara Garis
Besar

1 •Pengajuan izin oleh perusahaan

•Evaluasi Administrasi & Teknis


2 •Verifikasi Lapangan
•Peer review teknis

•Persetujuan
3 •Penyusunan SK Perizinan
Informasi wajib pengajuan izin

Lokasi Sumber Limbah


kegiatan B3

Jenis. Karakteristik dan


Proposal teknis tempat
jumlah LB3 yang
penyimpanan/
disimpan dan
pengumpulan limbah
dikumpulkan
B3
Persyaratan Pengajuan izin Pengelolaan Limbah B3
• Pemohon merupakan badan usaha
• Pemohon mengajukan permohonan dengan mengisi formulir sesuai permen LH
No. 18/2009 tentang tata cara perizinan pengelolaan limbah B3

Badan usaha yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan LB3 sebagai kegiatan utama
dan/atau mengelola limbah B3 yang bukan dihasilkan dari kegiatan sendiri, maka
diwajibkan :
•Dalam Akte Notaris Pendirian Usaha harus menjelaskan uraian kegiatan pengelolaan
LB3
•Memiliki asuransi pencemaran lingkungan hidup sebagai akibat pengelolaan limbah
B3 (batas pertanggungan asuransi paling sedikit Rp. 5.000.000.000,00(lima milyar
rupiah)
•Memiliki Lab. Analisis atau alat analisa LB3 di lokasi kegiatan (keuali kegiatan
pengangkutan limbah B3)
•Tenaga yang terdidik di bidang analisa dan pengelolaan LB3.
Dalam waktu 6 bulan, kegiatan pengelolaan LB3 sebagaimana tsb di atas yang telah
memiliki izin wajib menyesuaikan dengan ketentuan tsb di atas
Dokumen yang harus dilengkapi pemohon
1. Dokumen Administrasi
• Akte pendirian perusahaan (harus telah mencakup bidang atau sub
bidang kegiatan pengelolaan LB3 sesuai izin yang dimohonkan
(pengumpulan/pemanfaatan/pengolahan/penimbunan Limbah B3)
• Izin lokasi
• Surat izin Usaha perdagangan (SIUP)
• Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
• Izin Gangguan (HO)
• Dokumen Lingkungan Hidup (Amdal atau UKL/UPL)
(kegiatan pengelolaan limbah B3 sesuai izin yang dimohonkan harus telah
tercakup dalam dokumen lingkungan tersebut).
• Foto Copy Asuransi Pencemaran lingkungan hidup
(Bagi pengangkut, dan pemanfaat, pengolah, & penimbun limbah B3 sebagai
kegiatan utama).
• Keterangan tentang Lokasi (Nama tempat/letak;luas, titik koordinasi)
• Izin Lingkungan (sedang dalam pembahasan oleh KLH)*
2. Dokumen Teknis
• Jenis-jenis limbah yang akan dikelola
• Jumlah limbah B3 (untuk perjenis limbah) yang akan dikelola
• Karakteristik per jenis limbah B3 yang akan dikelola
• Desain konstruksi tempat penyimpanan atau pengumpulan limbah B3
• Flowsheet lengkap proses pengolahan limbah B3
• Uraian jenis dan spesifikasi teknis pengolahan dan peralatan yang
digunakan
• SOF dan perlengkapan sistem tanggap darurat
• Tata letak saluran drainase untuk pengumpulan limbah B3 fasa cair
Persyaratan Penyimpanan sementara LB3
• Penyimpanan bersifat sementara, Menyimpan limbah B3 maksimal 90 hari (penyimpanan >
90 hari bila limbah B3 yang dihasilkan < 50 kg/hari dan adanya persetujuan)
• Lokasi (bebas banjir, tdk rawan bencana, diluar kawasan lindung, jarak minimm antar lokasi
dengan fasilitas umum 50 m)
• Memiliki catatan Limbah B3 (jumlah dan jenis)
• Kemasan
₋ Sesuai dengan karakterisitik limbah
₋ Kondisi baik
₋ Simbol & label (kepka No. 05/1995)
• Rancang bangun tempat penyimpanan
₋ sesuai dengan karakterisitik limbah
₋ Lantai kedap & landai ke arah pit pengumpul
₋ Minimisasi potensi leachate (atap)
₋ Ventilasi memadai
₋ Pit pengumpul
• Disesuaikan dengan jumlah & karakteristik limbah B3
• Kondisi (tidak ada ceceran, lantai bersih dll)
• Memiliki standar Opeasional Prosedur (SOP)
• Memiliki Emergency Response System (ERS)
• Memilik izin penyimpanan sementara
• Melaporkan kegiatan penyimpanan limbah B3
Tempat penyimpanan sementara LB3
Penandaan LB3 (simbol & lebel) ?
Persyaratan Pengumpulan LB3
• Menyimpan limbah B3 maksimal 90 hari
• Lokasi (bebas banjir, tdk rawan bencana, diluar kawasan lindung, jarak minimm
antara lokasi dengan fasilitas umum 50 m)
• Memiliki catatan limbah B3 yang dikumpulkan (jumlah dan jenis limbah B3)
• Rancang bangun tempat pengumpulan
₋ Sesuai dengan karakteristik limbah
₋ Lantai kedap & landai ke arah pit pengumpul Pengumpulan LB3
₋ Minimisasi potensi leachate (atap) hanya diizinkan
₋ Ventilasi memadai untuk LB3 yg dpt
₋ Pit pengumpul dimanfaatkan dgn
teknologi yang
• Limbah B3 yang dikumpulkan sesuai dengan izin tersedia
• Kondisi (tidak ada ceceran, lantai bersih dll)
• Memiliki standar Operasional Prosedur (SOP)
• Memiliki Emergency Response System (ERS)
• Memiliki izin pengumpulan LB3
• Melaporkan kegiatan pengumpuan limbah B3
PERSYARATAN PENGANGKUTAN LB3
• Memiliki rekomendasi & izin pengangkutan
• Jenis dan karakterisitk limbah yang diangkut sesuai dengan izin
• Dilengkapi Dokumen Limbah B3/ Manifest
₋ Alat angkut dan kemasan sesuai dengan karakteristik limbah;
₋ Alat angkut dalam kondisi baik;
₋ Simbol dan label (kepka No. Kep-02/Bapedal/09/1995).
• operator yang terlatih
• Memiliki Emergency Response system
• Memiliki SOP
₋ Bongkar muat;
₋ Route/ tujuan pengangkutan;
₋ Jadwal
Mendapat rekomendasi dari
• Melakuakan pelaporan Pengangkutan LB3
KLH dan
Izin dari Dephub
Tata cara dan Persyaratan Pemanfaatan LB3
• Memiliki izin/ rekomendasi
• Limbah B3 yang dimanfaatkan sesuai dengan izin yang
diberikan
• Memenuhi mutu produk
• Melakukan pengelolaan limbah B3 sisa proses pemanfaatan
• Melakukan pemanfaatan kondisi alat pengendali pencemaran
dan Pemenuhan buku Mutu Air Limbah dan Emisi udara
• Melakukan Pelaporan
Persyratan Pengolahan LB3
• Memiliki izin pengolahan
• Limbah B3 yang diolah sesuai dengan izin yang
diberikan
• Melakukan pengelolaan limbah B3 sisa proses
pengolahan
• Melakukan pemantauan kondisi alat pengendali
pencemaran dan pemenuhan baku Mutu Air Limbah
dan Emisi udara
• Melakukan pelaporan
Tata cara dan Persyaratann Penimbunan LB3
• Memiliki izin penimbunan LB3
• Jenis limbah yang ditimbun sesuai dengan izin yang
diberikan
• Melakukan pemantauan kondisi
operasi dan pengendalian pencemaran (leachate collection,
lechate treatment dan sistem monitoring (ground water
monitoring) dan pemenuhan Baku Mutu
• Melakukan pelaporan
PELAPORAN PLB3
 Penghasil LB3 dan pemegang izin PLB3 wajib melakukan
pelaporan rutin PLB3 (neraca LB3) sekurang-kurangnya 3
bulan sekali kepada KNLH dengan tembusan Gubernur dan
Walikota/Bupati
 Pelaporan dokumen limbah B3 (manifest LB3)

Pelaporan :
₋Memudahkan pengawasan PLB3 sejak dihasilkan, diangkut, diolah,
dimanfaatkan, diekspor, dan ditimbun (dilandfill).
₋Mengetahui penyebaran limbah B3 dan juga ketaatan dari setiap
penghasil dan pengelola limbah B3.
₋Untuk mengetahui kinerja PLB3 yang dilakukan oleh pengelola LB3
₋Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian perpanjangan izin
PLB3
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
UU No. 32 TAHUN 2009
PERLINDUNGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

ADMINITRASI PIDANA PERDATA

FUNGSI FUNGSI FUNGSI

Ganti Rugi dan


Pencegahan dan Efek Jera dan
Pemulihan
Penanggulangan Efek Derita
Lingkungan
Melanggar peraturan perundang-undangan
bidang lingkungan hidup yang berkaitan dengan
pengendalian pencemaran akibat pengolahan
limbah B3 dapat dikenakan sanksi administrasi,
pidana dan/atau gugatan perdata yang diatur
dalam UU No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

•Sanksi Administrasi : Ps. 76 s/d Ps. 83


•Sanksi Perdata : Ps. 84 s/d Ps. 93
•Sanksi Pidana : Ps. 97 s/d Ps. 120
SANKSI ADMINISTRASI
Tujuan penegakan hukum
administratif
Penegakan hukum melalui instrumen administratif
bertujuan agar perbuatan atau pengabaian yang
melanggar hukum atau tidak memenuhi persyaratan,
berhenti atau mengembalikan kepada keadaan
semula(sebelum adanya pelanggaran)

Fokus sanksi admnistratif adalah perbuatan.


SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 76 ayat (1) UUPPLH


Menteri, Gubernur atau bupati/walikota menerapkan sanksi adminstratif
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
Saksi adminstrasi terdiri atas :
1. Teguran
2. Paksaan Pemerintah
3. Pembekuan Izin Lingkungan
4. Pencabutan Izin Lingkungan
PP 82 TAHUN 2001
•Pasal 48, Memberi kewenangan Bupati/Walikota untuk menjatuhkan sanksi
administrasi
•Pasal 49, Memberi kewenangan Bupati/Walikota/Menteri untuk menerapkan paksaan
pemerintahan atau uang paksa
Batas waktu izin
Smentara
penyimpanan
limbah B3 sudah
habis

Tempatpenyimpanan sementara tidak sesuai


dengan peraturan sl. Tidak ada kemiringan
lantai/datar tidak ada ventilasi

Contoh pelanggaran Tidak memasang simbol pada


wadah atau tempat penyimpanan
yang dapat dikenakan limbah B3
sanksi administratif
Tidak membuat catatan jenis dan
jumlah limbah B3 yang dihasilkan
atau tidak membuat neraca limbah
B3

Tidak dilengkapi
sistem tanggap
darurat
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 77, UUPPLH


Menteri dapat menerapkan sanksi administratif terhadap
penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan jika pemerintah
menganggap pemerintah daerah secara sengaja tidak
menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang
serius di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 78, UUPPLH


Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 76 tidak
membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari
tanggung jawab pemulihan dan pidana.
Pasal 79, UUPLH
Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau
pencabutan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pasal
76 ayat (2) huruf c dan huruf d dilakukan apabila penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan paksaan
pemerintah.
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 80, ayat (1), UUPPLH


Pakasaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 76 ayat (2)
huruf b berupa :
a. Penghentian sementara kegiatan produksi;
b. Pemindahan secar produksi;
c. Penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;
d. Pembongkaran
e. Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi
menimbulkan pelanggaran;
f. Penghentian sementara seluruh kegiatan; atau
g. Tindakan lain yang bertujuan untuk menghetikan pelanggaran dan
tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup.
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 80, ayat (2) UUPPLH
Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa
didahului teguran apabila pelanggaran yang dilakukan
menimbulkan :
a. Ancaman yang sangat serius bagi manusia dan
lingkungan hidup;
b. Dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; san/
atau
c. Kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika
tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau
perusakannya.
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 81, UUPPLH
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
tidak melaksanakan paksaan pemerintah dapat dikenai
denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan sanksi
paksaan pemerintah.

Pasal 82 ayat (1)


Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang untuk
memaksa penanggung jawab uasha dan/atau kegiatan
untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
dilakukannya
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 82 ayat (2), UUPPLH

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang


atau dapat menunjuk pihak ketiga untuk melakukan
pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran
dan/atau pencemaran lingkungan hidup yang
dilakukannya atas beban biaya penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan.
Sanksi
Pasal 114:
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak
melaksanakan paksaan pemerintah dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar) rupiah

Pasal 100:
1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi atau baku
mutu gangguan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyar) rupiah
2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat(1) hanya dapat dikenakan
apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau
pelanggaran dilakukan lebih dari sati kali
PENEGAKAN HUKUM
ADMINISTRASI LINGKUNGAN

• Tata ruang
• AMDAL Pencabutan
• Izin Izin
₋ Izin usaha
₋ Izin lingkungan Tindak lanjut
• Pengawasn pengawasan
Pencabutan izin
• Aparat :PPLH sementara

Paksaan pemerintah
PEDOMAN PPLH/PPLHD
•KEPMEN LH
NO.56/2002 Teguran
•KEPMEN LH (dalam rangka
NO.57/2002
•KEPMEN LH pembinaan)
NO.58/2002

an
MEKANISME PENERAPAN SANKSI
ADMINISTRASI

Rekomendasi Pimpinan/atasan
tindak lanjut PPLH
pengawasan LH

Dilaporkan kepada
menteri/gubernur/bupati/
walikota

Pengenaan
sanksi

Pengawasan thd
pelaksanaan
sanksi
Gugatan Perdata
GUGATAN PERDATA
• Dapat dilakukan melalui pengadilan atau di luar
pengadilan (sengketa lingkungan)
• Pencemar atau perusak lingkungan yang
menimbulkan kerugian orang lain harus membayar
ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu
• Selain itu, Hakim dapat menetapkan pembayaran
uang paksa atas setiap hari keterlambatan atas
putusan pengadilan (Ps. 87 ayat (3) UUPPLH)
Pembuangan atau Penimbunan
limbah B3 secara open dumping
ditempat terbuka sehingga
menyebabkan terjadinya
pencemaran tanah dan/atau air
tanah
Contoh pelanggaran Pembungan limbah B3 ke sungai
yang dapat dikenakan sehingga menyebabkan
sanksi pidana pencemaran air sungai dan ikan
dan/atau gugatan atau biota perairan lainnya mati
perdata
Terjadi kecelakaan sehingga
menimbulkan tumpahan limbah
B3 ke lingkungan sehingga
menimbulkan korban (misal
hewan mati atau ikandi
sungai/kolam mati
PENEGAKAN HUKUM
PERDATA LINGKUNGAN

Penyelesaiann sengketa Penyelesaian sengketa


melalui pengadilan Di Luar Pengadilan
•Gugatan biasa •Mediasi, negoisasi,
•Legal Standing LSM arbitrase
•Legal Standing Pem •Sukarela
•Class Actions •Win-win solution
•Strict Liability
Penyelesaian Sengketa Lingkungan

Bentuk dan besarnya


ganti rugi • Class action
• Legal standing
Melalui • Strict liability
Tindakan pemulihan pengadilan • Hak gugat
Pemerintah

Tindakan tertentu

Di luar • Mediasi
Tindakan pengadilan • Negoisasi
pencegahan • arbitrasi
JENIS PENYELESAIAN SENGKETA LH
(pasal 84-92 UU 32/2009)

PSLH di luar PSLH melalui


pengadilan Pengadilan
(Ps 85-86) (Ps 87-92)

1. Pihak Korban
1. Negoisasi pencemaran/perusakan
2. Mediasi Lingkungan (Perorangan Gugatan
3. Arbitrasi Perwakilan)
2. Organisasi Lingkungan
Hidup (Legal Standing)
3. Instansi pemerintah yang
bertanggung jawab di bidang
pengelolaan LH
Sanksi Pidana
• Masyarakat/pemerintah dapat melaporkan kepada penyidik
(PPNS- LH atau penyidik Polri) atas adanya kejadian tindak
pidana pencemaran lingkungan.
• PPNS- LH atau Penyidik Polri atau gabungan melakukan
penyelidikan dan penyidikan. Jika pemberkasan selesai,
berkas perkara diserahkan kepada jaksa Penuntut Umum dan
Selanjutnya disidangkan di pengadilan sampai ada keputusan
tetap dari hakim.
Pembuangan atau Penimbunan
limbah B3 secara open dumping
ditempat terbuka sehingga
menyebabkan terjadinya
pencemaran tanah dan/atau air
tanah
Contoh pelanggaran Pembungan limbah B3 ke sungai
yang dapat dikenakan sehingga menyebabkan
sanksi pidana pencemaran air sungai dan ikan
dan/atau gugatan atau biota perairan lainnya mati
perdata
Terjadi kecelakaan sehingga
menimbulkan tumpahan limbah
B3 ke lingkungan sehingga
menimbulkan korban (misal
hewan mati atau ikandi
sungai/kolam mati
Sanksi

Pasal 102, UU No. 32 Tahun 2009 :


Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3
tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat
(4), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling sedikit Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
dan paling banyak Rp.3.000.000.000,00 (tiga milyar
rupiah)
Sanksi

Pasal 103, UU No. 32/2009 :


Setiap orang yang menghasilkan limbah B3
dan
Tidak melakukan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 59, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun
Dan
Paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dan paling banyak
Rp.3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
Sanksi

Pasal 104, UU No. 32 Tahun 2009 :


Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke
media lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam pasal
60, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp.3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 105, UU No. 32 Tahun 2009


Setiap orang yang memasukkan limbah ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 69
ayat (1) huruf c dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahundan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling
sedikit Rp.4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak
Rp.12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
PIDANA LINGKUNGAN HIDUP

SIDANG
PENYIDIKAN Dokumen/tuntutan
PUTUSAN

MAJELIS
JPU HAKIM

PPNS Penyidik Polri Penyidikan gabungan

KLN REGIONAL PROPINSI KAB/KOTA Bereskrim Polri Polda Polres


Tindak pidana korporasi tuntutan
& sanksi pidana dijatuhkan kepada :

Badan usaha; dan/atau

Orang yang memberi perintah


atau yang memipin
• Perampasan keuntungan yang
diperoleh dari tindak pidana;
• Penutupan seluruh atau
Terhadap badan sebagian tempat usaha
usaha dapat dan/atau kegiatan;
dikenakan pidana • Perbaikan akibat tindak pidana;
tambahan atau • Pewajiban mengerjakan apa
tindakan tata tertib yang dilalaikan tanpa hak;
berupa: dan/atau
• Penetapan perusahaan di bawah
pengampuan paling lama 3
(tiga) tahun.
Penutup
• Tindak lanjut pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan
limbah B3 adalah membuat surat kepada pihak yang diawasi
mengenai tingkat penaatannya. jika ada pelanggaran dapat
ditindak lanjuti dengan pembinaan atau penerapan saksi
administrasi, pidana dan/atau gugatan perdata.
• Hasil pengawasan yang berkaitan dengan B3 atau Limbah B3
dapat langsung ditindak lanuti dengan penerapan sanksi
pidana terutama yang pelanggarannya berat atau serius.
• Jika dampaknya tidak besar atau serius, kembangkan dahulu
sanksi administrasi, kemudian jika tidak taat baru diterapkan
bantuk sanksi lainnya. Selanjutnya buat peraturan untuk
mendukung kegiatan penegakan hukum lingkungan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai