Anda di halaman 1dari 52

ERGONOMI

YULLY EHM
DEFINISI
 ERGOS, berasal dari bahasa yunani artinya
kerja.
 NOMOS, juga dari yunani artinya ukuran
 Ergonomi adalah ilmu multidisiplin yyaitu
perpaduan antara ilmu kesehatan dan ilmu
tehnik
 Ilmu kesehatan:
Mempelajari anatomi tubuh
manusia,biologi,fisiologi,antropologi kesehatan dan
psikologi.
 Ilmu tehnik :
Mempelajari ilmu tehnik mesin,industri,disain dan
mekanika.

Disiplin ilmu kesehatan/kedokteran memberikan batasan


dan penjelasan tentang kemampuan dan keterbatasan
manusia.
Disiplin ilmu tehnik meranang tugas/pekerjaan,tempat
kerja dan siem kerja.
 DASAR PEMIKIRAN DAN PERMASALAHAN
ERGONOMI.
 Manusia mempunyai keterbatasan dalam
melakukan adaptasi terhadap:
 Lingkungan fisik
 Beban kerja fisik
 Psikologi
Keterbatasan terjadi karena:
-ukuran tubuh manusia bervariasi
-adanya perbedaan menurut gender
-kelompok usia,ras dll
 Tanpa penerapan konsep2 ergonomi ditempat
kerja, ternyata akan meningkatkan resiko terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada
pekerja.

 IMPLEMENTASI ERGONOMI
Diterapkan dilingkungan kerja  dengan membuat
tempat kerja (workstation) sesuai kebutuhan pekerja
dan aktivitas yg dilakukan pekerja.
 Membuat/menggunakan alat kerja yang sesuai
dengan ukuran tubuh pekerja serta gerakan2 yg
dilakukannya  memebrikan rasa nyaman saat
menggunakannya.
 Dapat digunakan dilingkungan rumah,dimana
interior dalam rumah dapat dibuat ergonomis
(alat/perabot rumah)  membuat rasa nyaman
dari penghuni rumah.
FAKTOR RESIKO ERGONOMI
Beberapa hal yang dapa meningkakan resiko ergonomi:

1.Gerakan repetitif

2.Penggunaan kekuatan

3.Stress mekanik

4.Sikap tubuh statis

5.Awkward potition

6.Suhu ekstrrem(dingin/panas)

7.Stress.
SIKAP TUBUH YANG BAIK
Dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas hrs diperhatikan
sika tubuh yang baik :

1.Tidak membungkuk

2.Tidak jongkok

3.Tidak memutar tubuh

4.Tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan tinggi siku.

5.Tidak meraih obyek/alat kerja melebihi tinggi bahu.

6.Letak obyek pada lapang pandang ( 30 derajat dari


masing2 mata – 60 derajat)
ANTROPOMETRI DALAM ERGONOMI
 TUJUAN ANTROPOMETRI DALAM ERGONOMI
Penggunaan data antopometri sangat essensial
dalam ergonomi untuk memperbaiki interaksi
manusia dengan mesin mendapatkan komunitas
pekerja yang lebih sehat aman dan lebih efisien.

 APLIKASI ANTROPOMETRI
Pendekatan yang umum dilakukan  mendesain
peralatan/tempat kerja untuk persentil ttt dari
populasi (1%,5%,90%,95%)
 Inidiperlukan  karena proses otomatis ditempat
kerja tetap harus memperhitungkan ukuran2 tubuh
manusia dalam rancangar tempat kerja.
PENGARUH KETIDAK SERASIAN TEMPAT
KERJA DENGAN UKURAN ANTROPOMETRI
 Ketidakserasian antara tempat kerja dan ukuran
tubuh pekerja  berpengaruh thd. kesehatan
pekerja sendiri ( gangguan kesehatan,terutama
gangguan muskuloskeletal)
 Meningkatkanresiko terjadinya kecelakaan kerja
menurunkan produktivias pekerja
DESAIN TEMPAT KERJA
 Ketidakserasian antara ukuran tubuh manusia
dengan tempat kerja  mempengaruhi sikap
tubuh saat bekerja  menyebabkan berbagai
gangguan muskuloskeletal, mulai dari nyeri sampai
dengan cidera otot & memperbesar resiko untuk
erjadinya kecelakaan.
PRINSIP LAYY-OUT TEMPAT KERJA
 Yang harus diperhatikan:
1. Prinsip kepentingan : yang paling penting umumnya
diletakkan dekat dengan pekerja.
2. Prinsip pemakaian tersering :yang paling serring
digunakan juga harrus diletakkan dekat dengan
pekerja.
3. Prinsip fungsional : diatur sedemikian rupa sehingga
fungsi dari pengaturan tempat sesuai dengan
peruntukannya dan tidak membuat sulit saat
bekerja.
4. Prinsip urrutan : mengatur alat kerja,sarana dan
prasarana harus sesuai dengan urutan yang akan
digunakan sehingga akan mempermudah saat
bekerja dan menyingkat waktu yang diperlukan
KRITERIA KEBERHASILAN SUATU
RANCANGAN TEMPAT KERJA.
Sangat dipengaruhi :
-oleh nyaman/tidaknya pekerja saat
melakukan pekerjaan.
-apakah kinerja pekerja meningkat/tidak
-apakah pekerja ssehat/tidak
-apakah pekerja menunjukkan ada
peningkatan produkttivitas kerrjanya
Dokter gigi sebagai salah satu proesi yang
melakukan pekerjaannya  mempunyai
banyak bahaya potensial ditempat kerjanya
termasuk saat melakukan pekerjaannya 
bila didiamkan saja dapat menimbulkan
gangguan kesehatannya.

BAHAYA POTENSIAL DOKTER GIGI


BAHAYA POTENSIAL DOKTER GIGI
 Bahaya potensial fisik :
. vibrasi dari alat bor gigi
. Gelombang elektromagnetik dari alat2 gigi yang
menggunakan listrik.
.sinar ultra violet dari alat saat proses menambal
gigi.
.pencahayaan,bising dari kompresor/alat.
o Bahaya potensial biologi :
.virus
.bacteri dari rongga mulut pasien
. Hasil tindakan yang dilakukan pada pasien gigi.
 Bahaya potensial kimia :
Penggunaan bahan kimia saat melakukan
proses/tindakan ( mercury,methyl
methacrylattte,cyanoacrylate,glutaraldehide,ethlene
oksida,N2O,halothane,cairan pembersih,bahan lateks
sarung tangan).
Bahaya potensial Ergonomi yang
dialami dokter gigi
 Gerakan repetitiff
 Posisi bekerja yang statis (duduk/berdiri)
 Posisi gerakan janggal(menggemgam/power
grip,pinch grip,pressing,ektensi tangan,fleksi
tangan,rotating,posisi kepala
menunduk,miring,tengadah,posisi punggung
bungkuk,twisting dll)

Bahaya potensial psikososial : hubungan dengan rekan


kerja,stress target kerja.
MASALAH KESEHATAN KERJA PADA
DOKTER GIGI
 Menurut penelitian dari LEGGAT,KEDJARUNE dan
SMITH (2007) :
 Doker gigi di negara Belgia,Ausralia  mengalami
LBP(low back pain) nyeri punggung bawah sebesar
54% ddan 64%
 Gangguan mata 52%
 Sakit kepala 58%
 Dermatosis 40%
 Di
AS banyak ditemukan kasus
muskuloskeletal dan sindroma terowongan
karpal pada doktergigi.
 Gangguan muskuloskeletal menurut
Jamsostek di IND (2010) mencatat 2.191
tenaga kerja meninggal dunia,cacatt
permanen 6.667 orang.
Carpaltunnel
 Carpal Tunnel Syndrome adalah suatu keadaan medis
dimana terjadi kompresi nervus medianus pada
pergelangan tangan baik oleh karena penyakit lokal
maupun sistemik.
 CTS dapat disebabkan dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain :
a) Kelainan anatomi antara lain : kelainan tekanan
muskulus fleksor, kista ganglionik, lipoma, congenitally
small carpal canal, trobosis arteri, proximal lumbrical
muscle insertion.
b) Infeksi antara lain : lyme disease, infeksi mikrobakterial
dan septik artritis.
c) Kelainan metabolik antara lain : akromegali,
amiloidosis, diabetis, hypertiroidisme atau
hipotroidisme.
d) Peningkatan volume canal antara lain : gagal
jantung kongestif, edema, obesitas, kehamilan.
e) Inflamasi antara lain : penyakit jaringan
penyangga, gout atau pseudogout, tenosinovitis
fleksor non spesifik, rheumatoid artritis, osteoartritis
f) Trauma antara lain : fraktur tulang pergelangan
tangan (yang sering colle’s fraktur), dislokasi salah
satu tulang karpal, tekanan yang kuat misalnya
melindungi diri dari benda berat dengan
menggunakan pergelangan tangan, hematom
akibat pendarahan interna pada pergelangan
tangan, deformitas akibat penyembuhan fraktur
lama yang tidak sempurna.
g) Kebiasaan /aktivitas antara lain : mengetik
komputer, main video atau alat musik,
mengendarai mobil/motor atau aktivitas yang
terus-menerus dan rutin seperti ahli bedah dan
dokter gigi.
DESAIN TEMPAT KERJA DOKTER
GIGI
 Karakteristik pekerjaan doktergigi.
 Mempunyai karakerisik pekerjaan ttt dibutuhkan
kerja yg presisi.
 Bekerja di area terbatas dan sempit
 Membutuhkan waktu lama
 Obyek kerjanya agak gelap (rongga mulut)
 Memerlukan peralatan khusus dan tertentu.
KOMPONEN TEMPAT KERJA
- KURSI DOKTER,
- KURSI PASIEN
-MEJA ALAT
-LAMPU/PENERANGAN
-Dental Unit
-sarana dan prasarana praktek,
SIKAP KERJA ERGONOMIS
DOKTER GIGI
 Doker gigi dalam berprakek sbaiknya selalu
memperhaikan posur ubuhnya/posisi ubuhnya agar
selalu ergonomis dan juga sebaiknya tidak melakukan
posisi tubuh yang statttis terlalu lama (duduk,berdiri
atau memeriksa pasien).
 Usahakan selalu seimbang ddalam melakukan hal2
tsb.
A B B

C D D
Gambar 1Postur tubuh yang ergonomi ; A posisi dan sudut kaki, punggung (duduk),
dan posisi kepala ; B posisi lengan diangkat hingga 10-250 dari sumbu horizontal ; C
jarak antara area kerja (mulut pasien) 35-40 cm dan instrumen 20-25 cm ke mata
(kacamata pelindung), serta posisi lampu dental chairyang tepat ke area kerja ; D
posisi pedal drive dekat dengan salah satu kaki.
POSISI OPERATOR
 Berdiri
• Berdiri tegak, kedua kaki bertumpu diatas lantai
• Berat badan dibebankan pada kedua telapak kaki
• Mulut pasien setinggi siku operator

 Duduk
• Duduk kedua kaki bertumpu diatas lantai, lengan kaki
bagian bawah membentuk sudut 90° dengan lengan
kaki bagian atas / paha.
• Punggung lurus, bahu simetris sama tinggi.
• Jarak mata ke medan kerja + 6 inci
• Pandangan ke medan kerja tidak terhalang
• Mulut pasien sama tinggi dengan siku operator
POSISI PASIEN
Duduk
 Untuk Operator yang Berdiri
• Pasien duduk pada kursi gigi sedikit miring ke
belakang (slight backward tilt)
• Berat badan pasien bertumpu pada sudut yang
dibentuk oleh alas kursi dan sandaran punggung
• Posisi mulut pasien membuat sudut 30° dengan
bidang horisontal.
• Mulut pasien setinggi siku operator

 Untuk Operator yang Duduk


• Pasien duduk di kursi gigi sedikit miring ke belakang
• Posisi mulut pasien membuat sudut 45° dengan
bidang horisontal
• Mulut pasien setinggi siku operator
Telentang (Supine Position)
• Pasien tidur telentang pada kursi gigi
• Semua tubuh tertopang pada kursi gigi
• Kepala segaris dengan punggung
• Otot leher dan kepala berada pada posisi
normal/istirahat
• Mulut pasien setinggi siku operator dan setinggi
lutut asisten

SIKAP DUDUK ASISTEN


• Asisten duduk posisi lebih tinggi dari operator
• Kedua kaki bertumpu pada kursi asisten
• Lutut asisten setinggi mulut pasien
• Punggung lurus
• Pandangan asisten dan operator ke medan
• Pandangan harus jelas tak terhalang
Four Handed Dentistry
 Four Handed Dentistry merupakan perawatan gigi
yang dilakukan dengan 4 tangan secara bersamaan,
2 tangan operator dan 2 tangan asisten.
 Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep
pembagian zona kerja di sekitar Dental Unit yang
disebut Clock Concept.
 Zona kerja diidentifikasi menggunakan wajah pasien
sebagai wajah/ muka jam dengan kepala pasien
dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang
kepala pasien.
 Zona kerja tersebut dibagi menjadi 4, yaitu operator’s
zone, assistant’s zone, transfer zone dan static zone.
 Keempat zona tersebut untuk right-handed
operator adalah:
• Area Operator (Operator’s zone) : Jam 7 – 12 (Aktivitas
Operator)
• Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 2 – 4 (Aktivitas
Asisten)
• Area Transfer (Transfer zone) : Jam 4 – 7 (Instrumen
diberikan)
• Area Statis (Static zone) : Jam 12 – 2

 Keempat zona tersebut untuk left-handed


operator adalah:
• Area Operator (Operator’s zone) : Jam 12 – 5 (Aktivitas
Operator)
• Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 8 – 10 (Aktivitas
Asisten)
• Area Transfer (Transfer zone) : Jam 5 – 8 (Instrumen
diberikan)
• Area Statis (Static zone) : Jam 10 – 12
KURSI DOKTER
 Berkaki 5,tinggi yang dapat disesuiakan,sandaran
punggung seesuai lekuk tubuh,sandaran tangan
dapat diatur.
 Dokter gigi selalu menggunakan kursi yang dapat
diatur dan ada penyangga d bagian lumbal ,tora
kal dan tangan.
TEMPAT ALAT
 Harus dapa dipindahkan,sabil dan dapa diaur inggi
rendahnya kenyamanan pemakainya.
 Harus ergonomis penaaannya ( lay out
ergonomis),harus dalam area jangkauan pemakai
(doktergigi) dan agar penggunaan jari2 yang
berlebihan dihindari saat melakukan praktek
kedokteran gigi.
PENEMPATAN LAMPU BEKERJA
 Perlu diperhatikan posisi dan letak dari lampu 
cahaya lampu mengenai obyek yang dijadikan area
kerja.
 Ahaya jangan mengenai tubuh/erhalang oleh bagian
tubuh.
 Suhu ruangan harus nyaman tidak boleh terasa panas
 mengganggu aktivitas dokter gigi saat bekerja
 Suhu yang diakibatkan oleh lampu penerangan perlu
diperhatikan tidak menimbulkan panas yg tinggi
saat pergunakan.
 Lampu penerangan unuk bekerja hrs dapat
diesuaikan engan kebutuhan dan dapat dipindah
2kan .
EXERCISE UNTUK KELUHAN
MUSKULOSKELETAL

 Dilakukan untuk mencegah/mengurangi keluhan


muskuloskeletal akibat pajanan ergonomi ditempat kerja.
Analisa Postur Kerja
 OWAS

 RULA

 REBA

 Nordic Body Map


OWAS (Ovako Work Posture Analysis System)
o OWAS merupakan metode analisis sikap kerja yang
mengidentifikasi pergerakan bagian tubuh punggung,
lengan, kaki, dan berat beban yang diangkat
o Sikap bagian tubuh yang diamati adalah
- Punggung
- Lengan
- Kaki
- Berat badan pekerja
o Beberapa penelitian tentang OWAS dilakukan dan
menunjukkan metode OWAS efektif digunakan menilai,
mengevaluasi dan menganalisis sikap kerja sehingga
diperoleh kategori dan rekomendasi metode kerja.
Klasifikasi OWAS
a) Sikap Punggung : lurus, membungkuk, memutar atau
miring kesamping, membungkuk dan memutar atau
membungkuk kedepan dan menyamping.
b) Sikap Lengan : kedua lengan berada dibawah
bahu, satu lengan berada pada atau diatas bahu,
kedua lengan pada atau diatas bahu.
c) Sikap Kaki : duduk, berdiri bertumpu pada kedua
kaki lurus, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus,
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut
ditekuk, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan
lutut ditekuk, berlutut pada satu atau kedua lutut,
berjalan.
d) Berat Beban : kurang dari 10 Kg (W = 10 Kg), 10 Kg –
20 Kg (10 Kg < W ≤ 20 Kg), berat beban adalah lebih
besar dari 20 Kg (W > 20 Kg)
 Analisa postur kerja OWAS terdiri dari empat level
skala sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja
antara lain :
1) Kategori 1 : Pada sikap ini tidak ada masalah pada
sistem muskuloskeletal, tidak perlu ada perbaikan.
2) Kategori 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem
musculoskeletal, postur kerja mengakibatkan pengaruh
ketegangan yang signifikan. Perlu perbaikan dimasa
yang akan datang.
3) Kategori 3 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem
musculoskeletal, postur kerja mengakibatkan pengaruh
ketegangan yang sangat signifikan. Perlu perbaikan
segera mungkin.
4) Kategori 4 : Pada sikap ini sangat berbahaya pada
sistem muskuloskeletal, postur kerja ini mengakibatkan
resiko yang jelas. Perlu perbaikan secara langsung atau
saat ini juga.
RULA (Rapid Upper Limb Assessment)
 RULAmerupakan metode yang dikembangkan
dalam bidang ergonomi yang menginvestasikan
dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh tubuh
bagian atas
 Peralatan ini tidak menggunakan peranti khusus
dalam memberikan pengukuran postur leher,
punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan
fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang
oleh tubuh
 Untukmenghasilkan metode yang cepat
digunakan, tubuh dibagi menjadi 2 bagian yaitu
grup A dan grup B
Grup A Grup B
Lengan atas Leher
Lengan Bawah Punggung
Pergelangan tangan Kaki

 Beberapapenelitian tentang RULA menunjukkan


RULA dapat menilai postur kerja yang berisiko dan
melakukan perbaikan segera.
 Tahapan analisa RULA adalah

a) Penilaian Skor Grup A :Postur tubuh grup A terdiri


atas lengan atas (upper arm), lengan bawah
(lower arm), pergelangan tangan (Wrist) dan
putaran pergelangan tangan (wrist twist)
b) Penilaian Skor Grup B : Postur tubuh grup B terdiri
atas leher (neck), batang tubuh (trunk), dan kaki
(legs).
c) Skor Beban dan Aktivitas
d) Grand Score RULA
e) Interpretasi grand score : Grand score menunjukkan
kebutuhan analisis kerja yang lebih mendalam dan
menyediakan metode untuk memprioritaskan
pekerjaan yang perlu dianalisis lebih lanjut.
REBA
REBA Employee Assessment Worksheet Task Name: Date:

A. Neck, Trunk and Leg Analysis Scores B. Arm and Wrist Analysis
St ep 1: Locat e Neck Posit ion St ep 7: Locat e Upper Arm Posit ion:
+1 +2 +1 +2 +2

Neck Score
+2
+3 +4
Step 1a: Adjust…
If neck is twisted: +1 Step 7a: Adjust…
If neck is side bending: +1 If shoulder is raised: +1
If upper arm is abducted: +1
St ep 2: Locat e Trunk Posit ion If arm is supported or person is leaning: -1
+1 Upper Arm Score
+4
+2 St ep 8: Locat e Lower Arm Posit ion:

+1 +2
+2 +3

Step 2a: Adjust… Lower Arm Score


If trunk is twisted: +1
If trunk is side bending: +1
Trunk Score St ep 9: Locat e Wrist Posit ion:
St ep 3: Legs
+1 +2
Adjust : Wrist Score
Leg Score Step 9a: Adjust…
If wrist is bent from midline or twisted : Add +1
+1 +2 Add +1 Add +2
St ep 4: Look-up Post ure Score in Table A St ep 10: Look-up Post ure Score in Table B
Using values from steps 7-9 above, locate scor e in Table B
Using values from steps 1-3 above,
Locate score in Table A St ep 11: Add Coupling Score Posture Score B
Posture Score A Well fitting Handle and m id rang power grip, good: +0 +
St ep 5: Add Force/ Load Score
If load < 11 lbs. : +0
+ Acceptable but not ideal hand hold or coupling
acceptable with another body part, fair: +1
If load 11 to 22 lbs. : +1 Hand hold not acceptable but possible, poor: +2
Coupling Score
If load > 22 lbs.: +2 No handles, awkward, unsafe with any body part ,
Adjust : If shock or rapid build up of force: add +1 Force / Load Score
=
Unacceptable: +3 =
St ep 6: Score A, Find Row in Table C St ep 12: Score B, Find Colum n in Table C
Add values from steps 4 & 5 to obtain Score A. Add values from steps 10 &11 to obtain
Find Row in Table C. Score A Score B. Find colum n in Table C and match with
Score A in row from step 6 to obtain Table C Score. Score B
Scoring
1 = Negligible Risk St ep 13: Act ivit y Score
+1 1 or m ore body parts are held for longer than 1 minute (static)
2-3 = Low Risk. Change may be needed.
4-7 = Medium Risk. Further Investigate. Change Soon. + = +1 Repeated small range actions (more than 4x per m inute)
8-10 = High Risk. Investigate and Implem ent Change +1 Action causes rapid large range changes in postures or unstable base
Table C Score Activity Score REBA Score
11+ = Very High Risk. Implem ent Change
No Bagian Tubuh 1 2 3 4

NORDIC BODY MAP


0 Leher bagian atas
1 Leher bagian bawah
2 Bahu kiri
3 Bahu kanan
4 Lengan atas kiri
5 Punggung
6 Lengan atas kanan
7 Pinggang
8 Bokong
9 Pantat
10 Siku kiri
11 Siku kanan
12 Lengan bawah kiri
13 Lengan bawah kanan
14 Pergelangan tangan
kiri
15 Pergelangan tangan
kanan
16 Tangan kiri
17 Tangan kanan
Keterangan: 18 Paha kiri
19 Paha kanan
Skor 1 = tidak sakit
20 Lutut kiri
Skor 2 = sedang
21 Lutut kanan
Skor 3 = sakit 22 Betis kiri
Skor 4 = sakit sekali 23 Betis kanan
24 Pergelangan kaki kiri
25 Pergelangan kaki
kanan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai