Anda di halaman 1dari 70

Manajemen RUMAH SAKIT

DR.ANNY RETNOWATI.SH,.M.HUM
Pengertian Manajemen
Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja
bersama melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.
Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi
Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Manajemen belum memiliki definisi yang
mapan dan diterima secara universal.
Proses Manajemen.

a.Perencanaan: Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi


kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk
mewujudkan target dan tujuan organisasi.
b.Pengorganisasian: Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah
dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan
tangguh,sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif,dan dapat memastikan bahwa semua
pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efesien guna pencapaian tujuan
organisasi.
c.Pengarahan: Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam
organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung
jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
d.Pengendalian: Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah
direncanakan,diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
Manajemen ada 4,yaitu
a.Manajemen Sumber Daya Manusia: Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya
untuk memperoleh SDM yang terbaik bagi bisnis yang kita jalankan dan bagiamana SDM
yang terbaik tersebut dapat dipelihara dan tetap bekerja bersama kita dengan kualitas
pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah.
b.Manajemen Operasional: Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya untuk
menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan berdasarkan
keinginan konsumen,dengan teknik produksi yang seefesien mungkin,dari mulai pilihan
lokasi produksi hingga produksi akhir yang dihasilkan dalam proses produksi.
c.Manajemen Pemasaran: Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada
intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh
konsumen,dana bagaimana cara pemenuhannya dapat diwujudkan.
d.Manajemen Keuangan: Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada
intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan mampu
mencapai tujuannya secara ekonomis yaitu diukur berdasarkan profit.Tugas manajemen
keuangan diantaranya merencanakan dari mana pembiayaan bisnis diperoleh,dan
dengan cara bagaimana modal yang telah diperoleh dialokasikan secara tepat dalam
kegiatan bisnis yang dijalankan.
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional
yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli
kesehatan lainnya.
Selama Abad pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak fungsi di
luar rumah sakit yang kita kenal pada zaman sekarang, misalnya
sebagai penampungan orang miskin atau persinggahan musafir. Istilah
hospital (rumah sakit) berasal dari kata Latin, hospes (tuan rumah),
yang juga menjadi akar kata hotel dan hospitality (keramahan).
Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan
untuk kemudian meminta perawatan jalan, atau bisa pula meminta
rawat inap dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Rumah sakit
dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya
memberikan diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh
kepada pasien.
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44
TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

“RUMAH SAKIT ADALAH INSTITUSI PELAYANAN KESEHATAN YANG


MENYELENGGARAKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN
SECARA PARIPURNA YANG MENYEDIAKAN PELAYANAN RAWAT
INAP,RAWAT JALAN, DAN GAWAT DARURAT
 Ketentuan dalam pasal 4 undang-undang rumah sakit
merumuskan tentang tugas rumah sakit yakni:
”Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.”
PMK NOMOR:159B/MEN.KES/PER/II/1988

RUMAH SAKIT ADALAH:


SARANA UPAYA KESEHATAN YANG MENYELENGGARAKAN KEGIATAN PELAYANAN
KESEHATAN SERTA DAPAT DIMANFAATKAN UNTUK PENDIDIKAN TENAGA
KESEHATAN DAN PENELITIAN.
PENGERTIAN Rumah Sakit

Istilah hospital (rumah sakit) berasal dari kata latin


hostel yang biasa digunakan di abad pertengahan
sebagai tempat bagi para pengungsi yang sakit,
menderita, dan miskin.
Hospital berasal dari bahasa latin hospitium, yang
artinya suatu tempat/ruangan untuk menerima tamu.
Fungsi Rumah Sakit diatur pada Pasal 5 UU RS
Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4
rumah sakit mempunyai fungsi :
a. Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan;
b. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan paripurna tingkat sekunder dan tersier;
c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan.
HUKUM RUMAH SAKIT

Guwandi dalam bukunya tentang dokter dan rumah sakit,


menyebutkan bahwa”
Hukum rumah sakit merupakan salah satu bagian dari hukum
kesehatan”.
Hukum rumah sakit dirumuskan sebagai:
“kesemua kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang
perumahsakitan dan pemberian pelayanan kesehatan di dalam
rumah sakit oleh tenaga kesehatan serta akibat-akibat hukumnya”
ISI BAHASAN manajemen RS

Komite Medik
 dalam Permenkes 755/2011
Kredensial
Mutu Profesi
Etika dan Disiplin Profesi
Staf Medis
KOMITE MEDIK DALAM PERSEPSI YANG “MELEBAR”

 Berbagai Pengaturan Komite Medik dimasa lalu


Kep Dirjen Yan Med 00.06.2.3.730, 1995 ttg Pembentukan & Tata Kerja KM di RS
Kep Dirjen Yan Med 00.06.3.5.3018, 1999 ttg Pedoman Pengorganisasian SMF & KM di
RS Swasta
Kepmenkes 631/2005 ttg Pedoman Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di RS

Pengaturan tsb disusun selain dalam perspektif profesionalisme, tetapi juga masuk dlm
ranah manajemen  pengelolaan operasional medis
Kondisi : budaya dominan KM dlm manajemen yan medis
RS kompleks – high risk
HOSPITAL PATIENT
RISK CENTRED
MANAGEMENT CARE
(PELAYANAN
FOKUS
PASIEN)

“Safety is a
•MUTU fundamental principle
•PATIENT of patient care and a
SAFETY critical component of
3 Fondasi Quality Management.”
Asuhan pasien
• EBM (World Alliance for Patient
• Asuhan Medis ETIK Safety, Forward Programme,
• Asuhan Keperawatan • VBM WHO, 2004)
• Asuhan Gizi
• Evidence Based Medicine
• Asuhan Obat
• Value Based Medicine

( 131
Definisi
Komite Medik
Perangkat RS utk menerapkan tata kelola klinis (clinical governance) agar Staf
Medis RS terjaga profesionalisme melalui kredensial, penjagaan mutu profesi
medis dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis
Staf Medis
Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, dan Dokter Gigi Spesialis di RS.

(Bab I Pasal I . Ketentuan Umum, Permenkes No 755/2011 Ttg


Penyelenggaraan Komite Medik Di RS )
Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).

Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf medis
utk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan RS utk
suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (clinical
appointment)

Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan kepala/direktur RS


kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis di
RS tsb berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.
KOMITE MEDIK DALAM
UU NO 44 / 2009 TENTANG RUMAH SAKIT

Pasal 33
Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien,
dan akuntabel.
Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit
atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.
Pengelolaan Klinik

UU 44/2009 ttg RS Ps 36 : Setiap RS harus menyelenggarakan


1. Tata kelola RS (Good Hospital Governance)
2. Tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance)

Tujuan Good Clinical Governance


oMeningkatkan Mutu Pelayanan Medis
oMenjamin dan Melindungi Keselamatan Pasien
oMengatur Penyelenggaraan Komite Medis di setiap RS dalam rangka meningkatkan
profesionalisme.

(Bab I Ps 2 . Ketentuan Umum, Permenkes No 755/2011 ttg Penyelenggaraan Komite


Medik Di RS )
KOMITE MEDIK DALAM
PERMENKES 755/2011

 Tujuan dibentuknya Komite Medik


terselenggaranya tata kelola klinis (clinical governance) yg baik
agar mutu yan medis & keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi,
peningkatan profesionalisme staf medis
elemen kredensial, upaya peningkatan mutu profesi, penegakan disiplin
dan etika dokter
Pasal 43 uurs
(1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
(2) Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan
pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
(3) Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh
Menteri.
(4) Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dibuat secara anonim dan ditujukan untuk mengkoreksi sistem
dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
Tahun 2011 Tentang KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, Menteri Kesehatan menurut
Pasal 3 ayat (1) , membentuk Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Komite Nasional tersebut merupakan organisasi nonstruktural dan independen
dibawah koordinasi direktorat jenderal yang membidangi rumah sakit, serta
bertanggung jawab kepada Menteri
Keanggotaan Komite ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan atas usulan
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Jumlahnya 11 orang yang terdiri dari unsur
Kementerian Kesehatan, asosiasi perumahsakitan dan pakar perumahsakitan.
Tugas Komite adalah memberikan masukan dan pertimbangan kepada Menteri
Kesehatan dalam rangka penyusunan kebijakan nasional dan peraturan keselamatan
pasien Rumah Sakit. Rumah Sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit
wajib melaksanakan program dengan mengacu pada kebijakan nasional Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
TUJUH LANGKAH Standar keselamatan pasien menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2) meliputi
1. Hak pasien;
2. Mendidik pasien dan keluarga;
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien;
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien;dan
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Selanjutnya Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas
mewajibkan setiap Rumah Sakit untuk mengupayakan pemenuhan
Sasaran Keselamatan Pasien yang meliputi tercapainya 6 (enam) hal
sebagai berikut:

1. Ketepatan identifikasi pasien;


2. Peningkatan komunikasi yang efektif;
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
4. Kepastian tepatlokasi, tepatprosedur, tepatpasien operasi;
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;dan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Pasal 9 Rumah Sakit melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Rumah Sakit yang terdiri dari
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
2. Memimpin dan mendukung staf;
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
4. Mengembangkan sistem pelaporan;
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien;dan
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien.
Melalui penerapan tujuh langkah tersebut diharapkan hak
pasien yang dijamin dalam Pasal 32 UndangUndang Nomor
44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, terpenuhi.
Hak tersebut antara lain untuk memperoleh layanan
kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedural operasional serta layanan yang efektif
dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi.
 Organisasi Komite Medik

Kepala/Direktur RS
Komite medik

Sub Komite Sub Komite Mutu Sub Komite


Kredensial Profesi Etika & Disiplin Profesi

Menapis Mempertahankan Menjaga disiplin etika


profesionalisme SM kompetensi dan dan perilaku profesi SM
profesionalisme
 Tugas Komite Medik
Meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja
di RS dengan cara:
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis
yang akan melakukan pelayanan medis di RS;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf
medis.
 Kewenangan Komite Medik
Memberikan rekomendasi :
1. rincian kewenangan klinis (delineation ofclinical
privilege);
2. surat penugasan klinis (clinical appointment);
3. penolakan kewenangan klinis (clinical privilege)
4. perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis
(delineation of clinical privilege);
5. tindak lanjut audit medis
6. pendidikan kedokteran berkelanjutan
7. pendampingan (proctoring)
8. pemberian tindakan disiplin
Panitia Adhoc
Pasal 14 permenkes 755/2011
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik dapat
dibantu oleh panitia adhoc.
Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
kepala/direktur RS berdasarkan usulan ketua komite medik.
Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari staf
medis yg tergolong sbg mitra bestari. ( bestari artinya luas dan dalam
pengetahuannya; berpendidikan baik; baik budi pekerti )
Staf medis yg tergolong sebagai mitra bestari sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat berasal dari RS lain, perhimpunan dokter
spesialis/dokter gigi spesialis, kolegium dokter/dokter gigi, kolegium
dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dan/atau institusi pendidikan
kedokteran/kedokteran gigi.
Hubungan Komite Medik dengan Kepala/Direktur

Pasal 13 PMK 755/2011


Kepala/direktur rumah sakit menetapkan
kebijakan, prosedur dan sumber daya yang
diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi
komite medik.
Komite medik bertanggung jawab kepada
kepala/direktur rumah sakit

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/MENKES/PER/PER/IV/2011 Tentang


Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
Komite medik memberikan laporan tahunan dan
laporan berkala tentang kegiatan keprofesian
yang dilakukannya kepada direktur RS

Lingkup hubungan antara direktur rumah sakit


dengan komite medik adalah dalam hal-hal yang
menyangkut profesionalisme staf medis saja
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 17

Pembinaan dan pengawasan penyelengaraan komite medik


dilakukan oleh Menteri, Badan Pengawas RS, Dewan Pengawas
RS, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota,dan perhimpunan/asosiasi perumah sakitan
dengan melibatkan perhimpunan atau kolegium profesi yang
terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20
Pada saat Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/MENKES/SK/VI/2002
tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By
Laws)sepanjang mengenai pengaturan staf medis;
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 496/Menkes/SK/IV/2005
tentang Pedoman Audit Medis;
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 631/Menkes/SK/VII/2005
tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Internal Staf Medis;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Direktur RS

Komite Medik
• SubKom Kredensial
• SubKom Mutu Profesi
• SubKom Etika&Disiplin
Profesi
“Komite
Klinis”
Staf Medis
T.Kelola klinis baik
Subkomite/
Mutu Yan medis & Pokja/Panitia
Keselamatan pasien, lain
Profesionalisme staf medis

Pasien
Fungsi Komite Medik melaksanakan tugas KREDENSIAL

1. penyusunan & pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dgn masukan dari
kelompok staf medis (SM) berdasarkan norma keprofesian yg berlaku;
2. penyelenggaraan pemeriksaan & pengkajian: 1.kompetensi; 2.kes fisik dan mental;
3.perilaku; 4.etika profesi.
3. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan;
4. wawancara thd pemohon kewenangan klinis;
5. penilaian & pemutusan kewenangan klinis yg adekuat.
6. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi kewenangan klinis
kpd KM;
7. melakukan proses rekredensial pd saat berakhirnya masa berlaku SPK dan adanya
permintaan dari KM;
8. rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan SPK.
Kriteria Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Memberikan
Rekomendasi Kewenangan Klinis:

1. Pendidikan:
1. lulus dari sekolah kedokteran yang terakreditasi, atau dari sekolah kedokteran luar negeri dan sudah
diregistrasi;
2. menyelesaikan prodi konsultan.

2. Perizinan (lisensi):
1. memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi;
2. memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku.

3. Kegiatan penjagaan mutu profesi:


1. menjadi anggota organisasi yg melakukan penilaian kompetensi bagi anggotanya;
2. berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis.

PMK 755/MENKES/PER/PER/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit


4 Kualifikasi personal:
1. riwayat disiplin dan etik profesi;
2. keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui;
3. keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan obat
terlarang dan alkohol, yg dptmempengaruhi kualitas yan thd pasien;
4. riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan;
5. memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity Insurance).

5 Pengalaman dibidang keprofesian:


1. riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi;
2. riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi.
Rekredensial
1. Setiap tiga tahun
2. RS mencari dan menggunakan informasi tentang area
kompetensi praktisi klinis berikut ini :
a. Asuhan pasien
b. Pengetahuan medis/klinis
c. Pembelajaran dan peningkatan berbasis praktik
d. Ketrampilan hubungan antar manusia dan
e. Profesionalism-
f. Praktek berbasis sistem---melalui pemahaman
terhadap konteks dan sistem dimana pelayanan
kesehatan diberikan.
 Fungsi Komite Medik dalam memelihara
MUTU PROFESI Staf Medis
1. Pelaksanaan audit medis;
2. Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka
pendidikan berkelanjutan bagi Staf Medis;
3. Rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi Staf Medis RS tsb
4. Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi Staf
Medis yang membutuhkan.
 Fungsi Komite Medik menjaga DISIPLIN, ETIKA, & PERILAKU
PROFESI Staf Medis

1. Pembinaan Etika & Disiplin Profesi Kedokteran;


2. Pemeriksaan Staf Medis yg diduga melakukan pelanggaran
disiplin;
3. Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di RS
4. Pemberian nasehat/pertimbangan dlm pengambilan keputusan etis
pada asuhan medis pasien
Subkomite ETIKA & DISIPLIN PROFESI

Subkomite etika dan disiplin profesi pada komite medik


di RS dibentuk dengan tujuan:
1. melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang
tidak memenuhi syarat (unqualified) dan tidak layak
(unfit/unproper) untuk melakukan asuhan klinis (clinical
care).
2. memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme
staf medis di RS
Subkomite ETIKA & DISIPLIN PROFESI

Tolok ukur dalam upaya pendisiplinan perilaku profesional staf medis,


antara lain:
1. pedoman pelayanan kedokteran di RS;
2. prosedur kerja pelayanan di RS;
3. daftar kewenangan klinis di RS;
4. pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan medis
(white paper) di RS;
5. kode etik kedokteran Indonesia;
6. pedoman perilaku profesional kedokteran (buku penyelenggaraan
praktik kedokteran yang baik);
7. pedoman pelanggaran disiplin kedokteran yang berlaku di Indonesia;
8. pedoman pelayanan medik/klinik;
9. standar prosedur operasional asuhan medis.
Subkomite ETIKA & DISIPLIN PROFESI

1. Upaya Pendisiplinan Perilaku Profesional


a. Sumber Laporan
b. Dasar Dugaan Pelanggaran Disiplin Profesi
c. Pemeriksaan
d. Keputusan
e. Tindakan Pendisiplinan Perilaku Profesional
f. Pelaksanaan Keputusan
2. Pembinaan Profesionalisme Kedokteran
3. Pertimbangan Keputusan Etis
Komite Etik RS

Pengelolaan Rumah Sakit yang efisien dan efektif haruslah


berdasarkan atas dengan 3 prinsip:
Good Corporate Governance (GCG),
Good Clinical Standard (GCS); dan
Good Ethical Practice (GEP).
Ketiganya disebut sebagai TRILOGI Tata Kelola Rumah Sakit.
Di Indonesia maka istilah yang dipakai adalah Hospital
Bylaw, Medical Staff Bylaw dan Kode Etik Rumah Sakit.
Penyebab timbulnya kasus di Rumah
Sakit akhir- akhir ini dipengaruhi banyak
faktor.
1. Pertama pelayanan yang tidak memenuhi standar minimal,
2. kemudian sistem pelayanan Rumah Sakit dan
3. komunikasi yang buruk.
4. Selanjutnya Komite Medis & Keperawatan yg tidak berfungsi baik dibarengi dengan
standar profesi yang sudah tidak update.
5. Selain itu Pengamalan Etika RUMAH SAKIT tidak sempurna dan
6. Pengetahuan & Keberanian pasien meningkat seiring dengan banyaknya informasi di
media maya.
7. Tidak ketinggalan faktor banyaknya pengacara/ media/ organisasi yang “proaktif”
mendekati pasien yang tidak puas terhadap pelayanan Rumah Sakit.
Di dalam KODERSI terdapat Kode Etik Rumah Sakit Indonesia yang terdiri
dari 23 pasal berisikan lima macam kewajiban:

Kewajiban Umum Rumah Sakit


Kewajiban Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Kewajiban Terhadap Pasien
Kewajiban Terhadap Pimpinan, Staf, dan Karyawan
Kewajiban Dengan Lembaga Terkait
Ada empat pilar utama dalam menegakkan
Good Ethical Practice (GEP).

(a) Menghormati Otonomi pasien/klien;


(b) Berlaku adil, tidak ada diskriminasi, dan jujur (fair) terhadap
pasien / klien;
(c) Beneficence, hanya melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat
bagi pasien / klien dan
(d) Nonmaleficence, tidak menimbulkan mudarat dan cidera pada
pasien / klien
Untuk menegakkan GEP rumah Sakit harus membentuk
komite etik rumah Sakit ( KERS ) yang juga merupakan syarat
dari operasional rumah sakit.
KERS ini berlaku sebagai pembina praktek GEP.
Dibentuk oleh Pemilik atau Pimpinan Rumah Sakit dan
bertanggung jawab kepada pihak yang mengangkatnya.
Tugas pokok dari KERS yaitu memberi saran, nasehat, dan
pertimbangan kepada Pimpinan dan Pemilik Rumah Sakit agar,
setiap kebijakan dan keputusan Rumah Sakit sesuai dengan
KODERSI.
Dalam struktur Rumah Sakit, maka kedudukan KERS serupa
dengan Komite Medis Rumah Sakit.
Susunan KERS terdiri dari Ketua, Sekretaris dan anggota.
Keanggotaan KERS harus mewakili berbagai profesi yang
bekerja di dalam Rumah Sakit.
Syarat untuk dapat dipilih menjadi anggota KERS adalah
berjiwa Pancasila, memilki integritas, kredibilitas sosial dan
profesional, serta memiliki kepedulian terhadap masalah sosial
dan lingkungan.
Komite Etik Rumah Sakit diharapkan berperan secara aktif menangani
masalah etika institusi Rumah Sakit yang cakupannya lebih luas daripada
etika profesi, hukum, atau disiplin profesi.
Selain itu KERS juga diharapkan membina praktek GEP dalam
penyelenggaraan Rumah Sakit.
Keberadaan KERS tidak dimaksudkan untuk menghilangkan peran panitia
etik profesi, dan bisa saja struktur panitia etik profesi (dokter, perawat,
dll) digabungkan dalam KERS, sehingga dengan demikian seluruh
permasalahan Rumah Sakit yang berkaitan dengan etika biomedis
ditangani oleh KERS.
Fungsi KERS antara lain :
Memberikan pendidikan etika dalam pelayanan medis bagi seluruh pegawai rumah
sakit.
Menyusun kebijakan rumah sakit agar konsisten untuk menerapkan Good Etical
Practice.
Membahas kasus etika di rumah sakit.
Memberikan konsultasi dan rujukan kasus etika institusi di rumah sakit.
Konsultasi dan rujukan kasus etika Institusi di Rumah Sakit.
Melakukan mediasi dengan membantu menyelesaikan perselisihan antara pasien
dan pihak Rumah Sakit dan mencari jalan keluar yang dapat diterima kedua belah
pihak
Mediasi oleh KERS diharapkan bisa efektif karena anggotanya adalah tenaga senior,
memiliki kredibilitas, bersifat multidisiplin
Lanjutan Fungsi KERS antara lain
KERS dapat mengundang berbagai pihak untuk membantu mediasi sebelum
dibawa keluar dari lingkup Rumah Sakit
Membantu semua pihak (dokter, Rumah Sakit , pasien, masyarakat) memahami
etika Rumah Sakit
Menangani masalah etika di Rumah Sakit agar pelayanan Rumah Sakit dapat
diberikan secara bermutu, berkualitas, dan profesional, didukung dengan
kerjasama dalam sistem rujukan MAKERSI / PERSI
Meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien akan pelayanan Rumah
Sakit dengan hadirnya KERS
Menjamin terwujudnya pelaksanaan TRILOGI Tata Kelola Rumah Sakit Good
Corporate Governance (GCG), Good Clinical Standard (GCS); dan Good Ethical
Practice (GEP).
UMUM
1.Semua Kejadian Di Rumah Sakit
-Umum
-Khusus : Hukum
Etika
Disiplin
2 .Pelayanan Baik tdk mendhlkn biaya
3. Rekam Medik dan Non Medik
4. Iptek
MASYARAKAT
1. Transparansi
2. Penyesuaian Kebijakan
3. Koordinasi
4. Ketepatan IPTEK
5. Peayanan  Stndr Profesi
6. Kesejahteraan
ASAS
1. HUMANITY
2. ETHICT
3. PROFESIONALITAS
4. BENEFIT
5. JUSTICE
6. EQUALITY & NON DISCRIMINATION
7. EQUAL ET BONO / FAIRNESS
8. PATIENT SAFETY & PROTECTION
9. SOCIAL FUNCTION
TUJUAN
1. AKSES YANKES
2. PATIENT SAFETY, SOCIETY, ENVIRONMENT & HUMAN RESOURCHES
3. STANDAR PELAYANAN MEDIS
4. KEPASTIAN HUKUM
PERSYARATAN
1. LOKASI  Lingkungan & T. Ruang
2. BANGUNAN  Ruang2 Yankes
3. PRASARANA  Instalasi Penunjang
4. SDM  Medis, keperawatan, dll  ijin
5. KEFARMASIAN
6. PERALATAN
KLASIFIKASI
1. JENIS YANKES
a. Umum RSU A,B,C,D
b. Khusus  Disiplin tertentu  A,B,C

2. Pengelolaan
a. Publik
b. privaat
PERIJINAN RS
1. IJIN MENDIRIKAN
2. IJIN OPERASIONAL

DICABUT JIKA:
1. HABIS MASA BERLAKU
2. TDK MEMENUHI PERSYARATAN
3. PLGGRN PER-UU-AN
4. PERINTAH PENGADILAN
Pasal 62 dan 63 UU 44/2009 ttg Rumah
Sakit
TANPA IJIN  PIDANA
 PENJARA (2 THN), DENDA (Rp 5 M)

KORPORASI PIDANA PENGURUS


PIDANA TAMBAHAN:
a. Pencabutan ijin usaha;
b. Pencabutan badan badan hukum;
KEWAJIBAN RS (PS. 29)
A.L :
1. YAN UGD
2. FUNGSI SOSIAL
3. MGHORMATI / MLNDUNGI HAK PASIEN
4. HOSPITAL BY LAWS
PELANGGARAN  TEGURAN,DENDA,IJIN CABUT
TANGGUNGJWB HK (PS.46)
“ RS BERTANGGUNGJAWAB SECARA HUKUM TERHADAP SEMUA KERUGIAN YANG DITIMBULKAN
ATAS KELALAIAN YANG DILAKUKAN OLEH TENAGA KERJA DI RS ”
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang sangat berbeda dan sangat unik
dibandingkan dengan institusi-institusi lainnya.
Organisasi rumah sakit sangat rumit , dikarenakan mengatur semua kebijakan dan
kegiatan yang terdiri dari satuan kerja yang berbeda dalam peran, tugas dan
tanggung jawabnya, namun harus bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan kesehatan yang komprehensif di rumah sakit.
Dokter dan rumah sakit berperan sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan,
sedangkan pasien berperan sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan hubungan antara dokter, pasien dan rumah sakit selalu diatur dengan
peraturan-peraturan tertentu supaya terjadi keharmonisan dalam melaksanankan
hubungan. Peraturan-peraturan ini dituangkan dalam aturan main yang dibentuk
di rumah-sakit khusus untuk kepentingan rumah sakit yang bersangkut
Hubungan dokter dan pasien, hubungan dokter dan rumah sakit dan
hubungan pasien dengan rumah sakit, dilihat dari hubungan
hukumnya merupakan saling sepakat untuk mengikatkan diri dalam
melaksanakan pengobatan yang dikenal sebagai perikatan
(Verbentenis).

Pada umumnya perikatan yang digunakan sebagai hubungan hukum


diatas merupakan perikatan ikhtiar (inspanning verbentenis) yang
merupakan upaya seoptimal mungkin untuk mencapai pelayanan
kesehatan bagi pasien yang diobati, bukan merupakan perikatan
hasil (resultaat verbentenis).
Untuk melindungi pasien dan masyarakat yang membutuhkan
pengobatan dan dalam menghindari pelanggaran, kelalaian terhadap
kewajiban pelayanan oleh dokter dan rumah sakit.
Rumah sakit harus mempunyai berbagai aturan dalam melindungi
pasien dari praktek rumah sakit yang yang tidak laik beroperasi,
melindungi tenaga kesehatan dari bahaya yang ditimbulkan oleh
rumah sakit, melindungi masyarakat dari dampak lingkungan rumah
sakit, mengendalikan fungsi rumah sakit kearah yang benar,
meningkatkan mutu rumah sakit, menselaraskan layanan di rumah
sakit dengan program pemerintah dalam bidang kesehatan dan lain –
lain.
Oleh karena itu di rumah-sakit diperlukan adanya suatu pedoman
sebagai Peraturan untuk menjalankan aturan main internal yang
berlaku.
di rumah-sakit ada tiga satuan fungsional yang suka disebut tiga pilar
yakni pemilik atau yang mewakili pemilik, direksi dan staf medis, hal ini
harus ada yang mengatur dengan baik sehingga Rumah sakit bisa
memiliki good governance antara Corporate Governance dan clinical
Governance, dari itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman
Peraturan Internal Rumah Sakit (Statuta Rumah-Sakit atau Hospital
bylaws). Juga Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan internal Staf
Medis (Medical Staff bylaws) di rumah sakit
Sekarang insan perumah-sakitan sudah cukup banyak yang
memahami Terminologi hospital bylaws sehingga tidak lagi
dipahami secara rancu sebagai segala macam bentuk
peraturan internal yang ada di atau yang dibuat oleh rumah
sakit, melainkan sudah dibatasi hanya pada peraturan dasar
atau anggaran dasarnya saja.
Oleh sebab itu terminologi hospital bylaws perlu dibedakan
dengan terminologi rule and regulation dalam banyak hal;
antara lain dalam hal materi (substansi) serta badan
(otoritas) yang punya kewenangan mengesahkannya.
Jika materi hospital bylaws masih berisi prinsip-prinsip yang bersifat
umum (general principles) maka rule and regulation sudah mulai
memuat hal-hal yang lebih bersifat spesifik bagi kebutuhan
implementasi dari prinsip-prinsip umum yang tercantum dalam
hospital bylaws.
Bila hospital bylaws harus disahkan oleh governing board atau badan
yang setara dengannya (sebagai pemegang otoritas tertinggi yang
mewakili pemilik) maka rule and regulation cukup oleh eksekutif
(yaitu komponen rumah sakit yang bertanggungjawab terhadap
manajemen keseharian).
Ibarat hospital bylaws itu sebuah undang-undang maka rule and
regulation merupakan peraturan pelaksanaannya agar undang-
undang (yang masih bersifat abstrak, umum dan pasif) menjadi lebih
operasional guna menyelesaikan berbagai tugas dan permasalahan
nyata di rumah sakit.
Konkritnya, apabila didalam hospital bylaws tertulis ketentuan yang
memberikan kewenangan kepada eksekutif rumah sakit untuk
menetapkan hak klinik (clinical privilege) kepada setiap anggauta staf
klinik yang bergabung dalam rumah sakit ditambah dengan aturan-
aturan lain serta kode etik profesi supaya sesuai standar maka
ketentuan dalam peraturan dasar tadi perlu ditindaklanjuti oleh
pihak eksekutif dengan membuat rule and regulation tentang
tatalaksana pemberian hak itu untuk dijadikan pedoman
operasional.
Dan tentunya rule and regulation yang berkaitan dengan staf klinik
tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam hospital
bylaws mengingat peraturan yang terakhir inilah yang akan
dimenangkan manakala terjadi konflik antara pihak-pihak yang
terkait.
Selain materinya tidak boleh bertentangan, tatalaksana
pembuatan rule and regulation itu sendiri juga tidak boleh
menyalahi pedoman pembuatan yang ada dalam hospital
bylaws.
Oleh sebab itu didalam hospital bylaws seyogyanya juga
dicantumkan pasal-pasal yang berisi prinsip-prinsip umum
yang harus dipatuhi oleh eksekutif dalam pembuatan rule
and regulation; misalnya tentang siapa saja yang boleh
mengajukan rancangan (draft) dan siapa yang diberi
kewenangan mengesahkannya, kapan mulai berlaku, untuk
setiap berapa lama ditinjau ulang dan direvisi serta siapa
saja yang boleh mengusulkan amendemen.
SEKIAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai