Bed Site Teaching Revisi
Bed Site Teaching Revisi
Preseptor:
Ika Rachmawati.dr.,SpM
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
es/PMC5769567/
Epidemiologi
• Sering terjadi pada masa prapubertas dan berlangsung usia 5-10 tahun.
• Usia dewasa muda antara 3-25 tahun.
• Laki-laki lebih sering drpd perempuan.
• Penyakit ini sering terjadi pada selama musim semi, musim panas, dan musim
gugur daripada di musim dingin.
• Paling banyak ditemukan di Afrika sub-Sahara dan Timur Tengah
Ilmu penyakit mata edisi lima FK UI
Vaughan & Abury Oftalmogi Umum edisi 17
Etiologi
• Reaksi hipersensitivitas tipe 1 dan 4
• Riwayat penyakit atopi
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM
C5769567/
Patogenesis
Hipersentivitas Tipe I (IgE-Mediated)
• Hipersensitivitas yang dimediasi oleh IgE, disebut juga anaphylaxis/alergi,
dicetuskan oleh allergen.
• Contoh Allergen:
• Allergen menempel pada Sel B
• Sel B berdiferensiasi menjadi Sel Memori dan Sel Plasma
(dibantu oleh sitokin IL-4 yang disekresi Sel Th)
• Sel plasma mensekresi IgE
• IgE menempel pada Fc receptors di Sel Mast dan Basofil
• Jadilah Sel Mast yang tersensitisasi (sensitized mast cell)
• Paparan kedua, allergen crosslinking dengan IgE, mentrigger
sel mast dan basofil untuk merelease mediator
• Early response: Histamin, leukotrien, prostaglandin
• Late responses: IL-3, IL-5 dan GM-CSF
Hipersensitivity Tipe IV (Delayed Type
Hypsen/DTH)
Merupakan proses pengenalan Th terhadap antigen tertentu sehingga terjadi pelepasan sitokin yang
menyebabkan reaksi inflamasi lokal. Biasanya terlihat setelah 24 jam dan mencapai puncaknya pada 48-72 jam.
• Fase Dalam Respon DTH
1. Sensitisasi
Dimulai dengan adanya sensitisasi awal setelah 1-2 minggu adanya kontak langsung dengan antigen . Dalam
periode ini Th teraktivasi dan mengalami ekspansi clonal akibat antigen yang dipresentasikan oleh MHC 2
Sel T teraktivasi ini disebut Tdth cell .
2. Efektor
Pajanan berikutnya terhadap antigen akan menginduksi fase efektor dari respon DTH. Th sel akan
mensekresikan sitokin yang akan menginisiasi rekrutmen makrofag dan sel sel inflamasi non spesifik lainnya.
Klasifikasi
• Bentuk palpebra
• Bentuk limbal
• Mix (pannus)
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC5769567/
Gejala dan tanda klinis membantu memandu pengobatan dan mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi
untuk kambuh, komplikasi kornea, dan kehilangan penglihatan
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC5769567/
Terapi
• penyakit yang sembuh sendiri
• medikasi yang dipakai untuk meredakan gejala dapat memberi perbaikan dalam
waktu singkat.
1. Steroid topikal atau sistemik, yang mengurangi rasa gataI, hanya sedikit
mempengaruhi penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaukoma, katarak)
2. Kombinasi antihistamin penstabil sel mast yang lebih baru bermanfaat sebagai
agen profilaktik dan terapeutik pada kasus sedang hingga berat.
3. Vasokonstriktor, kompres dingin, dan kompres es. di ruang sejuk ber-AC
membuat pasien nyaman.
• Pasien dg gejala fotofobik berat hingga tidak dapat berbuat apa-apa sering kali
diatasi dengan steroid sistemik atau topikal jangka pendek, diikuti dengan
vasokonstriktor, kompres dingin, dan pemakaian teratur tetes mata yang memblok
histamin.
• Obat-obat antiinflamasi non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan
lodoxamide, cukup bermanfaat untuk mengurangi gejala, tetapi bisa memperlambat
reepitelisasi ulkus.
• tetes mata topikal cyclosporine 2% efektif untuk kasus-kasus berat yang tak
responsif. Penyuntikan depotkortikosteroid supratarsal dengan atau tanpa eksisi
papilaraksasa terbukti efektif untuk ulkus vernal.
Terapi
• Stabilisator sel mast
Stabilisator sel mast mencegah degranulasi sel mast melalui penghambatan
saluran kalsium.
Lini pertama : kromolin sodium dan lodoxamide.
Obat-obatan harus digunakan 4-6 kali sehari dan dapat memakan waktu hingga
2 minggu untuk menunjukkan respons.
Antihistamin
digunakan dalam mengurangi gejala penyakit ringan, tetapi terbatas dalam kasus
yang parah.
Obat yang lebih baru yang menggabungkan sifat antihistamin dengan stabilisasi
sel mast meliputi ketotifen dan olopatadine.
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
Diklofenak atau ketorolak topikal telah terbukti efektif dalam mengobati gejala.
NSAID dapat digunakan bersama dengan obat antiinflamasi topikal lainnya.
Namun, terbatas pada pasien dengan keterlibatan kornea.
Kortikosteroid topikal
Terutama dalam eksaserbasi.
Perawatan awal dalam eksaserbasi akut harus dimulai dengan steroid dengan
penetrasi intraokular yang rendah seperti loteprednol atau fluorometholone
untuk menghindari komplikasi yang terkait dengan penggunaan steroid.
Kasus yang lebih resisten harus diobati dengan steroid yang lebih kuat seperti
prednisolon asetat atau deksametason
Siklosporin
Siklosporin adalah inhibitor kalsineurin yang bekerja dengan menghambat
produksi sitokin oleh limfosit-T. Ini juga memiliki efek penghambatan pada
eosinofil dan aktivasi sel mast.
Siklosporin A topikal 0,05% digunakan 4-6 kali per hari.
Konsentrasi yang lebih tinggi dari 1% -2% digunakan untuk yg lebih parah.
dosis siklosporin 0,05% 4 kali per hari mungkin efektif dalam VKC yang
resistan terhadap obat dalam hubungannya dengan kortikosteroid topikal.
Tacrolimus
• Tacrolimus adalah inhibitor kalsineurin lain yang berperan menghambat
aktivasi limfosit T dan menyebabkan pelepasan sitokin inflamasi. Pemberian
salep tacrolimus 0,03% pada pasien yang resisten steroid. Dari 23 pasien,
hanya 4 yang membutuhkan terapi kortikosteroid tambahan setelah 4 minggu
pengobatan tacrolimus
• Tacrolimus efektif pada pasien dengan keterlibatan kornea. pasien dengan
ulser, atau plak kornea dengan 0,1% tacrolimus topikal.
Intervensi bedah
• Komplikasi kornea persisten seperti ulkus atau plak kornea.
• Terapi dalam hubungannya dengan eksisi bedah untuk mencegah
kekambuhan termasuk aplikasi mitomisin-C, cangkok konjungtiva autologus,
atau transplantasi membran mukosa. Transplantasi membran amnion dalam
kasus papila raksasa yang sulit disembuhkan telah terbukti membantu
penyembuhan komplikasi kornea yang berhubungan dengan papilla raksasa.
Komplikasi
• Plak kornea
• Ulkus kornea sampai kebutaan
Prognosis
• Prognosis umumnya baik dan penyakit ini umumnya sembuh sendiri dengan
pengobatan yang tepat.
• 6% pasien akan mengalami kehilangan penglihatan karena komplikasi.
• Lebih dari setengahnya akan terus memiliki gejala setelah 5 tahun dan
keberadaan papila raksasa dapat mengindikasikan prognosis yang lebih
buruk.