Anda di halaman 1dari 46

BED SITE TEACHING

Diana Putri Pebriani


12100118104

Preseptor:
Ika Rachmawati.dr.,SpM

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FK UNISBA
RS MUHAMMADIYAH BANDUNG
Identitas pasien
• Nama : MA
• Usia : 8 th
• Pekerjaan : Pelajar SD
• Alamat : Bandung
• Tanggal pemeriksaan : 10 Desember 2019
• Ruangan : Poliklinik mata RS Muhammadiyah Bandung
Anamnesis khusus
Pasien datang ke poliklinik mata diantar oleh ibunya dengan keluhan sering
mengedip-ngedipkan kedua matanya sejak 2 minggu yg lalu. Keluhan terjadi
secara tiba-tiba dan baru pertama kali dirasakan anaknya. Pasien mengeluhkan
awalnya terasa gatal, gatalnya semakin berat jika terkena debu, matahari, dan
angin. Pasien mengeluhkan gatal parahnya saat bermain keluar rumah, dan
membaik saat di dalam rumah sedang istirahat.
keluhan disertai dengan merasa tidak nyaman pada kedua mata seperti ada
yg mengganjal dibagian mata sehingga sering mengedipkan matanya. Merasa
silau jika melihat matahari.
Pasien menyangkal adanya mata merah, disertai dengan keluar cairan dari mata berwarna
kehijauan ataupun berwarana bening. Pasien menyangkal adanya penglihatan buram, seperti
melihat kabut, seperti melihat pelangi, mata pegal, sakit kepala, mual, muntah. Pasien
menyangkal adanya riwayat alergi dan asam. Dikeluarga tidak ada yg memiliki asma. Pasien
menyangkal sebelumnya terkena berturan pada bagian mata. Ibu pasien meyangkal adanya
riwayat kencing manis pada anaknya ataupun dikeluarga. Menyangkal sebelumnya melakukan
operasi mata, menggunakan kacamata atau kontak lensa. Menyangkal menggunakan obat-
obatan jangka panjang. Sebelumnya pasien belum pernah diobati.
Ibu pasien mengatakan anaknya sering bermain luar rumah dan langsung terkena sinar
matahari kurang lebih 3-4 jma/hari dan sering bermain handphone dalam sehari lebih dari 2
jam. Ibu pasien mengatakan jika dirinya memiliki alergi debu.
Pemeriksaan fisik
• Keadaan Umum : Sakit ringan
• Kesadaran : Compos mentis
• Tekanan darah: 110/80 mmHg
• Suhu : 36,7 derajat celcius
• nadi: : 87x/menit
• Respirasi : 19x/menit
• Cardiovaskular : Dalam batas normal
• G.I Tract : Dalam batas normal
• Paru-paru : Dalam batas normal
• Neurologi : Dalam batas normal
Status optalmologi
OD OS
Visus Dasar 6/6 6/6
Muscle Balance
- Hiersberg Test Orthrotropia
- Cover Test Orthrotropia
- Cover-Uncover Test Orthroforia
Gerak Bola Mata
- Duksi Baik ke segala arah Baik ke segala arah
- Versi Baik ke segala arah
Tekanan Bola Mata Palpasi: normal Palpasi: normal
Pemeriksaan Eksternal
Pemeriksaan Eksternal Mata OD OS
- Palpebra Superior & Inferior - Hiperemis (-) - Hiperemis (-)
- Nyeri (-) - Nyeri (-)
- Panas (-) - Panas (-)
- Edema (-) - Edema (-)
- Massa (-) - Massa (-)

- Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)


Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Poliosis (-) Poliosis (-)
OD OS
- Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Inversi (-) Inversi (-)
Eversi (-) Eversi (-)
Mukokel (-) Mukokel (-)
Fistula (-) Fistula (-)
Epifora (-) Epifora (-)
- Konjungtiva Tarsal Superior Anemis (-) Anemis (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Papil (+) Papil (+)
Folikel (-) Folikel (-)
Granula (-) Granula (-)
Cobblestone appearance (-) Cobblestone appearance (-)
Flikten (-) Flikten (-)
Massa (-) Massa (-)
- Konjungtiva Tarsal Inferior Anemis (-) Anemis (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Granula (-) Granula (-)
Cobblestone appearance (-) Cobblestone appearance (-)
Flikten (-) Flikten (-)
Massa (-) Massa (-)
OD OS
- Konjungtiva Bulbi Injeksi Konjungtiva (-) Injeksi Konjungtiva (-)
Injeksi Silier (-) Injeksi Silier (-)
Massa (-) Massa (-)
Selaput (-) Selaput (-)
Membran (-) Membran (-)
Kemosis (-) Kemosis (-)
Benda asing (-) Benda asing (-)
Lipodermoid (-) Lipodermoid (-)
- Kornea - Jernih - Jernih
- Mikrokornea (-) - Mikrokornea (-)
- Makrokornea (-) - Makrokornea (-)
- Infiltrat (-) - Infiltrat (-)
- Sikatrik (-) - Sikatrik (-)
- Abrasi (-) - Abrasi (-)
- Ulkus (-) - Ulkus (-)
- Perforasi (-) - Perforasi (-)
- Keratic presipitat (-) - Keratic presipitat (-)
OD OS
- Funduscopy Media (jernih) Media (jernih)
Fundus refleks (+) Fundus refleks (+)
Cup and dot ratio (0.3) Cup and dot ratio (0.3)
Arteri vena ratio (2:3) Arteri vena ratio (2:3)
Retina (flat) Retina (flat)

- Tonometri (schiotz) Normal Normal


Resume
laku-laki usia 8 tahun mengelukan sering mengedip-ngedipkan kedua matanya
sejak 2 minggu yg lalu. Keluhan terjadi secara tiba-tiba dan baru pertama kali dirasakan
anaknya. Keluhan disertai terasa gatal, merasa tidak nyaman pada kedua mata seperti
ada yg mengganjal dibagian mata sehingga sering mengedipkan matanya. Merasa silau
jika melihat matahari. Sebelumnya pasien belum pernah diobati. Pasien tidak ada
riwayat alergi dan asma. Ibu pasien mengatakan anaknya sering bermain luar rumah
dan langsung terkena sinar matahari kurang lebih 3-4 jam/hari dan sering bermain
handphone dalam sehari lebih dari 2 jam. Ibu pasien mengatakan jika dirinya memiliki
alergi debu.
hasil pemeriksaan komposmentis, ttv dalam batas normal. Hasil pemeriksaan visus
kedua mata 6/6. konjungtiva tarsal superior ODS tampak papil halus.
Diagnosis Kerja
Konjungtivitis Venal
Usulan pemeriksaan
• Hematologi rutin
• IgE
Rencana terapi
• Umum
• Edukasi mengenai penyakit, penyebab dan
terapi konjungtivitis vernal.
• Kompres es (air dingin)
• Khusus
• Medikamentosa
• Antihistamin / mast cell stabilizer
prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad malam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
CLINCAL SCIENCE
CONJUNGTIVITIS VERNAL
• Definisi
Merupakan konjungtivitis alergi kronis yang paling sering terjadi pada anak-
anak, dewasa muda dan sering pada laki-laki.
Bersifat bilateral dan rekuren.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
es/PMC5769567/
Epidemiologi
• Sering terjadi pada masa prapubertas dan berlangsung usia 5-10 tahun.
• Usia dewasa muda antara 3-25 tahun.
• Laki-laki lebih sering drpd perempuan.
• Penyakit ini sering terjadi pada selama musim semi, musim panas, dan musim
gugur daripada di musim dingin.
• Paling banyak ditemukan di Afrika sub-Sahara dan Timur Tengah
Ilmu penyakit mata edisi lima FK UI
Vaughan & Abury Oftalmogi Umum edisi 17
Etiologi
• Reaksi hipersensitivitas tipe 1 dan 4
• Riwayat penyakit atopi

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM
C5769567/
Patogenesis
Hipersentivitas Tipe I (IgE-Mediated)
• Hipersensitivitas yang dimediasi oleh IgE, disebut juga anaphylaxis/alergi,
dicetuskan oleh allergen.
• Contoh Allergen:
• Allergen menempel pada Sel B
• Sel B berdiferensiasi menjadi Sel Memori dan Sel Plasma
(dibantu oleh sitokin IL-4 yang disekresi Sel Th)
• Sel plasma mensekresi IgE
• IgE menempel pada Fc receptors di Sel Mast dan Basofil
• Jadilah Sel Mast yang tersensitisasi (sensitized mast cell)
• Paparan kedua, allergen crosslinking dengan IgE, mentrigger
sel mast dan basofil untuk merelease mediator
• Early response: Histamin, leukotrien, prostaglandin
• Late responses: IL-3, IL-5 dan GM-CSF
Hipersensitivity Tipe IV (Delayed Type
Hypsen/DTH)
Merupakan proses pengenalan Th terhadap antigen tertentu sehingga terjadi pelepasan sitokin yang
menyebabkan reaksi inflamasi lokal. Biasanya terlihat setelah 24 jam dan mencapai puncaknya pada 48-72 jam.
• Fase Dalam Respon DTH
1. Sensitisasi
Dimulai dengan adanya sensitisasi awal setelah 1-2 minggu adanya kontak langsung dengan antigen . Dalam
periode ini Th teraktivasi dan mengalami ekspansi clonal akibat antigen yang dipresentasikan oleh MHC 2
Sel T teraktivasi ini disebut Tdth cell .
2. Efektor
Pajanan berikutnya terhadap antigen akan menginduksi fase efektor dari respon DTH. Th sel akan
mensekresikan sitokin yang akan menginisiasi rekrutmen makrofag dan sel sel inflamasi non spesifik lainnya.
Klasifikasi
• Bentuk palpebra
• Bentuk limbal
• Mix (pannus)

Ilmu penyakit mata edisi lima FK UI


Vaughan & Abury Oftalmogi Umum edisi 17
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC
5769567/
Palpebra Limbal Mix (Pannus)

• Terkena pada konjungtiva • Hipertrofi papil pada • pannus besar jarang


tarsal superior atau inferior limbus superior yg dijumpai
• SUPERIOR : membentuk jaringan • sering tampak pada
Pertumbuhan papil yg hiperplastik gelatin atau keratokonjungtivitis vernal
besar (coble stone) Pembengkakan gelatinosa palpebra dan limbus
berbentuk poligonal, (papillae).
permukaan tata, dan • Sebuah pseudogerontoxon
mengandung kapiler (kabut serupa-busur) sering
ditengahnya. Papil halus terlihat pada kornea dekat
dan konjungtiva berwarna papila limbus.
putih susu • Horner-Tranta dot adalah
• INFERIOR : hiperemis, bintik-bintik putih yang
edema terdpt papil halus terlihat di limbus. (banyak
• Papilla konjungtiva eosinofil dan granula
berhubungan dengan eosinofilik dan sediaan
aktivasi dan produksi hapus eksudat konjungtiva
fibroblast dg pewarnaan Giemsa.
• konjungtiva limbal
berhubungan dengan https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
infiltrasi sel inflamasi pmc/articles/PMC5769567/
Ilmu penyakit mata edisi lima FK UI
Vaughan & Abury Oftalmogi Umum edisi 17
Cobble stones
Limbal

Horner tranta dot


Shield ulcer
Manifestasi klinis
• Gatal intens
• Mata merah
• Lakrimasi (mata berair)
• Fotofobia
• sensasi benda asing
• rasa terbakar
• sekret mukus yang tebal, dan ptosis (palpebra jatuh dan bisa menutup pupil).
• Palpebra terasa berat bila diangkat dan di bagian konjungtiva palpebra superior ada reaksi
papilar raksasa.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC5769567/
Ilmu penyakit mata edisi lima FK UI
Vaughan & Abury Oftalmogi Umum edisi 17
• Signs khas lain VKC seperti
1. bulbar conjunctival hyperemia,
2. thick mucus discharge
3. and corneal involvement including superficial punctate keratitis, epithelial
erosions, shield ulcers, or plaques

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC5769567/
Gejala dan tanda klinis membantu memandu pengobatan dan mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi
untuk kambuh, komplikasi kornea, dan kehilangan penglihatan

• Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, pasien dikelompokkan berdasarkan gejala


(symptoms) :
1. grade 0 : tidak ada gejala dan tidak ada terapi;
2. grade 1 : adanya gejala tanpa fotofobia dan penggunaan tetes mata alergi sesekali
3. grade 2 : adanya gejala termasuk fotofobia
4. grade 3 : mewakili pengobatan anti-allergic harian dan penggunaan steroid topikal
sesekali
5. grade 4 : keratitis punctate difus atau ulkus kornea, dan penggunaan steroid topikal
dosis tinggi.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC5769567/
Diagnosis
• Anamnesis
riwayat alergi dan atopi pribadi, keluarga, sebelumnya pernah seperti ini atau tidak
Gejala biasanya paling parah di musim semi dan termasuk lendir, nyeri, fotofobia, dan
penglihatan kabur. sensasi benda asing.
• Pemeriksaan fisik
Papila raksasa pada konjungtiva tarsal. Papil, tranta dot, Ulcer kornea dan infiltrat
konjungtiva kadang-kadang dapat ditemukan.
• Penunjang
1. Hematologi rutin
2. IgE
3. Histopatologi
Akumulasi eosinofil, sel mast, dan proliferasi fibroblas. Biokimiawi stain akan
menunjukan adanya protease, chymase, dan tryptase.
Substansi propria menebal karena deposisi kolagen. Baik limfosit T dan B hadir yang
melepaskan IgE dan IgG. Gambaran keseluruhan menyerupai reaksi hipersensitivitas
tipe 1 dan tipe IV.
Diagnosis Banding
• Seasonal allergic conjunctivitis
• Perennial allergic conjunctivitis
• Atopic keratoconjunctivitis
• Giant papillary conjunctivitis

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC5769567/
Terapi
• penyakit yang sembuh sendiri
• medikasi yang dipakai untuk meredakan gejala dapat memberi perbaikan dalam
waktu singkat.
1. Steroid topikal atau sistemik, yang mengurangi rasa gataI, hanya sedikit
mempengaruhi penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaukoma, katarak)
2. Kombinasi antihistamin penstabil sel mast yang lebih baru bermanfaat sebagai
agen profilaktik dan terapeutik pada kasus sedang hingga berat.
3. Vasokonstriktor, kompres dingin, dan kompres es. di ruang sejuk ber-AC
membuat pasien nyaman.
• Pasien dg gejala fotofobik berat hingga tidak dapat berbuat apa-apa sering kali
diatasi dengan steroid sistemik atau topikal jangka pendek, diikuti dengan
vasokonstriktor, kompres dingin, dan pemakaian teratur tetes mata yang memblok
histamin.
• Obat-obat antiinflamasi non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan
lodoxamide, cukup bermanfaat untuk mengurangi gejala, tetapi bisa memperlambat
reepitelisasi ulkus.
• tetes mata topikal cyclosporine 2% efektif untuk kasus-kasus berat yang tak
responsif. Penyuntikan depotkortikosteroid supratarsal dengan atau tanpa eksisi
papilaraksasa terbukti efektif untuk ulkus vernal.
Terapi
• Stabilisator sel mast
Stabilisator sel mast mencegah degranulasi sel mast melalui penghambatan
saluran kalsium.
Lini pertama : kromolin sodium dan lodoxamide.
Obat-obatan harus digunakan 4-6 kali sehari dan dapat memakan waktu hingga
2 minggu untuk menunjukkan respons.
Antihistamin

digunakan dalam mengurangi gejala penyakit ringan, tetapi terbatas dalam kasus
yang parah.
Obat yang lebih baru yang menggabungkan sifat antihistamin dengan stabilisasi
sel mast meliputi ketotifen dan olopatadine.
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
Diklofenak atau ketorolak topikal telah terbukti efektif dalam mengobati gejala.
NSAID dapat digunakan bersama dengan obat antiinflamasi topikal lainnya.
Namun, terbatas pada pasien dengan keterlibatan kornea.
Kortikosteroid topikal
Terutama dalam eksaserbasi.
Perawatan awal dalam eksaserbasi akut harus dimulai dengan steroid dengan
penetrasi intraokular yang rendah seperti loteprednol atau fluorometholone
untuk menghindari komplikasi yang terkait dengan penggunaan steroid.
Kasus yang lebih resisten harus diobati dengan steroid yang lebih kuat seperti
prednisolon asetat atau deksametason
Siklosporin
Siklosporin adalah inhibitor kalsineurin yang bekerja dengan menghambat
produksi sitokin oleh limfosit-T. Ini juga memiliki efek penghambatan pada
eosinofil dan aktivasi sel mast.
Siklosporin A topikal 0,05% digunakan 4-6 kali per hari.
Konsentrasi yang lebih tinggi dari 1% -2% digunakan untuk yg lebih parah.
dosis siklosporin 0,05% 4 kali per hari mungkin efektif dalam VKC yang
resistan terhadap obat dalam hubungannya dengan kortikosteroid topikal.
Tacrolimus
• Tacrolimus adalah inhibitor kalsineurin lain yang berperan menghambat
aktivasi limfosit T dan menyebabkan pelepasan sitokin inflamasi. Pemberian
salep tacrolimus 0,03% pada pasien yang resisten steroid. Dari 23 pasien,
hanya 4 yang membutuhkan terapi kortikosteroid tambahan setelah 4 minggu
pengobatan tacrolimus
• Tacrolimus efektif pada pasien dengan keterlibatan kornea. pasien dengan
ulser, atau plak kornea dengan 0,1% tacrolimus topikal.
Intervensi bedah
• Komplikasi kornea persisten seperti ulkus atau plak kornea.
• Terapi dalam hubungannya dengan eksisi bedah untuk mencegah
kekambuhan termasuk aplikasi mitomisin-C, cangkok konjungtiva autologus,
atau transplantasi membran mukosa. Transplantasi membran amnion dalam
kasus papila raksasa yang sulit disembuhkan telah terbukti membantu
penyembuhan komplikasi kornea yang berhubungan dengan papilla raksasa.
Komplikasi

• Plak kornea
• Ulkus kornea sampai kebutaan
Prognosis
• Prognosis umumnya baik dan penyakit ini umumnya sembuh sendiri dengan
pengobatan yang tepat.
• 6% pasien akan mengalami kehilangan penglihatan karena komplikasi.
• Lebih dari setengahnya akan terus memiliki gejala setelah 5 tahun dan
keberadaan papila raksasa dapat mengindikasikan prognosis yang lebih
buruk.

Anda mungkin juga menyukai