Anda di halaman 1dari 85

EVALUASI RADIOGRAFIK

MENGENAI ARTRITIS:
PENYAKIT SENDI
DEGENERATIF DAN
VARIASINYA
dan
DIAGNOSIS
OSTEOARTHRITIS: IMAGING

Disusun:
Ni Wayan Putu Lestari 16710041
Evita Oktaviana Perdana 16710042
Lailatul Hasanah 16710137
Putu Frydalyasa Yudhi A 16710165

Pembimbing:
Dr. Lilis Catur Setyawati, Sp. Rad
EVALUASI RADIOGRAFIK
MENGENAI ARTRITIS:
PENYAKIT SENDI
DEGENERATIF DAN
VARIASINYA
• Saat terjadi penyempitan celah
sendi, adalah penting untuk
membedakan antara inflamasi
dengan kondisi degeneratif
• Radiografik umumnya sering
digunakan untuk evaluasi artritis.
• Temuan radiografik dengan
menggunakan algoritme dasar
dapat digunakan untuk mencapai
diagnosis akhir
Perbedaan proses inflamasi atau
proses degeneratif pada sendi

Proses inflamasi Proses degeneratif

Erosi tulang Osteofit

Diskontinuitas yang tipis Sklerosis tulang

Sklerosis pada subkondral plate Kista subkondral atau geodes

Penyempitan celah sendi yang Penyempitan celah sendi


simetris asimetris

Tidak ada erosi tulang


Gambar 2: Artritis Inflamasi
(artritis rheumatoid). Radiograf
posteroanterior menunjukan
diskontinuitas korteks tulang,
menunjukan adanya erosi
marginal (panah).
Gambar 3: Osteoartritis.
Radiograf posteroanterior
menunjukan penyempitan
celah sendi interphalangeal,
sklerosis subkondral, dan
pembentukan osteofit
(panah).
Penyakit Sendi
Degeneratif
• Proses degeneratif dicurigai bila ditemukan
Penyempitan celah sendi, pembentukan
osteofit, sklerosis tulang, dan kista
subkondral dan tidak adanya perubahan
inflamasi
• Melibatkan artikulasi synovial 
osteoarthritis atau osteoartrosis
• Adanya osteofit marginal khas digunakan
untuk mendeteksi osteoarthritis,
• Temuan penyempitan celah sendi, sklerosis
tulang, dan kista subkondral digunakan
untuk menilai tingkat keparahan.
Osteoarthritis Tipikal

• Osteoarthritis tipikal disebabkan oleh :


– kerusakan kartilago articular
– Penggunaan yang berlebih pada sendi
tertentu
– robekan dari microtrauma berulang
Penyebab lain :
Faktor genetik, hereditas, nutrisional,
metabolik, riwayat penyakit articular,
kebiasan tubuh
• Proses ini cenderung melibatkan sendi
spesifik pada usia tertentu.
Gambar 4: Osteoartritis.
Radiograf sendi
acromioclavicular
anteroposterior
menunjukan penyempitan
celah sendi, sklerosis, dan
pembentukan osteofit yg
melibatkan sendi
acromioclavicular (panah).
Gambar 5: Osteoartritis. (a) Posteroanterior dan
(b) radiograf tangan oblique menunjukkan
penyempitan celah sendi, sklerosis, dan
pembentukan osteofit dari (a) carpometacarpal I
(panah) dan (b) sendi interphalangeal dan
metacarpophalangeal.
Gambar 6: Osteoartritis.
Radiograf kaki anteroposterior
menunjukan penyempitan celah
sendi metatarsophalangeal I,
sklerosis, dan pembentukan
osteofit (panah).
Gambar 7: Osteoartritis.
Radiograf lutut
anteroposterior
menunjukan penyempitan
celah sendi, sklerosis, dan
pembentukan osteofit
(panah) secara
predominan melibatkan
kompartemen medial.
Gambar 8: Osteoartritis. (a) Anteroposterior dan (b)
radiograf panggul frog-leg (seperti kaki kodok)
menunjukan penyempitan celah sendi superolateral,
sklerosis, kista subkondral, dan pembentukan
osteofit (panah) dengan menopang leher femur.
Osteoarthritis Atipikal

• Bila temuan radiografik dari osteoartritis


teridentifikasi tetapi tidak ada keterlibatan
sendi yang spesifik, dan usia pasien tidak
pada umumnya, maka penyebab lain
harus dipertimbangkan seperti :
– Trauma  Trauma sebelumnya
 Trauma berulang
– Penyakit deposisi kristal  Deposisi CPPD :
• Chondrocalcinosis
• Kalsifikasi Synovium, kapsul sendi, tendon dan
ligamen
• Artropathy
Osteoarthritis Atipikal
– Neuropati sendi  Sklerosis
 Fragmentasi
 Subluksasi
 Kalsifikasi arterial

– Hemofilia : Osteofit, sklerosis tulang, kista


subkondral berlebih, erosi tulang,
permukaan artikular irreguler, osteopenia,
hilangnya celah sendi yang simetris,
elongasi / perubahan bentuk patella,dan
pelebaran interkondilaris notch
Osteoarthritis Atipikal
– Displasia epifisis  Banyak sendi terlibat
Permukaan artikular irreguler
 Bentuk epifisis abnormal

– Ochronosis  Kalsifikasi multiple pada cakram

– Akromegali  Falang distal berbentuk sekop (spade-shape)


 Pelebaran awal pada celah sendi
 Peningkatan penebalan bantalan tumit
 Membengkoknya vertebra posterior
 Pelebaran mandibula dan sinus
Gambar 9: Osteoartritis
atipikal akibat trauma.
Radiograf mortise ankle
(pergelangan kaki)
menunjukan penyempitan
celah sendi, sklerosis,
kista subkondral, dan
pembentukan osteofit
(panah).
Gambar 10: Penyakit
deposisi Kristal CPPD pada
tangan. Radiograf
posteroanterior menunjukan
penyempitan celah sendi
metacarpophalangeal II dan
III, sklerosis, kista
subkondral, dan
pembentukan osteofit (kepala
panah). Perhatikan
kondrokalsinosis dari
fibrokartilago triangular
(panah), dan osteoartritis
berat dari sendi
carpometacarpal I.
Gambar 11: Penyakit deposisi
Kristal CPPD pada lutut. (a)
Anteroposterior dan (b)
radiograf lateral menunjukan
kondrokalsinosis melibatkan
meniscus (kepala panah) dan
kartilago hyaline, osteoartritis
predominan sendi
patellofemoral (panah lurus),
dan kalsifikasi origo tendon
gastrocnemius (panah
lengkung).
Gambar 12: Hemochromatosis. Radiograf tangan
posteroanterior menunjukan osteoartritis sendi
metacarpophalangeal, dengan osteofit yg
berbentuk seperti kait (kepala panah).
Gambar 13: Neuropati
sendi. (a) Anteroposterior
dan (b) radiografi kaki
lateral menunjukan
penyempitan celah sendi,
sklerosis, kista subkondral,
dan pembentukan osteofit
(panah). Perhatikan
kemiringan plantar navicular
dan pes planus.
Gambar 14. Hemofilia.
Radiografi lutut anteroposterior
pada pria berusia 20 tahun yang
menunjukkan adanya
penyempitan celah sendi yang
agak simetris, sklerosis, kista
subkondral, dan pembentukan
osteofit (kepala panah), dengan
pelebaran lekukan
interkondilaris (panah).
Perhatikan pendataran
permukaan distal kondilus
femoralis.
Gambar 15. Hemofilia.
Radiografi kaki lateral
menunjukkan
penyempitan celah
sendi, sklerosis, dan
pembentukan osteofit
(panah).
• Terdapat beberapa kondisi
yang tidak sesuai dengan
algoritma yaitu :
– Juvenile chronic arthritis
– Arthritis inflamasi dengan
osteoarthritis sekunder
– Osteoarthritis erosiva atau
inflamasi
– Gout
– Systemic Lupus Eritematous
(SLE)
Juvenile Chronic Arthritis
• Still disease
• Arthritis Rheumatoid Onset-Juvenile
Tipe-Dewasa
• Ankylosing Spondylitis onset-juvenile
• Psoriatic arthritis
• Arthritis pada inflammatory bowel
disease
• Seronegatif spondyloarthropathies
lain
Juvenile Chronic Arthritis
• Still disease
– Still disease mempunyai 3 subtipe :
• Pauciarticular (60% dari kasus), melibatkan
sendi perifer terbesar : lutut, pergelangan
kaki, siku, dan pergelangan tangan
• Polyarticular (20% dari kasus), sering
mengenai bilateral pada tangan,
pergelangan tangan, lutut, pergelangan
kaki dan kaki
• Penyakit sistemik (20% dari kasus), bisa
berhubungan atau tidak ada hubungan
dengan arthritis
Juvenile Chronic Arthritis
• Still disease
Gambaran radiografik yang sering
terlihat dari arthritis pada still disease
adalah :
– Pembengkakan jaringan sendi
– Osteopenia
Juvenile Chronic Arthritis
• Terdapat perbedaan bila dibandingkan
dengan arthritis rheumatoid pada
dewasa yaitu :
– Penyempitan celah sendi yang
terhambat
– Perubahan erosi
– Periostitis
– Gangguan pertumbuhan
– Penyatuan sendi yang terlambat
Gambar 16. Juvenile Chronic Arthritis: Still disease. (A) Radiografi tangan
posteroanterior menunjukkan penyempitan celah sendi dan perubahan inflamasi
pada beberapa sendi, dengan pertumbuhan epifisis berlebih dan gangguan
pertumbuhan lainnya akibat fusi epifisis yang lebih awal. (B) Radiografi lutut bilateral
anteroposterior menunjukkan penyempitan celah sendi yang seragam (panah),
osteopenia, dan pertumbuhan epifisis berlebih dengan pelebaran lekukan
interkondilaris (kepala panah). Perhatikan osteoarthritis sekunder.
Penyempitan celah sendi
tanpa erosi atau osteofit
• jika penyempitan celah sendi 
tanpa osteopenia periartikuler atau
pembengkakan jaringan lunak 
osteoartritis dini
• Jika penyempitan celah sendi 
dengan osteopenia periartikuler 
artritis inflamasi seperti artritis
rheumatoid
• Jika penyempitan celah sendi 
pembengkakan jaringan lunak dan
osteopenia periartikuler  septik
sendi dini
Gambar 17.
Osteoarthritis awal.
Radiografi
Posteroanterior dari jari
menunjukkan adanya
penyempitan celah sendi
pada interphalangeal
proksimal dan distal
dengan sklerosis
subkondral minimal dan
osteofit relatif sedikit.
Gambar 18.
Rheumatoid arthritis.
Radiografi lutut
anteroposterior
menunjukkan adanya
penyempitan celah
sendi yang seragam
dan difus.
Arthritis Inflamasi dengan
Osteoarthritis Sekunder

• Gambaran radiografi yang


menunjukkan arthritis inflamasi dengan
osteoarthritis sekunder :
– keterlibatan sendi yang tidak tipikal yang
terkena osteoarthritis
– kehilangan celah sendi yang simetris dan
bukti terjadinya erosi
– Sklerotik
– distribusi abnormalitas sendi
– hilangnya celah sendi yang simetris
dengan osteofit
Gambar 19. Rheumatoid
arthritis dengan
osteoarthritis awal
sekunder. Radiografi
tangan Posteroanterior
menunjukkan hilangnya
celah sendi yang seragam
di setiap sendi
metacarpophalangeal.
Perhatikan erosi kecil
(kepala panah) dan
osteofit kecil (panah).
Gambar 20. Rheumatoid
arthritis dengan
osteoarthritis sekunder.
Radiografi pelvis
anteroposterior
menunjukkan
penyempitan celah sendi
di setiap sendi panggul.
Perhatikan erosi kecil
(kepala panah) dan
osteofit (panah).
Keterlibatan sendi
sacroiliaca juga terjadi
penyempitan, ireguler,
dan sklerosis.
Osteoarthritis Inflamasi atau
Erosiva

• Gambaran karakteristik :
– Adanya osteofit
– erosi sentral yang menghasilkan dua
konveksitas dari permukaan sendi,
seperti sayap burung camar
– Adanya sinovitis proliferatif
– Ankilosis
Gambar 21. Osteoarthritis
inflamasi atau osteoarthritis
erosiva. Radiografi jari
posteroanterior menunjukkan
penyempitan celah sendi,
sklerosis, dan pembentukan
osteofit pada sendi interphalangeal
distal dengan erosi sentral yang
menonjol (panah).
• Disebabkan
Gout  kristal monosodium
urat.
• Gambaran radiografi gout tidak
sesuai dengan algoritme diatas
• Erosi lebih sering dekat sendi tetapi
tidak di marginal, margin sklerotik yg
memberikan gambaran seperti bekas
pukulan
• Osteopenia periartikuler (-)
• Tanda lain: pembengkakan jaringan
lunak dari deposisi thopus, destruksi
tulang, gambaran lusen yg bulat pada
sendi (erosi/tophi intraoseus)
Gambar 22. Gout. Gambar 23. Gout.
Radiografi tangan Radiografi kaki
posteroanterior anteroposterior
menunjukkan erosi menunjukkan beberapa
sklerotik (panah), dengan erosi sklerotik dengan
pembengkakan jaringan gambaran seperti pukulan
lunak dan celah sendi yang (panah), dengan
melebar. pembengkakan jaringan
lunak.
Gambar 25. Gout. Radiografi
Gambar 24. Gout.
lutut anteroposterior
Radiografi jari posteroanterior
menunjukkan erosi sklerotik
yang menunjukkan
dengan gambaran seperti
kerusakan besar berpusat di
pukulan (panah) dan
sendi distal interphalangeal
pembengkakan jaringan lunak
(panah).
(kepala panah).
Systemic Lupus
Erithematosus
• Gambaran radiografi mungkin tidak
jelas
• Erosi dan penyempitan celah sendi
jarang ditemukan
• Temuan umum: subluksasi sendi
metacarpophalangeal tanpa erosi
(hanya ditemukan pada radiografi oblik)
• Osteopenia periartikuler dan
pembengkakan jaringan lunak (+)
Gambar 26. Systemic lupus erythematosus. A) Posteroanterior
dan (b) Radiografi tangan oblique menunjukkan subluksasi
yang dapat direduksi dan deformitas seperti leher angsa
(swan-neck) di beberapa sendi (kepala panah).
Kesimpulan
• Jika ada penyempitan celah sendi disertai
dengan erosi menunjukan suatu arthritis
inflamasi.
• Jika ada penyempitan celah sendi disertai
dengan osteofit menunjukan arthritis
degeneratif.
• Ketika dicurigai adanya osteoarthritis, penting
untuk memperhitungkan distribusi sendi yang
terlibat, tingkat keparahan penyakit, dan usia
pasien untuk mempertimbangkan penyebab
yang kurang umum dari kerusakan tulang
rawan.
• Satu hal yang juga harus dibiasakan dengan
arthritis adalah untuk tidak benar-benar
berpatokan dengan algoritma, seperti gout
arthritis.
DIAGNOSIS
OSTEOARTHRITIS:
IMAGING
ABSTRAK
Osteoartritis adalah penyakit
kelemahan sendi kronik, dengan
karakteristik perubahan degeneratif pada
tulang, tulang rawan, meniskus, ligamen-
ligamen dan jaringan sinovial.
Modalitas imaging seperti radiografi,
magnetic resonance imaging (MRI), optical
coherence tomography (OCT), dan
ultrasound (US) yang memungkinkan
visualisasi dari struktur tersebut dan dapat
mengevaluasi onset penyakit dan
perkembangannya.
•Radiografi sangat berguna terutama
untuk penilaian dari struktur tulang
•OCT digunakan untuk evaluasi tulang
rawan artikular
•US untuk ligamen dan sinovium.
•MRI memungkinkan visualisasi dari
seluruh struktur intraartikular dan
patologinya.

Karena OA merupakan penyakit


pada seluruh sendi, kombinasi teknik
imaging mungkin diperlukan untuk
mendapatkan gambaran yang paling
lengkap dari keadaan penyakit.
Imaging Jaringan secara Spesifik.
A. Tulang subkondral.
1. Radiografi

• Tahap awal dari onset penyakit,


yaitu:
1.perkembangan osteofit,
2.sklerosis subkondral, atau
3.kista subkondral
tervisualisasi dengan baik pada
modalitas ini.
• Selanjutnya, radiografi digunakan untuk
menilai lebar celah sendi (Joint Space
Width (JSW)), yang memberikan
penilaian indirek terhadap integritas
hialin dan fibrokartilago.

• Keparahan OA sering diklasifikasikan


sebagai penyempitan celah sendi
lanjutan (Joint Space Narrowing (JSN))
dan bersamaan dengan gambaran
abnormalitas tulang subkondral seperti
kista atau sklerosis.
• Tampilan standar untuk pemeriksaan
radiografi pada sendi tibiofemoral
adalah radiografi dengan extended-
knee (ekstensi lutut), yaitu :
diperoleh gambar anteroposterior
bilateral sementara pasien menahan
beban, dengan kedua lutut pada
kondisi ekstensi penuh
A) Gambaran foto anteroposterior dengan weight bearing pada
pasien dengan penyempitan celah sendi dan pembentukan
osteofit konsisten pada osteoarthritis medial bilateral di lutut.
Celah sendi di lutut kanan (panah) sangan terlihat menyempit
dibandingkan dengan lutut kiri.
B) A diperbesar dari sendi lutut kanan. Panah menunjukkan JSN
medial. Bentukan osteofit dilihat pada femur dan tibia.
• Dewasa ini, protokol imaging alternatif
telah mengusulkan imaging dari lutut
saat fleksi untuk melihat pemendekan
dari radiografi lutut yg ekstensi yang
kurang optimal untuk penilaian sendi
longitudinal.

• Cara ini memanfaatkan fleksi lutut


dengan derajat yang berbeda, sudut
sinar X-ray, dan strategi positioning,
tetapi semua membuat titik kontak
antara tibia dan aspek posterior dari
kondilus femoralis untuk meningkatkan
visualisasi ruang sendi.
• Kegunaan utama dari radiografi dalam
diagnosis OA adalah untuk mengevaluasi
lebar celah sendi (Joint Space Width
(JSW).

• Saat ini, skema penilaian Kellgren-


Lawrence (KL) merupakan yang paling
banyak digunakan dan diterima untuk
standart diagnosis radiografi OA.
skema penilaian Kellgren-
Lawrence (KL)
Grade Gambaran Radiologi

0 Tidak ada gambaran radiografi OA yang terlihat

Penyempitan celah sendi (JSN) yang meragukan dan


1
mungkin terdapat osteofit
Osteofit yang pasti dan mungkin penyempitan celah
2
sendi (JSN)
Osteofit multiple, penyempitan celah sendi (JSN) yang
3
pasti, sklerosis, mungkin deformitas tulang
Osteofit yang besar, penyempitan celah sendi (JSN)
4 yang jelas, sklerosis berat, adanya deformitas tulang
yang pasti
Imaging Jaringan secara Spesifik.
A. Tulang subkondral.
2. MRI

• Adanya perubahan komposisi dari


tulang subkondral sangat penting untuk
dicatat pada perkembangan OA dan
dapat divisualisasikan dengan baik
menggunakan MRI.
• Khususnya, sumsum tulang dengan lesi
seperti edema (BML), lesi subkondral
seperti-kista, dan erosi tulang
subkhondral adalah gambaran utama
yang menunjukkan progresi penyakit.
• BML adalah lesi degeneratif yang terdiri dari
edema, nekrosis sumsum tulang, fibrosis, dan
kelainan trabekular. Kelainan tersebut sering
terdeteksi pada sambungan terhadap kerusakan
kartilago didekatnya dan beberapa studi terbaru
telah menunjukkan korelasi antara BML dan
kerusakan tulang rawan progresif

• Sumsum tulang edema dan sumsum tulang lesi digambarkan


pada femur medial dengan menggunakan T2-weighted fat
suppresed MRI (A) dan medial tibia plateau pada lemak dengan
intermediate-weighted fat suppresed MRI (B) .
• Asal lesi subkondral seperti-kista dihasilkan
baik dari intrusi cairan synovial sebagai
akibat dari peningkatan tekanan intra-
artikular atau akibat nekrosis tulang
traumatik yang memberikan dampak pada
permukaan artikular.
Imaging Jaringan secara Spesifik.
B. Tulang rawan articular.

• Berbagai modalitas imaging digunakan untuk


mempelajari kartilago artikular, yaitu degenerasi
yang sering dianggap sebagai ciri struktural
perkembangan OA.
• Radiografi konvensional memberikan penilaian
tidak langsung terhadap kartilago artikular
melalui evaluasi lebar celah sendi (JSW) tetapi
tidak mampu untuk mendeteksi kerusakan awal
kondral.
• Arthrography dikombinasikan dengan x-
ray atau computed tomography (CT)
digunakan untuk menilai kontur
permukaan tulang rawan, tetapi tidak
memberikan informasi jaringan lunak.
• MRI untuk pemeriksaan tulang rawan,
karena menyediakan kontras yang baik
dan memungkinkan kedua morfologi dan
teknik imaging fisiologis.
MRI-Morfologi
• Penilaian morfologi tulang rawan
memberikan informasi tentang ukuran
jaringan dan integritas struktural.
Banyak teknik memungkinkan imaging
dari fissuring dan fokal atau
kehilangan tulang rawan difus.
• imaging menggunakan Driven
Equilibrium Fourier Transform (DEFT)
menghasilkan kontras dengan
memanfaatkan rasio T2 / T1 jaringan.

• Pada imaging tulang rawan, DEFT


meningkatkan sinyal cairan sinovial dan
mempertahankan sinyal tulang rawan,
sehingga cairan sinovial yang terang
pada TR yang pendek, SNR tulang
rawan yang tinggi, dan meningkatkan
imaging secara penuh dari ketebalan
tulang rawan.
• Gambar 3. Imaging dengan
Diffusion-weighted di patela
tulang rawan in vivo menggunakan
teknik DESS.
• Gambar. 3A menggunakan low
diffusion weighting.
• Gambar. 3B menggunakan high
diffusion weighting.
• Kedua teknik imaging ini mampu
menghasilkan resolusi tinggi, high
signal to-noise ratios, dan
kemampuan untuk menghitung
koefisien difusi. Tulang rawan
(tanda panah) dan cairan sendi
(panah putus-putus) baik dilihat
pada kedua gambar. Keaslian
gambar oleh Ernesto Staroswiecki.
• Demikian pula, tiga dimensi dual-echo
steady-state (3D-DESS) menghasilkan
imaging dengan intensitas sinyal tinggi di
kedua tulang rawan dan cairan sinovial,
yang memungkinkan untuk penilaian
morfologi tulang rawan.
• 3D-DESS telah divalidasi untuk
penggunaan klinis dan memberi
keuntungan seperti SNR tinggi, high-
cartilage-to-fluid contrast, near-isotropic
sections, dan mengurangi waktu scan
dibandingkan dengan 3D-SPGR (Gbr. 3).
Ini adalah rangkaian pilihan untuk
Osteoarthritis Initiative.
MRI-Fisiologi
• Baru-baru ini, teknologi MR telah
berkembang memberikan informasi yang
kuantitatif mengenai fisiologis tulang rawan
artikular. Perkembangan ini berguna dalam
mengidentifikasi kerusakan awal dan
perkembangan kerusakannya. Pada OA,
proteoglikan dan konten kolagen berkurang.
Hal ini mengganggu jaringan kolagen dan
peningkatan kadar air dan degradasi matriks.
Metode baru dari MRI ini mengeksploitasi
perubahan makromolekul untuk memberikan
suatu pemahaman kuantitatif tentang proses
pemecahan.
• Dalam tulang rawan, perubahan waktu
relaksasi transversal (T2) tergantung pada
jumlah air dan integritas proteoglikan dan
matriks kolagen. Dengan mengukur
distribusi spasial dari waktu relaksasi T2
pada seluruh tulang rawan artikular, daerah
yang kadar airnya meningkat atau menurun
(yang umumnya berkorelasi dengan
kerusakan tulang rawan) dapat
diidentifikasi.

• . Perangkat lunak T2mapping saat ini


tersedia secara komersial, yang
memungkinkan untuk implementasi
sederhana pada kebanyakan sistem
imaging (Gbr. 4).
• Gambar. 4. T2 mapping
tulang rawan artikular di
tulang paha medial pasien
dengan osteoarthritis pada
dua titik.
• Software pemetaan
memungkinkan visualisasi
distribusi spasial; melihat
peningkatan waktu relaksasi
T2 pada gambar 4B. Waktu
relaksasi T2 overlay pada
gambar menggunakan peta
warna, dengan skala dalam
milidetik
• Pemetaan T1rho sensitif terhadap konten
makromolekul jaringan dan oleh karena itu
sangat efektif dalam memvisualisasikan
perubahan di awal OA.
• Dalam T1rho, magnetisasi berujung ke dalam
transverse plane dan "spinlocked" oleh
medan RF konstan.
• Ketika deplesi proteoglikan terjadi di fase
awal OA, interaksi fisio-kimia dalam
lingkungan makromolekul terganggu dan
T1rho memungkinkan pengukuran interaksi
antara gerak molekul air dengan terbatasnya
molekul air dan lingkungan ekstraseluler
mereka. Terdapat peningkatan waktu
relaksasi T1rho dalam osteoarthritic pada
tulang rawan lutut dibandingkan dengan
tulang rawan yang normal (Gbr. 5).
• Gambar 5. T1rho mapping adalah MRI-fisiologis yang
sensitif terhadap proteoglycan (PG) dalam proses
perubahan pada tulang rawan artikular. Pada OA,
peningkata PG ditunjukkan dengan meningkatnya
T1rho relaxation times. Gambar diatas menunjukkan
T1ρ maps of (A) lutut normal and (B) lateral side of
ACL-injured knee saat satu tahun follow up. Proses
awal degenerasi dari tulang rawan articular dapat
dilihat dari meningkatnya waktu
• Gambar 6. Sodium map
tulang rawan artikular
pada relawan sehat (A)
dan pasien dengan OA
(B) Gambar overlaid onto
proton. peningkatan
sinyal natrium pada
Gambar 5A berkorelasi
dengan konsentrasi
glikosaminoglikan(GAG)
tertinggi. Degenerasi
tulang rawan dan
penurunan konsentrasi
GAG, penurunan sinyal
natrium sinyal (5B).
Delayed Gadolinium-Enhanced
MRI (dGEMRIC)

• Gambar. 7. Foto dari medial dan lateral meniscus pra-


operasi (A) dan pada dua waktu follow-up (B, C).
Penggunaan penambahan gadolinium yg tertunda pada
imaging MRI tulang rawan (dGEMRIC) memungkinkan
penilaian kuantitatif dari integritas tulang rawan yang
tampaknya meningkat setelah intervensi bedah.
Optical coherence
tomography (OCT)
• Evaluasi arthroscopic adalah standar klinis
saat ini untuk mengevaluasi chondrosis, atau
lesi chondral pra-OA yang tidak melibatkan
tulang dan tidak terlihat pada radiografi, tetapi
penilaian metode ini adalah subyektif.
• Optical coherence tomography (OCT) dapat
memberikan informasi kuantitatif tentang
keadaan penyakit tulang rawan artikular. OCT
dimasukkan ke dalam arthroskopi dan
menghasilkan gambar penampang tulang
rawan artikular pada resolusi sebanding
dengan histologi berdaya rendah (Gbr. 8).
• OCT sensitif terhadap perubahan struktural
kolagen yang dihasilkan dari trauma akut
dan degenerasi dan OA terkait dengan
perubahan bias-ganda dalam tulang rawan.
Pada tahun 2010, Chu et al. menunjukkan
bahwa evaluasi OCT pada tulang rawan
berkorelasi baik dengan penilaian Artroskopi
dan MRI T2, membuat OCT sebagai alat
yang sangat potensial untuk mendiagnosis
perubahan awal chondral. Namun, seperti
modalitas lain, OCT memiliki keterbatasan,
termasuk prosedur invasif diperlukan untuk
langsung mengakses permukaan artikular
dan sangat bergantung pada penggunaan
oleh operator dan gambar setelah diproses.
MENISKUS
Cedera pada meniskus sering dipandang
sebagai faktor predisposisi OA. Struktur
fibrokartilago ini berada diantara femur dan
tibia pada ruang sendi medial dan lateral
serta melakukan penyerapan yg kuat dan
beban transmisi dengan muatan aktif dan
statis.
Meskipun sinyal dari meniskus rendah, MRI
adalah imaging dengan modalitas terbaik.
Imaging dari meniskus
menggunakan MRI ultra-short Echo
Time (uTE). komponen tulang rawan
dan jaringan ikat, terutama jaringan
perifer, yang terlihat dengan
penggunaan uTE.
Ligamen-ligamen
• Kerusakan ligamen-ligamen seperti
ligamen cruciatum anterior (ACL) sering
menjadi predisposisi terjadinya OA
awal.
• Imaging dari ligamen kolateral medial
(MCL) dan ligamen kolateral lateral
(LCL) sering dipersulit oleh kelainan yg
menyertai dan dapat dibatasi oleh
kompleks anatomi ujung posterolateral
dan ujung posteromedial.
• Ligamen cruciatum anterior (ACL)
dan ligamen cruciatum posterior
(PCL) tervisualisasi dengan baik
pada bidang sagital, coronal, dan
aksial tetapi dapat juga dikaburkan
oleh patologi intra-artikular.
Meskipun adanya keterbatasan
ini, MRI masih merupakan
modalitas pilihan yang
memberikan kontras jaringan
lunak yang lebih baik.
Sinovium
• Sinovitis, didefinisikan sebagai
radang membran sinovial, semakin
dianggap sebagai pemain kunci
dalam proses penyakit OA.
• US dan MRI adalah modalitas
utama saat ini yang digunakan
untuk penilaian sinovium.
• US
a) Gambar ultrasound
dengan grayscale
sagittal dari kantong
suprapatellar pada
sendi lutut yg
mengalami
osteoarthritic
menunjukkan cairan
synovial (sf), patella
(p), femur distal (df),
tendon quadriceps
(qt), dan vili sinovial
(v).
B) Gambar ultrasound
dengan tenaga doppler
dari reses lateral pada
sendi lutut yg mengalami
osteoarthritic
menunjukkan cairan
synovial (sf), femur distal
(df), dan vaskularisasi
dalam regio sinovial yg
mengalami hipertrofi (s)
seperti yang ditunjukkan
oleh kilatan warna.
• MRI
MRI juga digunakan untuk menilai
sinovium. Tidak seperti US, MRI
mampu memvisualisasikan
sinovium yang terletak jauh di
dalam sendi seperti panggul atau
bahu tanpa dikaburkan oleh struktur
tulang.
Magnetic resonance imaging dari sinovitis di
medial (A) dan lateral (B) kompartemen.
Dalam kedua gambar, patologi sinovial
ditandai oleh sinyal yg meningkat disekitar
bantalan lemak Hoffa (panah).
Kesimpulan
Karena OA adalah penyakit yg kompleks
dari seluruh sendi, penting untuk menilai
semua struktur intraartikular untuk lebih
memahami patogenesis penyakit dan
perkembangannya.

Idealnya, satu modalitas imaging akan


memungkinkan penggambaran yg
sensitif dan spesifik dari semua
komponen sendi tanpa menggunakan
kontras intravena atau radiasi pengion
dan dengan sedikit ketergantungan pada
operator mesin.
Saat ini, MRI non-CE memungkinkan
visualisasi struktur sendi multipel.
Namun, di beberapa jaringan,
tambahan modalitas imaging mungkin
diperlukan untuk meningkatkan
penggambaran, terutama pada
sinovium dan dengan tidak adanya
defek pada ketebalan artikular tulang
rawan.

Saat ini, kombinasi teknik imaging


memberikan penilaian paling
komprehensif dari sendi yg
mengalami OA.

Anda mungkin juga menyukai