Anda di halaman 1dari 54

INFEKSI SEBAGAI INDIKASI

BEDAH SESAR

Dr. Satrio & Dr stase VK


Periode Oktober 2019
Herpes Simplex

Penularan Intrauterus 5%

Peripartum 85%

Pascanatal 10%
HERPES SIMPLEX VIRUS (HSV-2)
HERPES SIMPLEX VIRUS (HSV-2)
 Menyebabkan herpes genitalis
 Terutama ditularkan melalui kontak langsung
dengan luka selama melakukan hubungan
seksual.
 Peluang transmisi paling besar pada
trimester ketiga terutama peripartum 85%
 Infeksi dapat terjadi 30-50% saat intrapartum
bila ibu mengalami infeksi primer dan 0-3%
pada infeksi rekuren.
 Merupakan indikasi absolut untuk dilakukan
bedah sesar bila ibu mengalami infeksi
primer dan lesinya aktif (ACOG)
Gejala HSV-2

• Setelah masa inkubasi maka akan


terjadi gejala simtomatik primer
yang menyebabkan lepuh dan
ulserasi genitalia eksternal dan
serviks yang menyebabkan nyeri
vulva, disuria, keputihan dan
limfadenopati lokal.
• Lesi vesikular dan ulseratif kadang
juga muncul pada paha bagian
dalam, bokong, perineum, atau
kulit perianal.
• Gejala sistemik yang dapat terjadi
seperti demam, sakit kepala dan
mialgia.
Diagnosis HSV-2

• Ulserasi genital
eksternal
Infeksi HSV genital primer INKUBASI 2~20 HARI • Nyeri vulva
• Dysuria
• Vaginal discharge
• Limfadenopati
lokalisata
• Penyerta:
demam, pusing, myalgia

Suami/pasangan harus
diwawancarai juga!!

Kultur virus
PCR
Transmisi HSV-2

Abortus

Transmisi terjadi
saat intrauterin Stillbirth

Kelainan Kongenital:
• Mata:
chorioretinitis,
micropthalmia, katarak
• Neurologis:
kalsifikasi intrakranial,
mikrocephali
Transmisi HSV-2

Kulit

Infeksi HSV (intrapartum/postpartum)


pada neonatus, terlokalisir pada Mata

Mulut
Transmisi HSV-2

Infeksi HSV akhir trimester: Infeksi HSV awal trimester:


30%-50% 1%

Prematuritas
Kelainan kongenital
janin
Terapi HSV pada Kehamilan

• Wanita dengan infeksi HSV primer selama


kehamilan harus diobati dengan terapi
antivirus.
• Bedah Sesar harus dilakukan pada
wanita dengan infeksi HSV berulang yang
memiliki lesi genital aktif atau gejala
prodromal saat melahirkan.
Terapi HSV pada Kehamilan
• Untuk wanita pada atau di luar 36 minggu
kehamilan yang berisiko untuk infeksi HSV
berulang, terapi antivirus juga dapat
dipertimbangkan, meskipun terapi tersebut
mungkin tidak mengurangi kemungkinan
Persalinan dengan Bedah Cesar.
• Pada wanita yang tidak memiliki lesi aktif
atau gejala prodromal selama Persalinan,
persalinan perabdominam tidak boleh
dilakukan berdasarkan riwayat penyakit
berulang.
Antivirus HSV

Reprinted with permission from Baker DA. Antiviral therapy for genital
herpes in nonpregnant and pregnant women. Int J Fertil Womens Med
1998;43:243–8.
Diagram skematis cara persalinan HSV
infeksi primer
Diagram skematis cara persalinan HSV
infeksi herpes genital berulang
HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)
Gambaran Klinis Infeksi HIV

Kelompok I (infeksi HIV akut)


 Setelah paparan virus I x
 Acute Seroconversion illnes.
 Rash pada kulit (gejala sementara).
 Mononukleosis / Meningitis aseptik ( gejala sementara).
 Berlangsung 2 bln, tes lab HIV (-)

Kelompok II (Infeksi HIV akut)


• Gejala (-)
 Lab: HIV (+), limfopenia, trombositopenia, pansitopenia,
hiper- γ-globulinemia.
Kelompok III (Persistent generlized
lymphadenopaty)
• Mudah terserang penyakit.
• K.g.b >> simetris (leher, submandibula, aksila
& jarang postaurikular & retroperitoneal).
• Pembesaran Hati dan Limpa (30%)
• Berlanjut AIDS 10-30% kasus dlm 2-5 th
• AIDS Related Complex (ARC): gejala
konstitusional (+), infeksi oportunistik/tumor (-).
Kelompok IV (Gejala & tanda penyakit lain)

• Sub grup A (Penyakit konstitusionsl kronik)


1/> gejala: malaise, diare, keringat malam hari, kandidiasis mulut
& “Hairy leucoplakia” pada lidah.
• Sub grup B (Penyakit neurologik)
1/> gejala: bingung (confusion), dimensia, koma & mielopati
(neuropati) perifer.
• Sub grup C (Penyakit infeksi sekunder)
1/> gejala: infeksi. traktus respiratorius, traktus GI & penyakit kulit
kelamin.
• Sub grup D (Penyakit keganasan sekunder)
1/> gejala: Sarkoma kaposi, Limfoma non Hodgkin & Ca. lainnya.
• Sub grup E (Keadaan lain dari infeksi HIV)
Gejala klinis lain, yang tidak termasuk Sub grup di atas.
Diagnosis Infeksi HIV Ibu
• Isolasi HIV dalam darah/cairan tubuh
• Sulit, waktu yang lama, biaya mahal & sering untuk tahap
awal saja
• Deteksi Ag HIV  2 mgg post infeksi & bertahan 3-5 bln 
Dx.
• AB HIV (+) berulang pada ELISA & dikonfirmasi dengan
imunofluoresensi (+) pada Western Blot.
• Dugaan klinis dapat dibuat walaupun tanpa bukti hasil tes
virologik/serologik
• Korelasi manifestasi klinis AIDS Center for Disease Control
(CDC) dengan AB terhadap HIV (+)
Diagnosis Infeksi HIV Ibu

1. ELISA
• Rx Ag (HIV) >< serum
• Bila anti-HIV (+)  ikatan Ag-AB
• Uji penjaringan I

2. Immunoblot/Western blot
• Pemeriksaan > spesifik
• Pemeriksaan konfirmasi  ELISA (+) berulang.
• Uji WB (+) bila: Rx > 1 glikoprotein env. gp 41-45, gp 110-
112 / gp 160 & 3 prot. spesifik seri gag/pol.
• Bila meragukan, penderita dipantau & diperiksa setiap 3-6 bl
Diagnosis Infeksi HIV Ibu

3. Uji penurunan imunitas tubuh

• Px lab: Hb, sediaan hapus darah tepi, lekosit, limfosit &


trombosit.
• Limfosit menurun
• Hiper-γ-globulinemia (IgG dan IgA) poliklonal.

4. Pemeriksaan keganasan /inf. oportunistik

 Dx infeksi HIV/AIDS secara klinis, ditunjang hasil


pengujian laboratorium.
Diagnosis Infeksi HIV Bayi

 Px IgG anti-HIV & WB tidak dapat


digunakan usia bayi < 18 bulan
 Bayi Usia < 18 bulan dilakukan kultur HIV,
PCR (deteksi DNA/RNA HIV & Ag p24)
 Terinfeksi : 2 x Pemeriksaan  hasil (+).
 Tidak terinfeksi: 2 x pemeriksaan  hasil (-)
 Bayi > 18 bulan: AB menetap / bayi
 Tidak terinfeksi: 2 x pemeriksaan antibodi (-).
Kehamilan & Infeksi HIV

• Kehamilan tidak signifikan mempengaruhi


risiko kematian, progresifitas menjadi AIDS &
penurunan CD4+ pada ♀ dengan HIV (+).
• Kehamilan hanya sedikit meningkatkan kadar
virus (viral load) HIV.
• Italian Seroconvertion Study Group:
kehamilan tidak mempercepat progresivitas
menjadi AIDS.
Transmisi in Utero
• Pediatric Virology Committee of the AIDS Clinical
Trials Group (PACTG): in utero/infeksi awal jika tes
virologis (+) dlm 48 jam & tes berikutnya.
• DNA HIV, Ig M anti-HIV & antigen p24 (+) pada
neonatus minggu I.
• Mekanismenya diduga melalui plasenta.
• Sel limfosit/monosit ibu yg terinfeksi/HIV mencapai
janin melalui sinsitiotrofoblas & tak langsung
melalui trofoblas & menginfeksi sel Hofbauer.
Transmisi in utero

• Hormon hCG melindungi janin  hambat


penetrasi virus, kontrol replikasi virus &
induksi apoptosis sel yang terinfeksi.
• Malnutrisi  menurunkan imunitas,
meningkatkan progresivitas penyakit,
risiko BBLR , prematuritas , menurunkan
imunitas G.I & integritas fetus.
• Defisiensi vit A  peningkatan transmisi
HIV
Transmisi Intrapartum
• Infeksi lambat: px virologis (-) 48 jam I, namun (+)
pada px 1 mgg berikut pada bayi yang tidak menyusui.
• Bayi dapat tertular darah/cairan servikovaginal,
paparan trakeobronkial /tertelan.
• HIV cairan servikovaginal  21% bumil dengan HIV
(+).
• Defisiensi vit A: menurunkan integritas plasenta &
mukosa jalan lahir  trauma jalan lahir & transmisi
vertikal.
• KPD > 4 jam meningkatkan risiko transmisi
antepartum 2x lebih besar dibanding KPD < 4 jam.
Transmisi Intrapartum
• Kadar HIV ibu: prediktor penting.
• Risiko penularan > tinggi pada pasien infeksi primer.
• Garcia dkk: kadar HIV ibu > 100.000/ml , risiko
penularan menjadi 63%.
• John dkk: risiko penularan 4 x lebih besar pada kadar
HIV > 43.000 kopi/mL.
• Wiener dkk: kadar HIV ibu sebelum & saat persalinan
 menentukan kadar HIV bayi.
• Prematuritas & BBLR  sistem imun belum
berkembang  resiko transmisi.
• Pada gemelli: bayi yang lahir pertama risiko tertular 2
x lipat
Transmisi Pasca Persalinan
• ASI dengan HIV dalam jumlah yang cukup banyak.
• Partikel virus ditemukan pada komponen sel & non sel ASI.
• Kadar HIV ASI tertinggi mulai minggu I - 3 bulan postpartum
• Konsentrasi HIV rendah sampai 9 bulan postpartum
• Risiko penularan pada 6 bulan pertama, kemudian menurun
bertahap.
• Kadar HIV ASI dipengaruhi oleh kadar HIV serum, CD4+ ibu
dan defisiensi vit A.
• Faktor lain: mastitis, abses payudara, lesi mukosa mulut bayi,
prematuritas dan respon imun bayi lemah meningkatkan
resiko transmisi
Bedah Sesar Terkait Infeksi HIV

• Pada kehamilan dengan infeksi HIV,


Bedah sesar dilakukan apabila usia
kehamilan lebih dari 36 minggu disertai
pengobatan ARV kurang dari 6 bulan dan
adanya viral load lebih dari 1000
copies/mL.
• Dilakukan bedah sesar jika riwayat
pengobatan tidak diketahui dan atau kadar
viral load pada trimester 3 tidak diketahui
HEPATITIS B
• Termasuk DNA viral group disebut
hepadenaviridae
• Penyebab terbanyak jaundice pada
kehamilan
• Penularannya melalui pemakaian jarum
suntik, produk darah, kontak langsung
melalui mukosa dengan cairan tubuh.
• Infeksi kronis bisa berkembang jadi
carcinoma Hepatoseluler.
Diagnosis HEPATITIS B

• Masa inkubasi : 30 – 110 hari, bila kronis


bisa 180 hari
• Pem. Laboratorium serologi dijumpai 6-7
minggu, bila infeksi berat bisa dijumpai + 2
minggu sesudah terpapar.
Gejala/Tanda HEPATITIS B

• Malaise, demam, jaundice, artritis,


urtikaria, glomerulo nefritis.
• 90% pasien berakhir dengan
kesembuhan, 10% menjadi kronis dan +
1% menjadi fulminan dan gagal hati.
Hasil Laboratorium HEPATITIS B

• Infeksi HBV ditandai dengan dijumpai


antibodi terhadap :
– Surface komponen (HBsAg)
– Core DNA (HBcAg)
– Envelope komponen (HBeAg)
• Pemeriksaan IgM perlu untuk mengetahui
perbaikan yang akut dan kronis.
– Di negara maju setiap wanita hamil dianjurkan
untuk dilakukan skrining terhadap infeksi
HBV. Bila dijumpai positip, dilanjutkan dengan
pemeriksaan HBe Ag dan HBe Ab.
– Pasangan suami – istri juga anaknya harus
pula dilakukan imunisasi HBV.
Resiko Terhadap Janin

• Melalui transplacental sangat jarang tetapi


dijumpai 5%-15% dari hepatitis kronis aktif.
• Resiko infeksi perinatal terutama sewaktu
proses persalinan dan masa neonatal.
• Besarnya resiko tergantung jumlah HBV DNA
yang dijumpai dalam darah ibu.
• HBe Ag dan status HBe Ab sangat
berhubungan dengan penularan secara
vertikal pada bayi sampai berumur 18 bulan.
Resiko Terhadap Janin
• Penularan secara vertikal banyak dijumpai pada
Ras Asia (95%), sedangkan Ras Afrika 20%.
• Tindakan Bedah Sesar dapat menurunkan
resiko penularan pada pasien pasien dengan
positif HBe Ag dan HBs Ag.
• Lee mendapatkan penularan bayi melalui
persalinan pervaginam sebanyak 25% dan
melalui seksio sesarea 10%, dengan
tersedianya imunisasi profilaksis maka seksio
sesarea bukan dianjurkan untuk pencegahan
penularan tersebut.
• Imunisasi pada saat trimester III dapat
menurunkan penularan vertikal tersebut.
Immunoprophylaxis
• Pasien beresiko tinggi : terinfeksi HBV,
orang kesehatan, orang dengan pasangan
terinfeksi, dianjurkan untuk imunisasi
sebelum hamil.
• Dosis pada dewasa biasanya 20 μg im
dalam (di bagian deltoid atau paha
anterior, bukan bokong) diberikan segera
dan 1 bulan dan 6 bulan kemudian.
Maternal (ibu)
• Jika terinfeksi dalam masa kehamilan berikan
imunisasi pasif dan hepatitis BIg (HBIG), HBIG
dapat diberikan dalam (12-48 jam) terpapar.

Janin / bayi
• Janin yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif,
dianjurkan untuk mendapat kombinasi terapi
HBIG dan vaksinasi terhadap HBV.
• Vaksinasi diberikan segera dan 1 bulan dan 6
bulan kemudian.
• Bayi yang mendapat kombinasi terapi boleh
minum ASI.
Bedah Sesar Terkait Infeksi Virus Hepatitis B

• Pasien dengan HBV DNA lebih dari 200.000


copies/mL berisiko tinggi untuk terjadinya
penularan. Beberapa studi menunjukkan terapi
antiviral pada trimester ketiga dengan lamivudin
dapat menurunkan transmisi vertikal. Namun,
tidak ada data keamanan terkait penggunaan
jangka panjang pada janin.
• Penggunaan HBIg pada trimester tiga tidak
menunjukkan penurunan transmisi vertikal yang
efektif. Disarankan untuk melakukan bedah
sesar elektif pada pasien dengan HBV DNA
lebih dari 1.000.000 copies/ mL.
Human Papilloma Virus (HPV)
Manifestasi Infeksi HPV
• Infeksi HPV dapat laten, subklinis, atau
klinis tergantung dari viral load.
• Infeksi penyakit ini juga dapat bermanifestasi
sebagai kutil dikelamin atau lesi intraepitelial
tingkat tinggi atau rendah.
• Infeksi genital HPV risiko rendah dapat
menyebabkan kutil anogenital (mis.,
Condyloma acuminata), yang muncul
sebagai papula berulang atau lesi mirip
kembang kol, atau kutil kelamin datar (mis.
Kondiloma planum).
Manifestasi Klinis
1. Kondiloma akuminata
a. Pria :
Pada frenulum, sulkus koronarius :
papul multipel, merah muda, lembab,
bersatu menjadi massa besar.

b. Wanita :
Introitus vagina posterior, labia minora,
klitoris
Manifestasi Klinis

2. Giant Kondiloma Busche Louwenstein :


- kondiloma besar, lokal invasif,
tidak metastasis.

3. Papulosis Bowenid :
- papul multipel, kecil, merah
kehitaman.
Bila bergabung spt “ cobble stone
surface papule “.
Manifestasi Infeksi HPV

HPV = human papillomavirus.


Diagnosis HPV
• Infeksi HPV dapat didiagnosis secara klinis (kutil
kelamin), secara sitologis (Papanicolaou smear), atau
secara virologis (tes DNA).
• HPV dapat dideteksi melalui pengujian PRC atau DNA.
Transmisi HPV
• Virus ini terutama ditularkan melalui hubungan
seksual termasuk oral sex, anal sex, dan hand
sex.
• Virus ini juga dapat menular melalui kontak
nonseksual seperti transmisi vertikal ibu kepada
bayinya (sangat jarang terjadi), penggunaan alat-
alat yang telah terkontaminasi seperti handuk,
sarung tangan, dan pakaian.
• Virus menular melalui kontak langsung dengan
lesi yang telah terinfeksi.
• Masa inkubasi HPV 3-4 bulan (bervariasi 1 bulan
hingga 2 tahun). HPV membelah berkali-kali bila
respon imun rendah, misalnya pada kasus ib
hamil.
Bedah Sesar Terkait Infeksi Human Papiloma Virus

• Infeksi Human Papiloma Virus (HPV) tipe 6 atau 11


menyebabkan kondiloma akuiminata yang dicirikan
dengan adanya kutil pada daerah anogenital, terutama
pada daerah introitus vagina
• Transmisi HPV 6 dan 11 dapat menyebabkan
papillomatosis pada sistem respirasi bayi
• Mesikpun Bedah sesar dapat menurunkan transmisi
vertikal HPV sebesar 46%, prosedur tersebut
diindikasikan hanya pada kutil yang menutup jalan
lahir atau persalinan pervaginam diperkirakan akan
menimbulkan perdarahan berlebih. Belum ada studi
yang mengemukakan bedah sesar dapat mencegah
transmisi HPV pada bayi.
Pencegahan HPV

• Dua vaksin HPV yang disetujui FDA


Kesimpulan

• Infeksi pada kehamilan dapat disebabkan


oleh berbagai patogen. Adanya infeksi
tersebut meningkatkan risiko adanya
transmisi vertikal dari ibu ke janin maupun
penyulit akibat
DAFTAR PUSTAKA
• ACOG Committee on Practice Bulletins: ACOG
Practice Bulletin. Clinical management guidelines for
obstetrician-gynecologists. No. 82 June 2007:
Management of herpes in pregnancy. Obstet Gynecol
2007: 1489-1498, 200
• ACOG Committee on Obstetric Practice: ACOG
committee opinion scheduled Cesarean delivery and
the prevention of vertical transmission of HIV infection.
Number 234, May 2000. Int J Gynecol Obstet 73:279-
281, 2001
• ACOG Committee on Obstetric Practice: ACOG
committee opinion scheduled Cesarean delivery and
the prevention of vertical transmission of HIV infection.
Number 234, May 2000. Int J Gynecol Obstet73:279-
281, 2001

Anda mungkin juga menyukai