B. Kapan kita harus merujuk anak yang mengalami kejang demam untuk
ABSTRAK menjalani pemeriksaan lebih lanjut seperti punksi lumbal, EEG, pencitraan
neuro, dan studi biokimia rutin?
C. Bagaimana cara tatalaksana kejang demam yang sedang dalam fase akut?
D. Bagaimana cara menilai risiko kejadian ulangan dan juga risiko lain yang
dapat mengancam kesehatan anak di masa depan?
Puncak Insiden : 8 – 12 bulan Tidak ada nilai cut off demam yang dapat
menyebabkan kejang.
Tidak fokal
Kejang
demam Satu ataupun kombinasi dari
fokalitas
Kompleks Perulangan
Perpanjangan
A. Bagaimana cara membedakan kejang demam dengan infeksi sistem saraf
pusat (SSP)?
3. Penentuan
1. Memformulasikan 2. Penilaian pasien (siapa 4.Pemilihan
basis data faktor risiko yang harus obat
diterapi?)
Langkah 1 : Memformulasikan basis data
1. Usia pasien
2. Riwayat kejang demam pada keluarga tingkat pertama dan
kedua
3. Riwayat adanya keterlambatan perkembangan, riwayat masuk
rumah sakit selama lebih dari 30 hari
4. Riwayat dititipkan di tempat penitipan anak
5. Durasi antara awal mula demam dengan terjadinya kejang
6. Kompleksitas (kejang demam fokal, berulang, dan lama)
7. Durasi fase post iktal
8. Adanya tanda-tanda defisit neurologis atau perkembangan
9. Adanya edema papil
10. Gejala yang samar dan tidak spesifik pada bayi berusia kurang
dari 18 bulan (agitasi, ubun-ubun menonjol, menangis
berlebihan)
11. Kaku kuduk, tanda Kernig dan/atau Brudzinsky (+)
12. Petekie dan/atau purpura
D. Bagaimana cara menilai risiko kejadian ulangan
dan juga risiko lain yang dapat mengancam kesehatan
anak di masa depan?