Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

APENDISITIS
KELOMPOK 2
DEFINISI
Apendisitis adalah inflamasi apendiks vermivormis
(kandung buntu di ujung sekum). Apendisitis akut
adalah suatu keadaan darurat bedah yang paling umum
dijumpai pada kanak-kanak.
ANATOMI FISIOLOGI
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung
dengan panjang kira-kira 10 cm dan berpangkal pada
sekum. Appendiks pertama kali tampak saat
perkembangan embriologi minggu ke delapan yaitu bagian
ujung dari protuberans sekum.
Appendiks memiliki lumen sempit di bagian
proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks
terdapat tiga tanea coli yang menyatu dipersambungan
sekum dan berguna untuk mendeteksi posisi appendiks.
Gejala klinik Apendisitis ditentukan oleh letak appendiks.
ANATOMI FISIOLOGI
Appendiks pada saluran pencernaan
ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi appendiks Posisi appendiks
ANATOMI FISIOLOGI
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari.
Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan
selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di
muara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis
Apendisitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh
Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat
disepanjang saluran cerna termasuk appendiks ialah
Imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini sangat efektif
sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol
proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah
penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya.
Etiologi
Penyebab apendiks yang sebenarnya masih belum di
pahami dengan jelas, kendati peristiwa ini hampir selalu
terjadi karena obstruksi lumen apendiks oleh material
feses yang mengeras (fekalit), benda asing, mikroorganisme
atau parasit.
Penyebab lain meliputi hyperplasia limpoid, stenosis
fibrosa akibat inflamasi sebelumnya, dan tumor.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
1. Nyeri abdomen kuadran kanan bawah.
2. Demam .
3. Abdomen teraba kaku.
4. Bising usus melemah atau tidak terdengar.
5. Muntah.
6. Konstipasi atau diare dapat terjadi.
7. Anoreksia.
8. Takikardia.
9. Pucat.
10. Letargi.
11. Intabilitas.
12. Postur tubuh membungkuk.
Klasifikasi
1. Apendisitis akut
2. Apendisitis Purulenta (Supurative Appendicitis)
3. Apendisitis kronik
4. Apendissitis rekurens
5. Mukokel Apendiks
6. Tumor Apendiks/Adenokarsinoma apendiks
7. Karsinoid Apendiks
Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan
Apendisitis. Faktor keterlambatan dapat berasal dari
penderita dan tenaga medis.
Adapun jenis komplikasi diantaranya:
1. Abses
2. Perforasi
3. Peritononitis
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-
reactive protein (CRP).
2. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan
Computed Tomography Scanning (CT-scan).
3. Analisa Urine
4. Pengukuran enzim hati dan amilase
5. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG)
6. Pemeriksaan Barium enema
7. Pemeriksaan foto polos abdomen
Penatalaksanaan Medis
1. Penanggulangan konservatif
2. Operasi
3. Pencegahan Tersier
Pengkajian
 Identitas klien :
 Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
alamat, dan nomor register.
 Riwayat kesehatan sekarang :
 Keluhan utama klien akan mendpatkan nyeri disekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri
di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu, sifat keluhan nyeri
dirasakan terus menerius, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang
menyertai biasannnya klien mengeluh rasa mual muntah dan panas.
 Riwayat kesehatan dahulu :
 Tanyakan apakah klien pernah mengalami gangguan pencernaan yang behubungan dengan
masalah kesehatan klien sekarang
 Riwayat kesehatan keluarga :
 Tanyakan riwayat kesehatan keluarga klien.
 Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : Klien tampak sakit ingan/sedang/berat.
 Tanda-tanda Vital : Nadi klien mungkn takikardi, RR takipneu, pernapasan dangkal.
 Aktivtas/istirahat : Malaise.
 Elminasi : Konstipasi, teradang diare.
 Abdomen : Distensi abdomen, nyeri tekan/lepas, kekakuan, penurungan bising
usus/tidak ada nyeri abdomen sekitar epgastrium dan umbilicus, yang meningkat berat pada
terlkasinya pada titik Mc.Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam.
Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
 Data psikologis : Klien tampak gelisah dan ada perasaan takut.
Diagnosa Keperawatan

 Nyeri b.d apendiks yang terinflamasi.

Pasca Bedah :
 Resiko tinggi cedera b.d prosedur bedah, anestesia

Ruptur
 Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d adanya organisme infektif
di dalam abdomen.
Intervensi Keperawatan
 Nyeri b.d apendiks yang terinflamasi.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak dengan kriteria
hasil :
1. Anak isirahat dengan tenang.
2. Tidak melaporkan atau menunjukkan adanya bukti-bukti
ketidaknyamanan.

 Intervensi Keperawatan :
1. Beri posisi yang nyaman (biasanya dengan kaki fleksi, hal ini dapat
bervariasi
2. Beri bantal kecil untuk membebani abdomen.
3. Beri analgesik untuk mengurangi nyeri.
 Resiko tinggi cedera b.d prosedur bedah, anestesia.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan keluarga
menerima anak saat kembali dari pembedahan, anak menunjukkan tanda-tanda
perubahan luka tanpa bukti infeksi luka, tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi
dengan kriteria hasil :
1. Anak tidak menunjukan bukti-bukti komplikasi.
2. Anak tidak menunjukan komplikasi.
 Intervensi Keperawatan :
1. Tempatkan anak di tempat tidur kecuali di pindahkan ke tempat tidur sendiri atau
ke ranjang dengan menggunakan teknik yang tepat untuk tipe pembedahan
untuk mencegah cedera .
2. Tempatkan pada posisi nyaman dan aman yang sesuai dengan intruksi bedah.
3. Lakukan aktivitas segera.
4. Gunakan teknik cuci tangan yang tepat.
5. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati untuk meminimalkan risiko infeksi.
6. Jaga agar luka bersih dan balutan utuh.
7. Pasang balutan yang meningkatkan kelembaban penyembuhan (misalnya balutan
hidrokoloid seperti deuderm).
8. Ganti balutan bila diindikasikan, jika kotor buang balutan yang kotor dengan hati-
hati.
9. Lakukan perawatan luka khusus sesuai ketentuan (misalnya irigasi, perawatan
drain).
 Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d adanya organisme infektif di
dalam abdomen.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
anak mengalami risiko minimal terhadap penyebaran infeksi dengan
kriteria hasil :
1. Anak menunjukkan resolusi peritonitis seperti dibuktikan dengan
berkurangnya demam, luka bersih, dan sel darah putih normal.
Intervensi Keperawatan :
1. Berikan perawatan luka dan penggantian balutan sesuai ketentuan
untuk mencegah infeksi.
2. Pantau tanda-tanda vital dan jumlah sel darah putih untuk mengkaji
adanya infeksi.
3. Berikan antibiotik sesuai ketentuan.
MAKASIH YUPS 

Anda mungkin juga menyukai