Anda di halaman 1dari 21

Metode Trickling Filter menggunakan

Media Bioball dan Batu Apung

PT. AERAFOOD ACS INDONESIA

KELOMPOK :

KIKI PUTRI AGUNG (114 172 0016)


RIZKA NUR KHOLIFA (114 172 0029)
PT. Aerofood Indonesia (Unit Surabaya) merupakan salah satu
penyedia jasa layanan makanan dan minuman untuk penerbangan
terbesar di Indonesia. Karakteristik limbahnya hampir serupa dengan
limbah dapur rumah tangga, perbedaan yang cukup spesifik yaitu
berasal dari konsentrasi minyak dan lemak yang tinggi. Air buangan
dari bahan makanan termasuk buangan organik yang dapat tergedrasi
oleh mikroorganisme dan akan terurai menjadi senyawa yang mudah
menguap dan berbau busuk. Agar limbah tersebut tidak dibuang
begitu saja ke badan sungai, maka diperlukan pengolahan untuk
mencegah dampak negatif yang dapat mengganggu keseimbangan
lingkungan dan kesehatan manusia.
Dept.
Penerimaan Bahan Mengambil Ruang Pengelola Ruang
Store
Baku (Receiving) Barang Bahan Produksi

Mobil
Tempat Tujuan Pengecekan Ulang Pengemasan
Pengecekan
Pada proses produksi PT. AERAFOOD ACS tersebut memiliki hasil-hasil pembuangan
atau disebut dengan limbah. Limbah PT. AERAFOOD ACS terbagi menjadi 2 bentuk jenis
limbah :
1. Limbah Padat : Sisa sayuran, daging, ikan, sisa-sisa lelesan roti atau sisa adonan,
kardus plastic kemas, dan sisa-sisa konsumen dari bandara yang langsung di proses
di PT. Aerafood ACS sendiri.

2. Limbah cair : limbah yang berasal dari air cucian buah, sayuran, daging, ikan, air
cucian alat-alat produksi dan air cucian peralatan yang sudah dipakai.
Air pada Bak
Pengendapan
Akhir
Limbah Padat
Pada limbah padat yang terdapat pada PT. ACS Aerafood bisa digunakan
kembali hasil atau limbah dari kardus-kardus yang tidak terpakai dapat diberikan
kepada pengelola limbah kardus agar limbah kardus langsung dapat digunakan
kembali
Sedangkan pada limbah bekas potongan bahan makanan bisa diberikan atau
melakukan kerjasama terhadap pengelola kebun binatang yang ada di sekitar kota
dan limbah tersebut dapat berguna dan bermanfaat kembali atau mengelolanya
menjadi makanan layak makan dan disumbangkan ke masyarakat yang
membutuhkan.
Pengolahan air limbah dengan proses Trickling Filter
adalah proses pengolahan dengan cara menyebarkan air limbah
ke dalam suatu tumpukan atau unggun media yang terdiri dari
bahan batu pecah (kerikil), bahan keramik, sisa tanur
(slag),medium dari bahan plastic atau lainnya. Dengan cara
tersebut maka pada permukaan medium akan tumbuh lapisan
biologis (biofilm) seperti lendir, dan lapisan biologis tersebut
akan kontak dengan air limbah dan menguraikan senyawa
polutan yang ada di dalam air limbah.
Proses yang terjadi pada pengolahan air buangan dengan sistem Trickling Filter yaitu
air limbah dialirkan ke dalam bak pengendapan awal untuk mengendapkan
padatan tersuspensi, selanjutnya air buangan dialirkan ke bak trickling filter melalui
pipa berlubang yang berputar. Dengan cara ini maka terdapat zona basah dan kering
secara bergantian sehingga terjadi transfer oksigen ke dalam air buangan. Pada saat
kontak dengan media tricking filter, air buangan akan kontak dengan mikroorganisme
yang menempel pada permukaan media, dan mikroorganisme inilah yang akan
menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air buangan.
Air buangan yang masuk ke dalam bak trickling filter selanjutnya akan keluar melalui
pipa underdrain yang ada di dasar bak dan keluar melalui saluran efluen. Dari saluran
effluen dialirkan ke bak pengendapan akhir dan air limpasan dari bak pengendapan
akhir merupakan air olahan.
Proses pengolahan air limbah dengan sistem Trickling Filter pada dasarnya hampir
sama dengan system lumpur aktif, dimana mikroorganisme berkembang biak dan menempel
pada permukaan media penyangga. Secara garis besar proses pengolahan air limbah
dengan system Trickling Filter dapat dilihat sebagai berikut :
limbah cair yang digunakan di industri PT. Aerofood langsung diambil dari unit sumur
pengumpul melalui tahapan penumbuhan biofilm selama 3 minggu kemudian running
selama 8 hari. Bibit mikroorganisme digunakan untuk proses penumbuhan biofilm,
diteteskan pada permukaan media melalui pipa distributor yang berputar dengan
kecepatan 50 rpm. Pertumbuhan biofilm dilihat dari perubahan warna pada permukaan
media trickling filter yang terbentuk lapisan lendir. Setelah biofilm tumbuh, maka
dilanjutkan dengan mengalirkan air limbah katering pada permukaan media trickling
filter (running). Pengambilan sampel efluen trikling filter dilakukan pada jangka waktu
running 8 jam, 24 jam, 72 jam, dan 168 jam, dengan parameter analisa BOD5
(Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand).
Dalam operasional Trickling Filter secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Trickling Filter Standar (Low Rate)
2. Trickling Filter Kecepatan tinggi
Masalah yang sering terjadi pada saat pengoperasian trickling filter adalah
sering timbul lalat dan yang berasal dari reactor. Sering terjadi pengelupasan lapisan
biofilm dalam jumlah yang besar. Pengelupasan lapisan biofilm ini disebabkan karena
perubahan beban hidrolik atau beban organic secara mendadak sehingga lapisan
biofilm bagian dalam kuran oksigen dan suasana berubah menjadi asam karena
menerima beban asam organic sehingga daya adhesive dari biofilm berkurang dan
terjadi pengelupasan.
Cara mengatasi gangguan tersebut yakni dengan cara menurunkan debit air
limbah yang masuk ke dalam reactor atau dengan cara melakukan aerasi di dalam bak
ekualisasi untk menaikkan konsentrasi oksigen terlarut.
Limbah cair katering memiliki mengikuti baku mutu limbah cair domestik, karena
karakteristik limbah cair katering menyerupai limbah cair rumah tangga. Nilai
parameter BOD5 dan COD limbah cair katering sebelum diolah, tidak memenuhi
baku mutu limbah cair domestic.
Nilai Parameter BOD5 efluen Trickling Filter Hasil pengolahan limbah cair katering
Aerofood menggunakan trickling filter dengan media bioball dan batu apung yang
diukur dari nilai BOD5 dinyatakan dalam tabel dan grafik berikut ini:
Parameter BOD5 menyatakan banyaknya materi organik dari limbah cair yang
mampu diuraikan oleh mikroorganisme, namun parameter BOD5 memiliki
keterbatasan karena masih belum menyatakan keseluruhan dari konsentrasi materi
organik dalam limbah cair. Berdasarkan grafik 3 diatas, penurunan BOD5 efektif
hingga 72 jam, setelah itu penurunan relatif datar.
Hasil pengolahan limbah cair katering Aerofood menggunakan trickling filter dengan
media bioball dan batu apung yang diukur dari nilai COD dinyatakan dalam tabel dan
grafik berikut ini:
Berdasarkan gambar 5, penurunan COD setelah 72 jam menunjukkan nilai
yang sama, baik pada trickling filter dengan media bioball maupun media
batu apung.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dapat disimpulkan bahwa efisiensi
removal parameter BOD5 dan COD pada Trickling Filter yaitu media batu apung lebih
efisiensi dari pada media bioball, hal ini disebabkan karena batu apung memiliki luas
permukaan yang besar sehingga biofilm yang tumbuh lebih banyak dibandingkan
media bioball.
Jika dibandingkan dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013
tentang baku mutu limbah domestik ( Rumah Makan/Restoran), hasil analisa effluent
belum memenuhi baku mutu. Namun, berdasarkan kriteria desain Trickling Filter,
penyisihan parameter BOD5 sudah memenuhi kriteria yaitu sebesar 60-90 % removal.
Keunggulan Proses Biofilm yaitu:
a. Pengoperasiannya mudah
b. Lumpur yang dihasilkan sedikit
c. Dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah maupun
konsentrasi tinggi
d. Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi
e. Pengaruh penurunan suhu terhadap elisiensi pengolahan kecil

Anda mungkin juga menyukai