Anda di halaman 1dari 12

• Defisiensi imun

• Integritas system imun adalah esensial untuk pertahanan terhadap


infeksi mikroba dan produk toksiknya. Defek salah satu komponen
system imun dapat menimbulkan penyakit berat bahkan fatal yang
secara kolektif disebut penyakit defisiensi imun.
• Defisiensi imun muncul ketika satu atau lebih komponen system imun
tidak aktif, kemampuan system imun untuk merespon pathogen
berkurang pada baik golongan muda dan golongan tua, respon imun
berkurang pada usia 50 tahun, respon juga dapat terjadi karena
penggunaan alcohol dan narkoba adalah akibat paling umum dari
fungsi imun yang buruk, namun, kekurangan nutrisi adalah akibat
yang paling umum yang menyebabkan defisiensi imun di Negara
berkembang. Diet kekurangan ataupun cukup protein berhubungan
dengan gangguan imunitas seluler, aktivitas komplemen, fungsi
fagosit, konsentrasi antibody, IgA, dan produksi sitokin, defisiensi
nutrisi seperti zinc, selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, B6
dan asam folik (vitamin B9) juga mengurangi respon imun.
• Penyakit defisiensi sebagai salah satu dari sekelompok penyakit yng
disebabkan oleh kerusakan system kekebalan. Gangguan
imunodefisiensi sekolomok dimana bagian dari system kekebalan
tubuh hilang atau rusak. Akibatnya, kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi dapat terganggu.

• Adanya defisiensi imun harus dicurigai apabila ditemukan tanda –


tanda klinis sebagai berikut:
• 1. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan jenis infeksinya
tergantung dari komponen system imun yang defektif.
• 2. Penderita dengan defisiensi imun juga rentan terhadap jenis
kanker tertentu.
• 3. Defisiensi imun dapat terjadi akibat defek pematangan limfosit
atau aktivasi atau dalam mekanisme efektor imunitas non spesifik
dan spesifik.
• 4. Yang merupakan paradox adalah bahwa imunodefisiensi tertentu
berhubungan dengan peningkatan insidens autoimunitas.
• A. Defisiensi imun non-spesifik :
• 1. Defisiensi komplemen
• 2. Defisiensi interferon dan lisozim
• 3. Defisiensi sel NK
• 4. Defisiensi system fagosit

• B. Defisiensi imun spesifik
• 1. Defisiensi kongenitial atau primer
• 2. Defisiensi imun spesifik fisiologik

• C. Defisiensi imun didapat atau sekunder
• 1. Infeksi
• 2. Obat, trauma, tindakan kateterisasi, dan bedah
• 3. Penyinaran
• 4. Penyakit berat
• 5. Kehilangan immunoglobulin
• 6. Agamaglobulinemia dengan timoma
• A. Antibody microbial dalam pemeriksaan defisiensi imun
• Penemuan antibody microbial telah digunakan dalam diagnosis
infeksi. Antibodi tersebut biasanya ditemukan dengan esai
ELISA. Antibody terhadap S. pneumonia ditemukan pada
hampir semura orang dewasa sehat, tetapi tidak pada indicidu
dengan defisiensi imun primer. Antibodi terhadap antigen virus
yang umum juga dapat digunakan bila ditemukan ada riwayat
terpajan dengan virus. Demikian juga, bila seseorang
diimunosasi, sebaiknya diperiks untuk antibody terhadap
toksoid tetanus, toksoid difteri, dan virus polio. Bila kadar
antibody rendah, sebaikmua individu dites dengan imunisasi
terhadap antigen mati dan responsnya dievaluasi 4-6 minggu
kemudian.
• B. Pemeriksaan in vitro

• Sel B dapat dihitung dengan flow cytometry yang


menggunakan antibody terhadap CD19, CD20, dan CD22. Sel
T dapat dihitung dengan flow cytometry yang dapat
menggunakan antibody monoclonal terhadap CD23 atau CD2,
CD5, CD7, CD4, dan CD8.
• Tes in vitro dilakukan dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi
bakterisidal, reduksi NBT atau stimulasi produksi superoksida
yang memberikan nilai enzim oksidatif yang berhubungan
dengan fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal.
• A. Garis umum
• Pengobatan dengan penderita defisiensi imun ntara lain
adalah dengan menggunakan antibiotikantiviral yang tepat,
pemberiaan pooled human immunoglobulin yabg teratur.
Transplantasi sumsum tulang dari donor dan resipien yang
memiliki hubungan genetic yang cocok telah dilakukan dengan
hasil yang baik pada beberapa kasus. Transplantasi timus fetal
telah pula dilakukan pada aolasi timus. Komplikasi yang dapat
terjadi akibat transplantasi yaitu bila jaringan transplantasi
menyerang sel pejamu-graft versus-host (GVH) reaction.
Iradiasi kenenjar getah bening total kadang memberikan hasil
yang lebih baik dibanding iradiasi seluruh tubuh dalam
mengontrol reaksi GVH.
• Tujuan pengobatan umumnya adalah untuk mengurangi
kejadian dan dampak infeksi seperti menjauhi subyek dengan
penyakit menular, memantau penderita terhadap infeksi,
menggunakan antibiotic/antiviral yang benar, imunisasi aktif
atau pasif memungkinkan dan memperbaiki komponen system
imun yang defektif dengan transfer pasif atau transplantasi.
• C. Pemberian globulin gama
• Globulin gama diberikan kepada penderita dengan defisiensi
Ig tertentu (tidak pada defisiensi IgA)
• D. Pemberian sitokin
• Pemberian infuse sitokin seperti IL-2, GM-CSF, M-CSF, dan IFN-
y kepada subyek dengan penyakit tertentu.
• E. Transfuse
• Transfuse diberikan dalam bentuk neutrofil kepada subyek
dengan defiesiensi fagosit dan pemberian transfeksi dengan
gen adonesin deaminase (ADA) untuk mengobati ACID.
• F. Transplantasi
• Transplantasi timus fetal atau stem cell dari sumsum tulang
dilakukan untuk memperbaiki kompetensi imun.
• G. Obat antivirus
• Ada beberapa strategi yang dapat di gunakan dalam
pengembangan obat efektif. Inhibitor protease virus sekarang
digunakan untuk mencegah proses protein precursor menjadi
kapsid virus matang dan protein core. Terapi dewasa ini
menggunakan kombinasi tiga obat yang terduru atas oritease
inhibitor dengan 2 inhibitor reserve transcriptase yang terpisah.
Hal itu digunakan untuk menurunkan kadar RNA virus dalam
plasma menjadi sanat rendah untuk lebih dari satu tahun. Perlu
pengamatan terhadap kemungkinan terjadinya resistensi.

• H. Vaksinasi
• Pengembangan waksin untuk penyebaran AIDS merupakan
penelitian yang di prioritaskan para ahli imunologi. Dewasa ini
vaksinasi terhadap AIDS masih belum dapat dikembangkan.
• I. Terapi genetic
• Terpi gen somatic menunjukkan harapan dalam terapi penyakit
genetic. Prosedur tersebut antara lain dilakukan dengan
menyisipkan gen normal ke populasi sel yang terkena penyakit.
• J. Terapi potensial
• AIDS disebabkan oleh berbagai virus varian retrovirus HIV
yang tergolong virus lenti, oleh karena menimbulkan penyakit
dengan perkembangan lambat. Virus merupakan virus RNA
yang memiliki enzim unik, reverse transciptase yang diperlukan
untuk sintesis dsDNA spesifik dari genom viral RNA. DNA baru
diintegrasikan dalam genom sel terinfeksi dan banyak yang
tetap laten dalam sel. Bila diaktifkan, DNA digunakan sebagai
tempat RNA yang diperlukan untuk memproduksi virus. Virus
dilepas dipermukaan sel dan envelop virus dibentuk dari
membrane sel pejamu, diubah oleh insersi glikoprotein virus.

• Dari pembahasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
defisiensi imun atau immunodefisiensi adalah salah satu gangguan
imunitas, dimana system kekebalan tidak berfungsi sebagaimana
mestinya karena satu atau lebih komponen system imun tidak aktif.
Defisiensi imun dibagi atas tiga bagian yaitu, defisiensi imun non
spesifik, system imun spesifik, dan defisiensi imun didapat / sekunder.
Diagnosisnya bisa dilakukan dengan pemeriksaan defisiensi imun
(antibody microbial) dan pemeriksaan in vitro. Sedangkan
pengobatannya bisa dilakukan dengan berbagi cara, diantaranya
adalah memberikan penjelasan secara garis umum dan tujuan
pengobatannya, pemberian globulin gama, pemberian sitokin,
tranfusi, transplantasi, obat antivirus, vaksinasi, terapi genetic, dan
terapi potensial.
• Sebelum dilakukan pengobatan, sebaiknya dilakukan dahulu
penanganan lanjutan seperti pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan
darah tepi, menghitung trombosit, menghitung jumlah leukosit total.
Pengobatan ini dilakukan untuk mengurangi kejadian dan dampk
infeksi seperti menjauhi subjek dengan penyakit menular, memantau
penderita terhadap infeksi.

Anda mungkin juga menyukai