Anda di halaman 1dari 29

CHAPTER 6

HOW CELLS GROW


Karina Berliana M. 05161036
Ghifar Fauzi 05161027
Maisa Qonitha 05161039
Akhmad Fathur Rahman 05171007
Dwi Aprilia Kartika Sari 05171026

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Content:
6.1. Introduction 155 6.2. Batch Growth 156

6.2. Batch Grow


6.2.1. Quantifying Cell Concentration, 156
6.2.2. Growth Patterns and Kinetics in Batch Culture, 160
6.2.3. How Environmental Conditions Affect Growth Kinetics, 169
6.2.4. Heat Generation by Microbial Growth, 173

6.3. Quantifying Growth Kinetics 175

6.4. How Cells Grow in Continuous Culture 189


6.2.1. Quantifying Cell Concentration
Kuantifikasi konsentrasi sel dalam media kultur sangat pen
ting untuk menentukan kinetika dan stoikiometri pada per
tumbuhan mikroba. Ada 2 metode yang digunakan yaitu:
1. Secara langsung
• Menentukan densitas jumlah sel menggunakan hemosi
tometer.
• Menentukan konsentrasi massa sel menggunakan pene
ntuan berat kering seluler. Tetapi hanya berlaku untuk s
el-sel yang tumbuh dalam medium bebas zat padat.

2. Secara tidak langsung


• Digunakan pada proses fermentasi
• Dengan cara mengukur konsumsi substrat atau pembe
ntukan produk selama jalannya pertumbuhan.
• Yaitu komponen sel intraseluler seperti RNA, DNA, dan
protein.
6.2.2. Growth Patterns and Kinetics in Batch
Culture

Pola pertumbuhan dan kinetika suatu mikroba pada batch culture


merupakan sistem kultur tertutup (menggunakan tabung reaksi atau flask)
tanpa adanya penambahan medium baru ke dalam kultur.
Mikroba dalam sistem tertutup mengalami 4 fase pertumbuhan:
1. Fase lag
2. Fase eksponensial
3. Fase stasioner
4. Fase kematian

Pertumbuhan mikrobia dalam sistem tertutup menyebabkan fase


eksponensial mikrobia sangat terbatas (Brock, 2012).
Gambar: Kurva Pertumbuhan Populasi Mikroba dalam Batch
Culture.
Waktu yang dibutuhkan mikroba untuk tumbuh beradaptasi di da
lam medium baru. Adaptasi mikroba dilakukan untuk mensintesis
enzim-enzim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan lebih lanjut.
• Populasi mikrobia mengalami pembelahan paling tinggi dan kons
tan dalam waktu generasi yang pendek.
• Waktu generasi mikrobia merupakan waktu yang dibutuhkan sel
mikrobia untuk membelah menjadi 2 sel.
• Setiap sel mikrobia akan membelah 2x lipat sehingga peningkata
n jumlah populasi selalu 2n, n adalah jumlah generasi.
Pada fase log atau eksponensial, awalnya sel mikrobia mem
belah secara pelan kemudian penambahannya semakin men
ingkat cepat. Secara matematis memiliki rumus:

Nt = N02n

Nt : jumlah sel setelah tumbuh selama waktu t


t : waktu pertumbuhan selama fase eksponensial
N0: jumlah sel mula-mula selama fase eksponensial
2 : bilangan tetap (pembelahan biner)
n : jumlah generasi (pembelahan)
Mikrobia mengalami pertumbuhan yang terbatas dan konstan selam
a fase stasioner. Pada fase stasioner, pembelahan sel yang terjadi sa
ngat lambat. Jumlah pembelahan sel dengan sel yang mati seimban
g, sehingga jumlah sel relatif konstan (pertumbuhan 0)
Fase stasioner terjadi karena beberapa alasan yaitu:
• Terbatasnya nutrisi essensial dalam kultur yang mulai berk
urang,
• Bagi organisme aerobik, ketersediaan O2 dalam medium
mulai berkurang,
• Banyaknya sisa metabolisme yang tertimbun dalam mediu
m kultur sehingga pertumbuhan mikroba terhambat (Broc
k, 2012 dan Prescott, 1999).
terjadi jika terjadi perubahan lingkungan menjadi tidak menguntung
kan, seperti berkurangnya nutrisi essensial dalam medium dan meni
ngkatnya akumulasi zat toksik dalam medium. Sel mikrobia yang ma
ti akan mengalami lisis (Prescott, 1999).
6.2.3. How Environmental Conditions Affect Gro
wth Kinetics

1. Suhu
• Suhu mempengaruhi pembentukan produk .
• Suhu dapat mempengaruhi langkah pembatas laju dalam
proses fermentasi
• Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan
pertumbuhan dipercepat.
• Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertu
mbuhan akan terhenti
• Berdasarkan golongan: suhu minimum, suhu optimum, su
hu maksimum
• Berdasarkan suhu optimum: Psychrophiles <20 °C ; Mesop
hiles 20-50 °C ; Thermophiles : >50 °C
• Berdasarkan ketahanan panas: Peka terhadap panas. tahan
terhadap panas, thermodurik.
2. pH (Keasaman atau Kebasaan)
• Berdasarkan pH: pH Optimum, pH Maksimum, pH Mini
mum
• Berdasarkan pH optimum:
Bakteri : 3-8
Yeast : 3-6
Mold : 3-7
Sel tumbuhan : 5-6
Sel hewan : 6,5-7,5
• Berdasarkan kondisi habitat: Bakteri halofilik, halofil oblig
at, halofil fakultatif
Gambar: Variasi laju pertumbuhan spesifik dengan pH
3. Oksigen Terlarut
• Berdasarkan kebutuhan oksigen, yaitu: Aerobik, Anaerob,
Anaerobik fakultatif, Mikroaerofilik, Kapnofilik.
• Tingkat penyerapan oksigen dilambangkan sebagai OUR (t
ingkat serapan oksigen)

• qO2adalah tingkat spesifik konsumsi oksigen(mg O2 / g dw


cells.h),
• YX/O2 adalah koefisien hasil pada oksigen (g dw sel / g O2),
• X adalah konsentrasi sel (g dw sel / l)
6.2.4. Heat Generation by Microbial
Growth
• Sekitar 40% hingga 50% dari energi yang tersimpan dala
m sumber karbon dan energi diubah menjadi energi biolo
gis (ATP) selama metabolisme aerobik, dan sisa energi dil
epaskan sebagai panas.
• Panas yang dihasilkan selama pertumbuhan mikroba dapa
t dihitung dengan menggunakan panas pembakaran subs
trat dan bahan seluler, dapat dihitung:

• Tingkat total evolusi panas dalam fermentasi batch adalah

VL adalah volume liquid


X adalah konsentrasi sel (g/l)
6.3. Quantifying Growth Kinetics
Kinetika Enzim:
Model kinetika enzim didasarkan pada data dari eaktor batch
dengan volume cairan konstan di mana substrat awal
dilambangkan dengan [S0] dan enzim [E0] diketahui
Ada dua pendekatan utama yang digunakan dalam menghitung
laju reaksi enzim yang dikatalisasi:
• Pendekatan Kesetimbangan reaksi
• Pendekatan quasi-steady-state

Model Mekanistik untuk Kinetika Enzim Sederhana


Asumsi Kesetimbangan Asumsi Kesetimbangan
Penentuan Parameter Laju Eksperimen dengan Kinetika Michaelis
-Menten
Perhitungan presisi nilai Km dan Vm sehingga diperoleh presisi ya
ng baik sangatlah sulit. Umumnya data eksperimen dapat diperol
eh dari laju eksperiment mula-mula. Reaktor diisi oleh substrat d
an enzim. Kemudian laju reaksi dihitung dalam interval waktu ter
tentu.

1. Plot Ganda Timbal Balik (Double-reciprocal plot)


Plot 1 / v versus 1 / [S] menghasilkan garis linier
dengan kemiringan km / Vm dan y-axis intercept
dari 1 / Vm, seperti yang digambarkan. Plot ganda
timbal balik memberikan perkiraan yang baik pada
Vm, tetapi tidak tentu saja di Km. Karena kesalahan
tentang kebalikan dari titik data tidak simetris.
2. Eadi-Hofstee Plot

plot v versus v / [S] menghasilkan garis kemiringan -Km


dan y-axis intercept dari Vm. Plot Eadie – Hofstee dapat
menjadi sasaran kesalahan besar karena kedua koordinat
mengandung u, tetapi ada bias kurang pada titik pada [S]
rendah.
3. Hanes-Woolf Plot

Plot [S] / v versus [S] menghasilkan garis kemiringan 1 / Vm


dan y-axis intercept dari Km / Vm. Plot ini digunakan untuk
menentukan Vm lebih akurat.
4. Kinetika Batch

5. Interpretasi dari Km dan Vm


Ketika enzim merupakan bagian dari persiapan kasar, konsentr
asinya adalah dalam hal Satuan. Sebuah "unit" adalah jumlah e
nzim yang memberikan jumlah katalitik yang telah ditentukan
aktivitas dalam kondisi tertentu. Sebagai contoh, satu unit aka
n membentuk satu mmol produk per menit pada pH dan suhu
tertentu dengan konsentrasi substrat banyak lebih besar dari n
ilai Km. Aktivitas spesifik adalah jumlah unit aktivitas per
jumlah total protein
6.4. How Cells Grow in Continuo
us Culture

PROSES

BATCH KONTINYU
Alat atau Perangkat Khusus untuk Kultur Kontinyu

• Turbidostat
• Chemostat

Sumber: The Chemostat: Mathematical Theory of Mic Sumber:Bioprocess Engineering: Basic Conce
roorganism Cultures by Jérôme Harmand, Clau pts Prentice Hall by Michael L Shuler,
de Lobry, Alain Rapaport, Tewfik Sari Fikret Kargi
Chemostat Ideal

... (1)

... (2)

Karena laju pertumbuhan dibatasi oleh setidaknya satu subst


rat ,kinerja chemostat dapat dibuat dengan mengganti
persamaan Monod ... (3)

- F = laju aliran nutrisi (l/h)


- Xo = konsentrasi sel awal (g/l)
Sumber:Bioprocess Engineering: Basic Concepts Prentice Hall by Micha
- μg dan kd = konstanta pertumbuhan atau
el L Shuler, Fikret Kargi
endogen (h^-1)
- Vr = volume kultur (l)
- D = tingkat pengenceran (F/Vr)
- S = konsentrasi pembatas substrat (g/l)
Chemostat sebagai Alat
Chemostat dapat digunakan sebagai alat untuk mempel
ajari mutasi dan pemilihan kultur dan dapat pula untuk
mempelajari pengaruh perubahan lingkungan pada fisi
ologi sel

• Mutasi alami dapat terjadi pada


Chemostat

• Kultur Chemostat dapat


digunakan pada pemilihan
organisme khusus
Penyimpangan dari Ideal

Dalam chemostat yang tidak sempurna campuran yang st


agnan, Tingkat pengenceran (D) bisa melebihi μm. Tingkat
pengenceran diperoleh dengan menetapkan nilai S0 = S1
= S2
Sumber:Bioprocess Engineering: Basic Concepts Prentice Hall by Micha
el L Shuler, Fikret Kargi
Sumber:
Bioprocess Engineering: Basic Concepts Prentice Hall by Mich
ael L Shuler, Fikret Kargi
PhDSchool of Applied Science, South Bank University, London,
UK

Anda mungkin juga menyukai

  • Bon
    Bon
    Dokumen40 halaman
    Bon
    Linda Yulistiono
    Belum ada peringkat
  • 10 Enzim
    10 Enzim
    Dokumen50 halaman
    10 Enzim
    Linda Yulistiono
    Belum ada peringkat
  • 72 122 1 SM
    72 122 1 SM
    Dokumen15 halaman
    72 122 1 SM
    Faizah
    Belum ada peringkat
  • Industri Farmasi - PMK
    Industri Farmasi - PMK
    Dokumen37 halaman
    Industri Farmasi - PMK
    Arlette Derizka
    Belum ada peringkat
  • Pik
    Pik
    Dokumen16 halaman
    Pik
    Linda Yulistiono
    Belum ada peringkat
  • Industri Farmasi - PMK
    Industri Farmasi - PMK
    Dokumen37 halaman
    Industri Farmasi - PMK
    Arlette Derizka
    Belum ada peringkat