Kepanitraan Klinik SMF Ilmu Telinga, Hidung dan Tenggorok
RSUD Dr. RM. DJOELHAM KOTA BINJAI TAHUN 2018 1. Mengapa ketidakseimbangan hormon menjadi etiologi JNA ? Sebenarnya etiologi dari JNA masih dalam perdebatan para ahli, namun ada hipotesa yang mengatakan bahwa JNA merupakan tumor yang bergantung pada hormon testosteron yang mana hormon tersebut masih dalam keadaan tidak aktif sampai pada waktu mulainya pubertas. Lalu pada saat mulainya masa pubertas tersebut terjadinya peningkatan kadar testosteron yang mengakibatkan tumor tersebut tumbuh, akan tetapi ada peran dari estrogen sebagai antagonis sehingga dapat menyebabkan penurunan produksi hormon testosteron dan kemudian mengurangi ukuran tumor tersebut. 2. Bagian mana saja yang terkena dampak dari JNA ? Serta apa perbedaan tumor jinak dan ganas? Jadi apabila JNA tersebut telah membesar dapat mengenai beberapa jaringan sekitar seperti : sinus paranasal, pipi, mata, dan tengkorak, sehingga dapat mendestruksi bagian tersebut. Perbedaan tumor jinak dan ganas pada nasofaring yaitu pada tumor jinak terdapat pembesaran masih di daerah sekitar ( tidak menyebar ), berbeda dengan tumor ganas pembesarannya meluas dan menyebar pada area sekitar para faring. 3. Apa perbedaan polip hidung dengan JNA ? Polip hidung - Massa lunak yang mengandung cairan dalam rongga hidung disebabkan inflamasi mukosa - Massa bertangkai dengan permukaan licin - Berbentuk bulat atau lonjong - Warna putih keabu-abuan dan agak bening - Tidak sensitif ( ditekan tidak sakit ) - Terdapat pada bagian rongga hidung seperti konka, sinus - Tidak ada faktor jenis kelamin. JNA - Secara histologis diakatakan tumor jinak namun secara klinis ganas. - Massa tumor dengan konsistensi kenyal - Warna dari abu-abu sampai merah muda - JNA sangat sensitif ( mudah berdarah ) - Terdapat pada bagian nasofaring dan meluas ke jaringan sekitarnya - Sering terjadi pada remaja laki-laki umur 7-19 tahun 4. Terapi pembedahan apa saja yang dilakukan pada JNA ? Serta sebutkan kapan masing- masing terapi dilakukan ? - Stadium I : Tumor terbatas di nasofaring - Stadium II : Meluas ke kavum nasi dan atau sinus sfenoid. - Stadium III : Meluas ke salah satu atau lebih sinus maksila dan etmoid, fossa pterigomaksila dan infratemporal, orbita dan atau pipi - Stadium IV : Meluas ke rongga intra kranial. rinotomi lateral, transpalatal, transmaksila, atau sphenoethmoidal digunakan untuk tumor-tumor yang kecil (stadium I atau II), rinotomi sublabial, kombinasi, kraniotomifrontotemporal bila sudah meluas ke intrakranial. (Stadium lanjut) Kapan masing-masing terapi dilakukan : - Terapi pembedahan bisa dilakukan di semua stadium JNA tetapi pada stadium lanjut susah dilakukan, karena sulit menjangkau tumor setelah mencapai bagian intrakranial. - Terapi hormonal dilakukan pada stadium awal I dan II JNA, efektif mengurangi tumor sekitar 44%, jika digunakan pada stadium lanjut presentasenya makin berkurang dari sebelumnya. - Radioterapi dapat dilakukan pada stadium I II dengan tingkat keberhasilan 80-100%, bisa juga dilakukan pada stadium lanjut tetapi dengan tingkat kegagalan 50-80%. - Sitoktosik, kemoterapi dilakukan bersamaan dengan terapi radiasi. Kemoterapi sebagai terapi tambahan pada tumor nasofaring dan dapat meningkatkan hasil terapi terutama pada stadium III dan IV dan pada saaat keadaan relaps. 5. Berapa lama perjalanan angiofibroma nasofaring dari stage 1 – stage 4 ? TERIMA KASIH