Kebidanan sejak dahulu kala telah ada untuk mengurusi wanita yang
melahirkan, tetapi upaya untuk mengatur pelatihan dan praktik kebidanan
baru dibuat pada tahun 1881. Bagi banyak bidan, transisi dari penolong
biasa menjadi bidan yang professional secara kademik tidak mudah.
Banyak bidan mengungkapkan kekhawatiran mereka bahwa seni
kebidanan akan dibatasi dengan apa yang dianggap oleh obsesi terkini
sebagai ilmu pengetahuan. Kebidanan sudah ada sejak lama. Ilmu tersebut
berkembang dari yang berupa keahlian dan keterampilan tangan yang
diturunkan dari generasi ke generasi. Sampai menjadi suatu seni dan
profesi yang berkembang berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Semua
pendidikan untuk menjadi seorang bidan, berada pada tingkat diploma,
dengan lebih banyak pendidikan untuk menjadi seorang bidan yang ahli
dalam bidang tertentu. Sebagai seorang bidan, tidak hanya ilmu
kebidanan yang harus diketahui tapi juga tentang psikologi seorang calon
ibu.
2.1. Wanita Dewasa
2.1.2. PengertianWanitaDewasa
MenurutSantrock (2002),
masadewasaawaladalahmasauntukbekerjadanmenjalinhubungandenganlawan
jenis, terkadangmenyisakansedikitwaktuunutlhallainnya.
Bagikebanyakanindividu, menjadi orang dewasamelibatkanperiodetransisi
yang panjang. Baru-baruini,
transisidarimasaremajakedewasadisebutsebagaimasaberanjakdewasa yang
terjadidariusia 18 sampai 25 tahun,ditandaiolehekperimendaneksprolasi.
Sebuah survei pun dilakukan untuk mengetahui siapakah yang lebih unggul
dalam beberapa kriteria. Dalam survei tersebut, wanita muda dikategorikan
berumur 18-25 tahun sedangkan wanita dewasa berusia 33-45 tahun.
Dikutip dari Askmen, Rabu (30/9/2009), ada 6 kriteria yang membedakan
keunggulan wanita muda dan wanita dewasa
. Tubuh
Sudah jelas wanita muda lebih baik untuk kriteria ini. Seorang wanita muda masih memiliki sistem metabolisme
yang tinggi, sedikit stres dan kulitnya masih penuh dengan kolagen yang membuatnya tampak kencang dan
elastis. Berbeda dengan wanita muda, wanita dewasa biasanya banyak melakukan perawatan dan botox untuk
mempertahankan penampilannya karena mereka lebih banyak punya uang. Namun tetap saja bagi pria, tubuh
wanita muda lebih disukai.
2. Seks
Berbicara soal seks, sepertinya para pria lebih suka wanita yang matang. Pria menganggap wanita matang lebih
ahli dan pengalamannya jauh lebih baik daripada wanita yang masih muda. Meskipun wanita muda lebih enerjik
dan menarik, tapi banyak yang gugup dan mengecewakan pasangannya ketika melakukan seks di malam
pertama. Sebaliknya wanita dewasa yang matang lebih percaya diri dan bahkan lebih ahli daripada pria itu
sendiri.
3. Pendapatan
Wanita muda tidak punya banyak pilihan untuk bekerja di usianya. Kebanyakan dari mereka masih kuliah atau
baru memasuki dunia kerja. Memang ada juga wanita yang masih muda tapi penghasilannya lumayan, tapi
kebanyakan pekerjaan mereka bersifat instan dan biasanya akan mudah pula kehilangan pekerjaan tersebut.
4. Sikap
Untuk kriteria ini, sepertinya lelaki cenderung menyukai sifat wanita muda. Menurut para pria, wanita yang
masih muda lebih penurut, menyenangkan dan gampang dibentuk sesuai keinginan pria. Berbeda dengan
wanita dewasa dan matang, mereka cenderung punya pemikiran sendiri dan susah diberi arahan oleh
pasangannya.
5. Kebiasaan
Berpasangan dengan wanita muda sepertinya tidak akan membosankan. Mereka akan selalu berpakaian modis,
ceria, selera musiknya tidak ketinggalan zaman dan punya ide-ide yang unik dan kreatif. Kebiasaan-
kebiasaannya itu tentu saja bisa menular pada pasangan prianya, dan itu akan membuat hubungan tetap segar
dan tidak menjemukan.
Berdasarkan hasil survei, ternyata pemenangnya adalah wanita muda. Meskipun wanita dewasa yang matang
punya lebih banyak pengalaman hidup, seks dan pendapatan, namun para pria ternyata lebih menyukai wanita
muda. Bagaimana dengan Sahabat? Pilih yang mana?? Silahkan Sharing biar nambah informasi. (detik health)
2.1.2Masa Kehamilan
Dalam teorinya Marcer lebih menekan kan pada stres ante partum
dalam pencapaian peran ibu . ia mengenditifaki seorang wanita
pada awal post partum menunjukan bahwa wanita akan lebih
mendekatkan diri kepada bayi di bandingkan dengan melakukan
tugasnya sebagai seorang ibu pda umumnya. Marcer seperti
ditulis Chalmers ete al (1981) juga menjelaskan bahwa dukungan
selama hamil akan memberi pengaruh baik pada keadaan berikut :
Keterbatasan social seseorang.
Kurangnya dukungan social
Minimnya ‘’Self esteem’’ diantara para ibu.
◦ Adat Kebiasaan Melahirkan
Peristiwa kelahiran itu bukan hanya merupakan proses yang
fisiologis belaka, akan tetapi banyak pula diwarnai komponen-
komponen psikologis. Jika seandainya kelahiran itu cuma
fisiologis saja sifatnya, dan kondisi organisnya juga normal,
maka pasti proses berlangsungnya akan sama saja di mana-
mana dan pada setiap wanita, serta tidak akan mempunyai
banyak variasi. Sedang pada kenyataannya, aktivitas
melahirkan bayi ini cukup bervariasi. Dari yang amat mudah
dan lancar sampai pada yang sangat sukar, baik itu normal
maupun abnormal dengan operasi SC dan lain-lain.Banyak
orang berspekulasi tentang mudah atau sulitnya aktivitas
melahirkan bayi itu, dengan memperbandingkan prosesnya
dengan berbagai suku bangsa yang mempunyai bermacam-
macam buday.
EmosiPadaSaatHamildanProsesMelahirkan
Emosi Pada Saat Hamil dan Proses Melahirkan
Perubahan emosional terjadi selama kehamilan. Hormon dapat mempengaruhi
suasana hati dan karena kadarnya yang naik turun maka demikian juga
suasana hati anda. Oleh karena itu adalah hal yang normal bila anda merasa
sedih, menangis, panik, sedikit tidak yakin atau merasa senang luar biasa.
Perubahan ini harus dihadapi sekalipun agak membingungkan untuk
sementara waktu.
Secara psikologis, stres pada ibu hamil dapat dibagi dalam tiga tahapan,
sambung Eko. Tahap pertama adalah pada triwulan pertama, yaitu pada saat
usia kehamilan satu hingga tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya
ibu belum terbiasa dengan keadaannya, di mana adanya perubahan hormon
yang mempengaruhi kejiwaan ibu, sehingga ibu sering merasa kesal atau
sedih. Selain itu, ibu hamil ada juga yang mengalami mual-mual dan morning
sickness, yang mengakibatkan stres dan gelisah.
Tahap kedua saat triwulan kedua, yaitu pada saat usia kehamilan empat hingga
enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu sudah merasa tenang,
karena telah terbiasanya dengan keadaannya. Di tahap ini, ibu hamil sudah
dapat melakukan aktivitas, termasuk aktivitas hubungan suami istri.
SomaticdanSpikis YangMempengaruhiKelahirkan
faktor-faktor yang berpengaruh dalam kehamilan terus menerus
saling mempengaruhi, yaitu :
Faktor-faktor somatik (somatogenik)
Neroanatomi
Nerofisiologi
Nerokimia
Tingkat kematangan dan perkembangan organik
faktor-faktor psikologik (psikogenik)
Interaksiibu-anak: normal (rasa percayadan rasa aman) atau abnormal
berdasarkankekurangan, distorsidankeadaan yang terputus
(perasaantakpercayadankebimbingan)
Peranan ayah
Persainganantarasaudarakandung
Inteligensi
Hubungandalamkeluarga, pekerjaan, permainandanmasyarakat.
Kehilangan yang mengakibatkankecemasan, depresi, rasa maluatau
rasa malu
Tingkat perkembanganemosi.
Kegelisahan dan Ketakutan Menjelang Kelahiran Bayi
Pada setiap wanita, baik yang bahagia maupun yang tidak
bahagia, apabila dirinya jadi hamil pasti akan dihinggapi
campuran perasaan, yaitu rasa kuat dan berani menanggung
segala cobaan, dan rasa-rasa lemah hati, takut, ngeri; rasa
cinta dan benci; keragu-raguan dan kepastian; kegelisahan dan
rasa tenang bahagia; harapan penuh kabahagiaan dan
kecemasan, yang semuanya menjadi semakin intensif pada
saat mendekati masa kelahiran bayinya.
Sebab-sebabnya antara lain adalah sebagai berikut:
Takut mati
Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah satu fenomena
fisiologis yang normal, namun hal tersebut tidak kalis dari
resiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses yang normal
sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan hebat
peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan-ketakutan
khususnya takut mati baik kematian dirinya sendiri maupun
anak bayi yang akan dilahirkan. Inilah penyabab pertama.
Trauma kelahiran
Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan
bayinya, adapula ketakutan lahir (takut dilahirkan di dunia ini)pada anak bayi, yang kita
kenal sebagai “trauma kelahiran”. Trauma kelahiran ini berupa ketakutan kan
berpisahnya bayi dari rahim ibunya. Yaitu merupakan ketakutan “hipotesis” untuk
dilahirkan di dunia, dan takut terpisah dari ibunya.
Ketakutan riil:
Pada saat wanita hamil, ketakutan untuk melahirkan bayinya itu saat bisa diperkuat oleh
sebab-sebab konkret lainya. Misalnya:
Takut kalau-kalau bayinya akan lahir cacad, atau lahir dalam kondisi yang patologis;
Takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa-dosa ibu itu sendiri di
masa silam.
Takut kalau beban hidupnya akan hidupnya akan menjadi semakin berat oleh lahirnya
sang bayi
Muncunya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan
dipisahkan dari bayinya;
Takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai waktu
melahirkan bayinya. Ketakutan ini bisa diperkuat oleh rasa-rasa berdoa atau bersalah.
Faktor fisik
Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut.
Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke
pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
2.4 Reaksi Wanita Hipermaskulin Dalam Menghadapi Kelahiran
A. Pengertian Wanita Hipermaskulin
Wanita Hipermaskulin adalah wanita yang memiliki sifat aktif dam kejantanan. Pada
wanita ini sejak awal kehamilan dihadapkan pada perasaan enggan untuk melahirkan
tetapi dia ingin memiliki anak. Dia menganggap bahwa anak dapat menghambat
pekerjaan dan karirnya.
B. Reaksi Wanita Hipermaskulin
Reaksi yang terjadi pada wanita hipermaskulin adalah selalu diikuti perasaan bahwa dia
sangat berharap dan mendambakan anak tetapi ada konflik batin bahwa dia juga tidak
suka mendapatkan keturunan akibatnya akan timbul ketidak percayaan diri pada wanita
tersebut, bahkan dapat mengalami gangguan saraf seperti sakit kepala hebat pada satu
sisi saja atau migraine. Ketika wanita hipermaskulin mengetahui dirinya hamil pertama
kali akan timbul konflik batin. Dia merasa seperti mimpi. Emosi – emosi negatif akan
mengikuti wanita ini, akibatnya timbul rasa khawatir dan kecemasan yang berlebihan.
2.5 Reaksi Wanita Total Pasif dalam Menghadapi Persalinan
A. Pengertian Wanita Total Pasif
Wanita total pasif adalah kebalikan dari hiperaktif, dia tidak terlalu peduli dan
mempunyai sifat pasif yang sangat ekstrim. Pada saat kehamilan, wanita ini bahan tidak
menyadari apa yang dia alami. Dia merasa tidak bertanggungjawab pada keadaan
dirinya dan apapun yang terjadi pada dirinya. Dia hanya merasa di dalam perutnya
kebetulan ada janin dan kabetulan perutnya yang ditempati janin itu untuk akhirnya
nanti dilahirkan. Dia menganggap bahwa dia tidak bertaggung jawab atas semua ini
karena yang harus bertanggung jawab untuk proses kelahiran nanti adalah para dokter
atau tenaga kesehatan yang menolongnya
B. Reaksi Wanita Total Pasif
Pada wanita total pasif, dia merasa tidak perlu tahu tentang kehamilannya. Dia tidak
tahu harus bagaimana dan harus bersikap seperti apa. Semua hal tentang kehamilannya
dianggap tidak ada gunanya. Suami atau ibunya yang harus mengurus semua ini karena
batinnya dapat terganggu kalau dia harus mengurus kehamilannya
C. Tingkah Laku Wanita Total Pasif
Tingkah laku wanita total pasif selama kehamilannya sangat khas, yaitu:
1. Bersikap pasif.
2. Bergantung pada ibunya.
3. Menyuruh suami melakukan semua tugasnya.
4. Tingkah lakunya infantil, kekanak-kanakan.
5. Penampakan dirinya sebagai gadis kecil yang main boneka.
6. Merasakan kehamilan dan kelahiran sebagai peristiwa magis yang menakjubkan.
7. Jika kehamilannya semakin tua wanita ini jadi sangat tidak sabaran dan menjadi
semakin pasif, ia banyak mengeluh dan mendesak lingkungannya agar kelahiran
bayinya bisa dipercepat.
8. Sama sekali tidak merasa bertanggung jawab terhadap benda yang ada di
rahimnya itu.
9. Secara tidak sadar merasakan coitus.
10. Menyerahkan semua tanggung jawab kepada ibunya
11. Mengharapkan ibunya terus menerus menunggui dirinya di saat hamil dan
melahirkan bayinya untuk memberikan atensi pada kelahiran janinnya kelak.
◦ Kesimpulan