Anda di halaman 1dari 26

Disampaikan Oleh :

Hj. Hasriaty Saleh, S.Sos


Ketua IBI Propinsi Sulawesi Barat
Amanat Undang – Undang 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga pasal 19 ayat (1) bahwa
pengendalian kualitas penduduk berhubungan
dengan perkiraan :
a). Jumlah, struktur dan komposisi penduduk
b). Pertumbuhan penduduk
c). Persebaran penduduk
MASALAH KEPENDUDUKAN INDONESIA

Penduduk BESAR dengan Kualitas Relatif


Rendah

Pertumbuhan penduduk masih cukup tinggi

Angka Kelahiran masih cukup tinggi

MORTALITAS :
• Angka Kematian Anak masih TINGGI
• Angka Kematian IBU masih TINGGI
• Angka Harapan HIDUP masih RENDAH

MORBILITAS :
• Penyebaran yang tidak MERATA
• URBANISASI
• TRANSMIGRASI
• TKI/TKW. dll
Tingginya angka kelahiran harus
dikendalikan melalui penyelenggaraan
keluarga berencana agar terwujud
penduduk tumbuh seimbang dan keluarga
berkualitas.

Pelayanan keluarga berencana dilakukan


secara bersama-sama oleh pemerintah,
bersama LSM, organisasi kemasyarakatan,
organisasi profesi dan pihak swasta
dilakukan upaya advokasi dan penggerakan
KEPENDUDUKAN adalah hal ihwal yang berkaitan
dengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran,
mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi
kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial
budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat.

KELUARGA BERENCANA adalah upaya mengatur


kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.

PEMBANGUNAN KELUARGA adalah upaya


mewujudkan keluarga berkualitas yang
hidup dalam lingkungan yang sehat.
Meningkatkan
kesejahteraan ibu dan
anak dalam rangka
mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia,
sejahtera yang menjadi
dasar terwujudnya
masyarakat yang
sejahtera dengan
mengenalikan
kelahiran, sekaligus
dalan rangka menjamin
terkenalinya
pertumbuhan penduduk
di Indonesia.
1. Menurunkan angka kematian maternal
dengan adanya perencanaan kehamilan
yang aman, sehat dan diinginkan.
2. Memberikan kontribusi bagi pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan
kependudukan.
3. Program keluarga berencana nasional
adalah program untuk membantu keluarga
termasuk individu anggota keluarga untuk
merencanakan kehidupan berkeluarga yang
baik sehingga dapat mencapai keluarga
berkualitas.
1. PUS usia muda yang belum ber-KB.
2. PUS istirahat yang sudah ber-KB.
3. Pelaksana dan pengelola KB.
4. Remaja yang mencakup penanaman dan penghayatan NKKBS.
5. Kelompok masyarakat yang masih sukar diajak ber-KB dan
keluarga masyarakat di daerah tertinggal terpencil dan
perbatasan (GALCITAS)
6. Kaum pria sebagai usaha dalam pelaksana pogram
danmelembagakan NKKBS.
7. Program kesejahteraan ibu dan anak yang mengarah pada
kesejahteraan bayi dan ibunya.
8. Sasaran Pelayanan Keluarga Berencana
9. PUS yang ingin mencegah kehamilan karena alasan pribadi.
a. PUS yang ingin menjarangkan kehamilan
b. PUS yang ingin membatasi jumlah anak.
c. Keluarga yang memiliki lebih dari 5 anak
1. Penguatan pencapaian pelayanan secara seimbang
antara lain mewajibkan setiap tenaga kesehatan
melayani KB, menjamin ketersediaan alokon di
setiap fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes/
puskesmas/ klinik KB), penggerakan lini lapangan
dan pemberdayaan institusi masyarakat perdesaan/
perkotaan.
2. Pembinaan dan peningkatan kesertaan ber-KB
melalui intensifikasi penggarapan pembangunan KB
di 16 provinsi, yang terdiri dari 10 provinsi
penyangga utama Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Lampung, Jawa Barat, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
Selatan dan Nusa Tenggara Timur dan perhatian
terhadap 6 provinsi, yaitu 2 provinsi : Papua dan
Papua Barat dan 4 provinsi : Aceh, Nusa Tenggara
Barat, Maluku, dan Maluku Utara.
3. Harmonisasi Program dan Anggaran dalam
bidang KB dan Kesehatanantara lain penegasan
pelayanan KB dalam SJSN (JKN), pembiayaan
antara APBN dan APBD (termasuk peningkatan
Dana Alokasi Khusus/DAK Bidang KB).
4. Peningkatan Advokasi dan KIE difokuskan pada
sasaran kelompok khusus (pasangan usia muda
dan memiliki dua anak); PUS dari keluarga
miskin,serta pelayanan KB di wilayah sulit dan
kumuh melalui kampanye “2 ANAK CUKUP” dan
“4 TERLALU” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering, dan terlalu dekat dalam melahirkan).
5. Pembinaan/pelestarian akseptor KB untuk
meningkatkan jumlah akseptor, dan
menurunkan angka Drop Out (DO), serta
meningkatkan penggunaan alat dan obat
kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
6. Peningkatan distribusi alokon ke Klinik
KB/Puskesmas secara optimal agar
kebutuhan ber-KB terpenuhi secara baik.
7. Pembinaan remaja melalui Generasi
Berencana (GenRe).
8. Penguatan kapasitas kelembagaan
Kependudukan dan KB di Kabupaten dan Kota.
Penyerasian kebijakan kependudukan, KB dan
Pembanguan Keluarga, yang ditekankan pada
inventarisasi dan identifikasi peraturan
perundangan dan kebijakan sektoryang terkait
dengan program kependudukan dan KB;
perumusan kebijakan kependudukan yang
sinergis dan harmonis antara aspek kuantitas,
kualitas, dan mobilitas; penyediaan sasaran
parameter kependudukan yang disepakati
semua sektor terkait; analisis dampak
kependudukan; serta peningkatan kerjasama
kependudukan dalam pendidikan.
9. Peningkatan ketersediaan dan kualitas
data-informasi kependudukan yang
memadai, akurat, dan tepat waktu,
terutama pada penyediaan data
kependudukan yang bersumber dari sensus
penduduk, survei kependudukan, dan data
sektoral bidang KKBPK.
UNSUR PELAKSANA PROGRAM

SKPD LSM
DINAS TERKAIT

KADER KB TOKOH AGAMA


ORGANISASI
KEMASYARAKATAN

TOKOH MASYARAKAT PIHAK SWASTA

ORGANISASI PROFESI
(IKATAN BIDAN INDONESIA)
 Kesulitan akses masyarakat untuk memperoleh
pelayanan dasar bidang KB ini seperti kesulitan
untuk mengakses pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas), bahkan ada yang harus menempuh
perjalanan puluhan, bahkan ratusan kilometer,
untuk mencapai sentra pelayanan kesehatan
tersebut , untuk mengatasi hal ini maka
diperlukan upaya –upaya nyata untuk
mendekatkan pelayanan pada masyarakat

 Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan


penempatan BIDAN dekat dengan masyarakat. IBI
sebagai organiasasi berupaya mengontrol dan
mengkoordinir kualitas pelayanan yang dilakukan
oleh bidan guna peningkatan cakupan KB
 Oleh karena itu untuk mendapat pelayanan KB
gratis bagi keluarga pra sejahtera dan Sejahtera I
calon peserta dapat langsung mendatangi tempat
pelayanan yang ada baik untuk mendapatkan
pelayanan KB baru atau ulangan.

 Kegiatan pelayanan KB akan berkontribusi


langsung pada menurunnya angka kelahiran,
kematian ibu, dan kematian bayi
BIDAN melaksanakan fungsi SEBAGAI penggerakan
masyarakat, tanpa mereka penggerakan masyarakat tidak
akan pernah terwujud dengan OPTIMAL dan berarti
penyelenggaraan program Kependudukan dan KB tidak
berjalan dengan hasil yang memuaskan.

Hal tersebut tentunya didukung dengan kesepakatan antara


pihak-pihak yang terlibat dalam pelayanan KB dan
kependudukan, hal ini sangat diperlukan agar setiap
kegiatan yang dilakukan membawa hasil yang maksimal .
 Merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
 Menjalin kerjasama dengan Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama, Generasi Muda,
dan lembaga kemasyarakatan lainnya
 Melakukan evaluasi kegiatan Program KB dan
dibawa pada pertemuan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) adalah
komunikasi informasi dan edukasi yang merupakan
penyampain pesan secara langsung dan atau tidak
langsung dengan menggunakan berbagai saluran
media cetak ,media elektronik kepada penerima
pesan untuk mendapatkan respon atau tanggapan
apakah penerima infromasi mampu memahami
kemudian memberikan tanggapan menolak
menerima atau ragu-ragu.
Seluruh kegiatan KIE ini dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman dan kejelasan tentang
manfaat menjadi peserta KB manfaat ikut kegiatan
Bina Keluarga, manfaat ikut kegiatan pendataan
keluarga, disamping informasi tentang manfaat
juga diberikan informasi tentang bahaya nya jika
tidak ber KB baik secara individu dan atau
akibatnya terhadap kelangsungan hidup Negara RI
yang kita cintai ini.

Termasuk bahayanya jika penduduk terus


bertambah dilain pihak lahan hidup tidak
bertambah, agar seluruh masyakat sadar dan
secara terang benderang memahami KB dan
tergerak untuk menanyakan lebih jauh tentang KB
dan berminat ber KB.
 Memperlakukan klien secara ramah dan baik
sopan santun dijaga dan tetap menjujung tinggi
adat istiadat setempat.
 Sesulit apapun harus berusaha memahami dan
menerima keadaan klien ada adanya
 Berikan penjelasan dengan tutur kata dan bahasa
yang mudah dipahami tentang manfaat,
bahayanya tidak berKB dll termasuk menjelaskan
apa adanya untung rugi dari setiap jenis
kontrasepsi.
 Akan lebih mudah dipahami jika menggunakan
alat peraga yang menarik dan sesuai bentuk
aslinya.
 Sesuaikan dengan kondisi klien.
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan
interaksi positif antara klien dengan petugas untuk
membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih
solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling
sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.

Tujuan Konseling KB adalah membantu klien dalam


hal menyampaikan informasi dari pilihan pola
reproduksi, memilih metode KB yang diyakini,
menggunakan metode KB yang dipilih secara aman
dan efekttif, memulai dan melanjutkan KB,
mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi
tentang metode KB yang tersedia.
BIDAN Dengan melaksanakan pendataan keluarga yang
dilakukan satu tahun sekali serta membuat dan
melakukan pemetaan sasaran (demografi, PUS dan lain
sebagainya)
Data dan informasi kependudukan dan keluarga
terdiri dari jenis data: data demografi; data
keluarga berencana; data tahapan keluarga
sejahtera; dan data anggota keluarga.

Pendataaan keluarga secara langsung melalui kunjungan rumah


sebagaimana dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat
secara individu maupun secara kelompok.
PERAN IBI DALAM MENUNJANG PROGRAM
KEPENDUDUKAN KELUARGA BERENCANA DAN
PEMBANGUNAN KELUARGA (KKBPK)

PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

PENGGERAK MASYARAKAT

KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI

KONSELING KELUARGA BERENCANA

PENCATATAB, PENDATAAN DAN


PEMETAAN SASARAN
Hj. Hasriati saleh

Anda mungkin juga menyukai