Anda di halaman 1dari 14

SKENARIO 2 PERTEMUAN KE 1

KAKI GAJAH

Seorang laki-laki usia 22 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan bengkak pada
tungkai kiri sejak satu minggu yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter
mendiagnosis filariasis (kaki gajah). Keluhan serupa juga dialami tetangganya
hingga di rawat di Rumah Sakit. Pasien tinggal di lingkungan yang kurang menjaga
kebersihan. Kamar mandi keluarga yang di rumah menggunakan bak mandi
berukuran 2 x 1 meter dan tidak ditutup. Puskesmas akhirnya mendatangi daerah
tersebut dan melaporkan ke Dinkes setempat untuk dilakukan Program Pemberian
Obat Pencegahan Massal (POPM).
STEP I
• Filariasis : penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing
filarial yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening.
• POPM : pemberian obat yang dilakukan untuk mematikan mikrofilaria
secara serentak kepada semua penduduk sasaran di wilayah endemis
filariasis.
STEP II
1. Mengapa terjadi bengkak pada tungkai pasien?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya filariasis?
3. Apa pengaruh tinggal di lingkungan kurang bersih dengan filariasis?
4. Bagaimana kriteria rumah sehat?
5. Apakah yang dimaksud dengan POPM, bagaimana cara
pelaksanaannya?
2. Filariasis
• Penyakit ini disebabkan oleh infestasi satu atau dua cacing jenis filaria yaitu Wucheria
bancrofti atau Brugia malayi. Cacing filaria ini termasuk famili Filaridae, yang bentuknya
langsing dan ditemukan di dalam sistem peredaran darah limfe, otot, jaringan ikat atau
rongga serosa pada vertebrata.
• Masa inkubasi penyakit ini cukup lama lebih kurang satu tahun, sedangkan penularan
parasit terjadi melalui vektor nyamuk sebagai hospes perantara, dan manusia atau
hewan kera sebagai hospes definitif. Mikrofilaria W. bancrofti ditemukan umumnya pada
malam hari (nokturnal) terutama di belahan bumi bagian selatan termasuk Indonesia,
sedangkan di daerah pasifik ditemukan siang dan malam. Sedangkan mikrofilaria B.
malayi mempunyai perioditas nokturnal.
• Filaria betina dewasa berada dalam pembuluh limfe manusia memproduksi sekitar
50.000 mikrofilaria per hari ke dalam darah. Nyamuk kemudian menghisap mikrofilaria
pada saat mengigit manusia, selanjutnya larva tersebut akan berkembang dalam tubuh
nyamuk. Ketika nyamuk mengigit manusia, larva infektif akan masuk ke dalam tubuh
manusia. Larva akan bermigrasi ke saluran limfe dan berkembang menjadi bentuk
dewasa.
2. Filariasis
Epidemiologi
• Filariasis bancrofti dapat dijumpai di perkotaan atau di pedesaan. Di Indonesia parasite ini lebih sering dijumpai di
pedesaan dan penyebaran bersifat fokal. Kelompok umur dewasa muda merupakan kelompok penduduk yang
paling sering menderita terutama penduduk yang berpenghasilan rendah.

Daur hidup dan morfologi Wuchereria bancrofti


• Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfe, bentuknya halus seperti benang dan
berwarna putih susu.
• Cacing betina berukuran 65 – 100 mm x 0.25 mm, cacing jantan berukuran 40 mm x 0.1 mm.
• Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung dengan ukuran 250 – 300 micron x 7-8 micron.
• Daur hidup parasite ini memerlukan waktu yang sangat panjang, masa pertumbuhan parasite di dalam nyamuk
kurang lebih dua minggu, pada manusia massa pertumbuhannya kurang lebih 7 bulan.
• Mikrofilaria yang terisap oleh nyamuk, melepaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung
dan bersarang di antara otot-otot thoraks. Mula-mula parasite ini akan memendek, bentuknya menyerupai sosis
(Larva stadium I), dalam waktu kurang lebih satu minggu, larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk
dan panjang (Larva stadium II), pada haro ke 10 dan selanjutnya, larva menjadi semakin panjang dan lebih kurus
(Larva stadium III). Bentuk ini bermigrasi, mula-mula ke rongga abdomen kemudian ke kepala dan alat tusuk
nyamuk.
2. Filariasis
• Hospes
• Manusia yang mengandung parasite selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi
orang lain yang rentan. Biasanya pendatang baru ke daerah endemic lebih rentan
terhadap infeksi dan lebih menderita daripada penduduk asli.
• Vektor
• Banyak spesies nyamuk telah ditemukan sebagai vector filariasis. W. bancrofti
ditularkan oleh Cx. Quinquefasciatus yang tempat perindukannya air kotor dan
tercemar.
• Faktor lingkungan
• Faktor lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan hidup hospes dan vector
merupakan hal yang penting untuk epidemiologi filariasis. Pencegahan filariasis
hanya dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk. Untuk mendapatkan infeksi
diperlukan gigitan nyamuk yang banyak sekali. Pengobatan massal dengan DEC
dapat menurunkan angka filariasis.
2. Filariasis
• Perilaku nyamuk sebagai vector filariasis turut menentukan penyebarluasan
penyakit filarial dan timbulnya daerah-daerah endemic filariasis.
• Diantara perilaku vector tersebut adalah: (1) derajat infeksi alami hasil
pembedahan nyamuk alam/liar yang tinggi, (2) sifat antrofilik dan zoofilik yang
meningkatkan jumlah sumber infeksi, (3) umur nyamuk yang panjang sehingga
mampu mengembangkan pertumbuhan larva mencapai stadium infektif untuk
disebarkan, (4) dominasi terhadap spesies lainnya yang ditunjukkan dengan
kepadatan yang tinggi di suatu daerah endemis, (5) mudahnya menggunakan
tempat-tempat pengandung air sebagai tempat perindukan yang sesuai untuk
pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa.
• Pemberantasan penyakit filariasis dapat dilakukan melalui : (1) pengobatan
semua penderita filariasis, (2) upaya pengendalian vector dengan cara yang
mudah dan tidak memerlukan biaya mahal, (3) perlindungan/pencegahan
terhadap gigitan vector, (4) meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
penyakit filariasis dan penularannya.
2. Filariasis
Patologi dan gejala klinis
• Perjalanan penyakit filariasis limfatik dibagi menjadi beberapa stadium, stadium mikrofilaria tanpa gejala klinis, stadium akut
dan stadium menahun.
• Pada stadium mikrofilaria tanpa gejala klinis, cacing dewasa hidup dapat menyumbat saluran limfe dan terjadi dilatasi pada
saluran limfe. Jika jumlah cacing dewasa banyak maka akan menyebabkan disfungsi system limfatik. Cacing dewasa yang mati
akan menyebabkan reaksi inflamasi.
• Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe yang disertai demam dan malaise. Gejala
peradangan tersebut hilang timbul beberapa kali dalam setahun dan berlangsung selama beberapa hari sampai satu dua
minggu lamanya. Pada stadium akut dapat pula dijumpai gejala limfedema dan elefanitis yang mengenai seluruh tungkai,
seluruh lengan, testis, payudara dan vulva.

Pengobatan
• Selama lebih dari 40 tahun, dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat pilihan baik untuk pengobatan perorangan maupun
massal. Dosis yang dianjurkan adalah 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari diberikan dalam tiga kali pemberian setelah makan.
• Program eliminasi filariasis melalui pengobatan massal di daerah endemis telah dicanangkan oleh WHO, obat yang dianjurkan
adalah kombinasi DEC 6 mg/kgBB dan albendazole 400 mg yang diberikan setiap tahun selama 5-10 tahun pada penduduk
diatas usia 2 tahun.
• Pengobatan akan memberikan kesembuhan pada penderita mikrofilaremia, stadium akut, limfedema stadium 1 – 2 kiluria dan
stadium dini elefanitiasis. Bila sudah mencapai elefanitiasis lanjut ditanggulangi dengan cara pembedahan.
2. Filariasis
Diagnosis parasitology
• Deteksi parasite yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darah, cairan hidrokel pada pemeriksaan
sediaan darah tebal. Pengambilan darah harus dilakukan malam hari (setelah pukul 20.00)
mengingat periodisitas mikrofilaria adalah nokturna. Pada pemeriksaan histopatologi potongan
cacing dewasa dapat dijumpai di saluran dan kelenjar limfe dari jaringan yang dicurigai sebagai
tumor.
• Teknik biologi molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi parasite melalui DNA parasite
dengan menggunakan reaksi rantai polymerase. Teknik inimampu memperbanyak DNA sehingga
dapat digunakan untuk mendeteksi parasite.

Radiodiagnosis
• Pemeriskaan dengan USG pada skrotum dan kelenjar getah bening inguinal pasien akan
memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak.
• Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang ditandai dengan
zat radioaktif menunjukkan adanya abnormalitas system limfatik.
4. Kriteria Rumah Sehat
Memenuhi kebutuhan fisiologis
• Suhu ruangan
• Harus cukup mendapat penerangan
• Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)
• Harus cukup mempunyai isolasi udara

Memenuhi kebutuhan psikologis


• Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa keindahan (aesthetis) sehingga
rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.
• Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap anggota keluarga yang tinggal dirumah tersebut.
• Untuk setiap anggota keluarga, terutama yang mendkati dewasa harus mempunya ruangan sendiri-sendiri
sehingga privacynya tidak terganggu.
• Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga dimana semua anggota keluaga dapat
berkumpul.
• Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada ruangan untuk menerima tamu.
4. Kriteria Rumah Sehat
Menghindari terjadinya kecelakaan
• Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah ambruk.
• Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam dan tempat-tempat lain terutama
untuk anak-anak.
• Diusahakan agar tidak mudah terbakar
• Adanya alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas

Menghindari terjadinya penyakit


• Adanya sumber air yang sehat, cukup kualitas maupun kuantitasnya.
• Harus ada tempat pembuangan kototran, sampah dan air limbah yang baik.
• Harus dapat mencegah perkembangbiakan vector penyakit seperti : nyamuk, lalat, tikus dan
sebagainya.
• Harus cukup luas. Luas kamar tidur ± 5 m2 per kapita per luas lantai.
5. POPM berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republic Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 Tentang
Penanggulangan Filariasis
Pasal 10
(1) Pada semua penduduk diwilayah endemic filariasis wajib dilakukan POPM filariasis.
(2) Penduduk sasaran usia 2 tahun sampai dengan usia 70 tahun.
(3) POPM filariasis tidak dilakukan atau ditunda pemberiannya terhadap:
• Ibu hamil
• Penderita gangguan fungsi ginjal
• Penderita gangguan fungsi hati
• Penderita epilepsy
• Penderita penyakit jantung dan pembuluh darah
• Penduduk yang sedang sakit berat
• Penderita filariasis klinis kronis yang sedang mengalami serangan akut
• Anak dengan marasmus atau kwasiorkor
5. POPM berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republic Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 Tentang
Penanggulangan Filariasis
• Pasal 11 : POPM filariasis dilaksanakan sekali setiap tahun paling sedikit selama lima tahun berturut-turut.
• Pasal 12 : wilayah endemis filariasis meliputi satuan kabupaten/kota yang ditentukan berdasarkan hasil
survey data dasar prevalensi mikrofilaria menunjukkan angka mikrofilaria (mikrofilaria rate) lebih dari
dan/atau sama dengan 1%.
• Pasal 13 : apabila berdasarkan hasil survey evaluasi penularan pada daerah kabupaten/kota menunjukkan
angka mikrofilaria (mikrofilaria rate) kurang dari 1% pemberian obat filariasis hanya dilakukan terhadap
penderita.
• Pasal 14
(1) Pelaksanaan POPM filariasis wajib diteruskan selama 2 tahun apabila berdasarkan hasil survey evaluasi
penularan filariasis menunjukkan masih terjadi penularan dan/atau cakupan pengobatan tidak memenuhi
persyaratan minimal 65% dari penduduk sasaran.
(2) Pelaksanaan POPM filariasis dihentikan apabila berdasarkan hasil survey evaluasi penularan filariasis
menunjukkan tidak terjadi penularan.
(3) Setelah penghentian POPM filariasis telah berlangsung selama 2 tahun pada wilayah tersebut dilakukan
survey ulang evaluasi penularan filariasis.
(4) Dalam hasil survey ulang evaluasi penularan filariasis menunjukkan tidak terjadi penularan, POPM tetap
dihentikan dan dilakukan survey ulang penularan filariasis kembali setelah 2 tahun.

Anda mungkin juga menyukai