Anda di halaman 1dari 12

SKENARIO 2 PERTEMUAN KE 2

BLOK 235
1. Pengendalian Vektor
Pengendalian vector bertujuan :
1. Mengurangi atau menekan populasi vector serendah-rendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai
penularan penyakit.
2. Menghindarkan kontak antara vector dan manusia.

a. Pengendalian vector secara alami


• Adanya gunung, lautan, danau dan sungai yang luas yang merupakan rintangan bagi penyebaran serangga.
• Ketidakmampuan mempertahankan hidup beberapa spesies serangga di daerah yang terletak di ketinggian
tertentu dari permukaan laut.
• Perubahan musim yang dapat menimbulkan gangguan pada beberapa spesies serangga.
• Iklim yang panas, udara kering dan tanah tandus tidak memungkinkan perkembangbiakan sebagian besar
serangga. Iklim yang panas atau yang dingin untuk beberapa spesies tertentu tidak sesuai dengan kelestarian
hidupnya.
• Angin besar dan curah hujan yang tinggi dapat mengurangi jumlah populasi serangga di suatu daerah.
• Adanya burung, katak, cicak, dan binatang lain yang merupakan pemangsa serangga.
• Penyakit serangga.
1. Pengendalian Vektor
b. Pengendalian secara buatan
1. Pengendalian lingkungan (Environmental control). Pengendalian dilakukan dengan cara
mengelola lingkungan, yaitu memodifikasi atau memanipulasi lingkungan, sehingga terbentuk
lingkungan yang tidak cocok (kurang baik) yang dapat mencegah atau membatasi perkembangan
vector. Cara ini merupakan cara paling aman terhadap lingkungan karena tidak merusak
keseimbangan lingkungan dan tidak mencemari lingkungan.

• Modifikasi lingkungan. Cara ini berkaitan dengan mengubah sarana fisik yang ada dan hasilnya
bersifat permanen. (1) pengaturan system irigasi, (2) penimbunan tempat-tempat yang dapat
menampung air dan tempat-tempat pembuangan sampah, (3) penimbunan tempat pengaliran air
yang menggenang menjadi kering, (4) pengubahan rawa menjadi sawah, (5) pengubahan hutan
menjadi tempat pemukiman.
• Manipulasi lingkungan. Cara ini berkaitan dengan pembersihan atau pemeliharaan sarana fisik
yang telah ada supaya tidak terbentuk tempat-tempat perindukan atau tempat istirahat serangga
dan hasilnya bersifat tidak permanen sehingga harus dilakukan secara terus menerus. (1)
membersihkan tanaman air yang mengapung di danau, (2) melancarkan air dalam got yang
tersumbat, (3) membuang atau mencabut tumbuhan air yang tumbuh di kolam atau rawa, (4)
melesrarikan kehidupan tanaman bakau.
1. Pengendalian Vektor
2. Pengendalian kimiawi. Untuk pengendalian ini digunakan bahan kimia yang berkhasiat membunuh serangga
(insektisida) atau hanya untuk menghalau serangga saja. Kebaikannya ialah dapat dilakukan dengan segera, meliputi
daerah yang luas, sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu yang singkat. Keburukannya karena
pengendalian ini hanya bersifat sementara, dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya
resistensi serangga terhadap insektisida. Contoh cara ini adalah (1) menuangkan solar atau minyak tanah di tempat
perindukan sehingga larva serangga tidak dapat mengambil oksigen, (2) penggunaan insektisida berupa residual
spray untuk nyamuk dewasa.
3. Pengendalian mekanik. Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan alat yang langsung dapat membunuh,
menangkap atau menghalau, mengeluarkan serangga. Contoh cara ini (1) menggunakan baju pelindung, (2)
memasang kawat di jendela untuk menghindarkan kontak antara nyamuk dengan vector.
4. Pengendalian Fisik. Pada cara pengendalian ini digunakan alat fisika untuk pemanasan, pembekuan dan
penggunaan alat listrik untuk pengadaan angina, penyinaran yang dapat membunuh atau mengganggu kehidupan
serangga.
5. Pengendalian Biologik. Dengan memperbanyak pemangsa dan parasite sebagai musuh alami bagi serangga,
dapat dilakukan pengendalian serangga yang menjadi vector atau menjadi hospes perantara.
6. Pengendalian genetika. Pengendalian ini bertujuan mengganti populasi serangga yang berbahaya dengan
populasi baru yang tidak merugikan. Beberapa cara berdasarkan mengubah kemampuan reproduksi dengan jalan
memandulkan serangga jantan.
7. Pengendalian legislative. Untuk mencegah tersebarnya serangga berbahaya dari suatu daerah ke daerah lain
atau dari luar negeri ke Indonesia, diadakan peraturan dengan sanksi oleh pemerintah.
1. Pengendalian Vektor
Peraturan pemerintah yang mengatur mengenai vector
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 374 Tahun 2010
tentang Pengendalian Vektor
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 50 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta
Pengendaliannya.
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan.
2. Reservoir dan Vektor
• Reservoir adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah atau zat organis (seperti tinja dan makanan) yang
menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak agen. Sewaktu agen berkembang biak dalam reservoir,
mereka melakukannya sedemikian rupa sehingga penyakit dapat ditularkan pada pejamu yang rentan.
• Reservoir bisa berupa hewan, tumbuhan, manusia serta sumber-sumber lingkungan lainnya, dimana agen
biasanya hidup secara normal dan berkembang biak.
• Reservoir merupakan pusat penyakit menular, karena reservoir adalah komponen utama dari lingkungan
penularan dimana agen meneruskan dan mempertahankan hidupnya, dan juga sekaligus sebagai
pusat/sumber penularan dalam suatu lingkungan penularan.
• Vektor adalah hewan avertebrata yang bertindak sebagai penular penyebab penyakit (agen) dari host
pejamu yang sakit ke pejamu lain yang lebih rentan. Vektor menyebarkan agen dari manusia atau hewan lain
yang terinfeksi ke manusia atau hewan lain yang rentan melalui kotoran, gigitan dan cairan tubuhnya atau
secara tidak langsung melalui kontaminasi pada makanan.
• Menurut International Health Regulation (2005) reservoir (sumber penularan) adalah hewan, tumbuhan
atau benda dimana bibit penyakit biasanya hidup. Sumber penularan ini dapat merupakan resiko bagi
kesehatan masyarakat. Sedangkan vector adalah serangga atau hewan lain yang biasanya membawa kuman
penyakit yang merupakan suatu resiko bagi kesehatan masyarakat.
2. Reservoir dan Vektor
• Entomologi kedokteran ialah ilmu yang mempelajari tentang vector, kelainan dan penyakit yang disebabkan
oleh antropoda.
• Antropoda mempunyai 4 tanda morfologi yang jelas, yaitu badan beruas-ruas, umbai-umbai yang juga
beruas-ruas, eksoskelet dan bentuk badan simetris bilateral. Eksoskelet tersebut berfungsi sebagai penguat
tubuh, pelindung alat dalam, tempat melekat otot, pengaturan penguapan air dan penerus rangsang yang
berasal dari luar tubuh.
• Antropoda juga mempunyai system pencernaan, pernapasan, saraf, peredaran darah dan system reproduksi.
• Selama pertumbuhannya mengalami perubahan bentuk yang disebut metamorphosis, yaitu telur-larva-pupa
dan dewasa.
• Serangga dapat menularkan penyakit melalui beberapa cara. Penularan secara mekanik berlangsung dari
penderita ke orang lain dengan perantara bagian luar tubuh serangga. Misalnya telur cacing, kista protozoa
dan bakteri usus dapat dipindahkan dari tinja ke makanan melalui kaki atau badan lalat rumah. Penularan
secara biologic dilakukan setelah parasite/agen yang dihisap mengalami proses biologic dalam tubuh vector.
• Bila di dalam tubuh vector, parasite berubah bentuk dan membelah diri menjadi banyak, disebut penularan
siklikopropagatof, sedangkan bila di dalam tubuh vector parasite hanya berubah bentuk menjadi infektif
disebut penularan siklikodevelopmental.
2. Vektor
• Nyamuk termasuk kelas insekta, ordo diptera dan family culicidae. Nyamuk dapat mengganggu
manusia dan binatang melalui gigitannya serta berperan sebagai vector penyakit pada manusia
dan binatang yang penyebabnya terdiri atas berbagai macam agen infeksius.
• Di dalam tubuh nyamuk parasite penyebab filariasis berubah bentuk tanpa berkembang biak,
sedangkan Plasmodium berkembangbiak berubah bentuk dan tumbuh menjadi bentuk infektif
sebelum ditularkan dari penderita ke orang yang sehat, virus Dengue berkembang biak dalam
tubuh nyamuk tanpa berubah bentuk sebelum ditularkan ke manusia.
• Nyamuk berukuran kecil dan rapuh. Kepalanya mempunyai proboscis halus dan panjang yang
melebihi panjang kepala. Pada nyamuk betina proboscis dipakai sebagai alat untuk menghisap
darah, sedangkan pada jantan dipakai untuk mengisap cairan tumbuhan, buah-buahan, keringat.
• Nyamuk mengalami metamorphosis sempurna : telur-larva-pupa-dewasa. Stadium telur, larva
dan pupa hidup di dalam air, sedangkan nyamuk dewasa hidup di udara/di darat.
• Umur nyamuk tidak sama. Pada umumnya nyamuk betina hidup lebih lama dari nyamuk jantan.
Biasanya nyamuk betina berumur 2 minggu. Nyamuk betina mempunyai jarak terbang lebih jauh
daripada nyamuk jantan. Nyamuk Aedes aegypti jarak terbangnya 50-100 meter, jarak terbang
nyamuk Anopheles dapat terbang sampai 1.6 km.
2. Vektor
1. Vektor penyakit protozoa
a. Vektor malaria
• Morfologi nyamuk anophelini berbeda jika dibandingan dengan culicini. Telur anophelini yang diletakkan satu per satu di
atas permukaan air permukaan air berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks, bagian atasnya konkaf dan
mempunyai sepasang palampung yang terletak pada sebelah lateral.
• Nyamuk anophelini mengalami metamorphosis sempurna. Telur menetas menjadi larva yang kemudian melakukan
pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, lalu tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang
diperlukan untuk pertumbuhan sejak telur diletakkan sampai menjadi dewasa antara 2 – 5 minggu. Tempat perindukan
nyamuk terbagi menjadi 3 kawasan, yaitu kawasan pantai, pedalaman kaki gunung dan kawasan gunung.
• Aktivitas nyamuk Anophelini sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara dan suhu. Anophelini aktif mengisap darah hospes
pada malam hari atau sejak senja sampai dini hari. Jarak terbang anophelini biasanya 0.5 – 3 km. umur nyamuk dewasa
anophelini 1 – 2 minggu.

b. Vektor tripanosomiasis Afrika


• Lalat penyebab penyakit ini adalah lalat Tsetse yang berukuran 6 – 13 mm, mengalami metamorphosis sempurna, bersifat
vivivar, mempunyai tipe mulut tusuk isap. Jantan dan betina mengisap darah dengan aktivitas menggigit pada pagi hari.
• Ada dua spesies yang berperan sebagai vector biologic antara lain Glossina morsitans yang menularkan di Afrika bagian
timur, dan Glossina palpalis yang menularkan di Afrika bagian barat.
2. Vektor
2. Vektor penyakit Virus
a. Demam Berdarah Dengue
• Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah, mempunyai warna dasar
hitam dengan bintik-bintik putih terutama pada kakinya. Morfologinya khas yaitu mempunyai gambaran lira yang putih
pada punggungnya. Telurnya mempunyai dinding yang bergaris-garis dan menyerupai gambaran kain kassa.
• Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat perindukannya 1 – 2 cm di atas permukaan air. Seekor nyamuk
betina dapat meletakkan rata-rata 100 butir telur tiap kali bertelur. Setelah 2 hari telur menetas menjadi larva lalu
mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari
telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu 9 hari.
• Tempat perindukan utamanya adalah tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan letaknya dengan rumah penduduk,
biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk betina mengisap darah manusia pada siang hari yang
dilakukan baik di dalam rumah ataupun di luar rumah. Tempat istirahatnya berupa semak-semak atau tanaman rendah.
Umur nyamuk dewasa betina kira-kira 10 hari dan mampu terbang sejauh 2 km walaupun jarak terbangnya kurang dari 40
meter.
b. Japanese B.encephalitis
• Penyakit ini ditemukan di Asia Tenggara (Filipina, Kamboja, Muagthai, Malaysia dan Singapura). Gejala klinis penyakit ini
berupa demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, malaise.
• Vektor penyakit ini adalah nyamuk Culex tritaeniorhynchus. Tempat perindukannya di rawa dan sawah. Pengisapan darah
dilakukan pada malam hari.
c. Chikungunya
• Vektor penyakit inbi adalah Aedes aegypti. Gejala klinis mirip Japanese B.encephalitis yang ditandai dengan demam, sakit
kepala seperti influenza dan penderita mengalami kelumpuhan motoric yang tidak permanen.
2. Vektor
3. Vektor penyakit Riketsia
a. Demam semak
• Penyakit ini ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Irian. Penyebabnya adalah Ricketsia
tsutsugamushi. Vektor penyakit ini adalah tungau Leptotrombidium akamusi.
• Leptotrombidium dewasa berukuran kira-kira 1 mm, berkaki 4 pasang, badannya berbulu, hidup sebagai pemangsa
antropoda lain dan biasanya pemakan tanaman. Hanya stadium larva yang menghisap darah manusia dan mamalia.
Telur tungau ini diletakkan di tanah atau di tangkai daun tanaman rendah. Setelah telur menetas, keluarlah larva yang
berkaki 3 pasang. Larva ini lalu mencari mangsanya untuk menghisap darah (burung, tikus dan manusia) yang berada di
dekatnya. Setelah kenyang makan, larva akan menjatuhkan diri ke tanah dan berubah menjadi stadium nimfa dan
menjadi dewasa. Waktu yang dibutuhkan dari telur menjadi dewasa 1 – 2 bulan.
• Ricketsia tsutsugamushi biasanya hidup sebagai parasite tikus ladang, larva tungau mendapat infeksi ketika menghisap
darah selama 2 – 4 hari pada daun telinga, hidung atau pangkal ekor hospes.

4. Vektor Penyakit Bakteri


a. Vektor penyakit sampar
• Pes disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia pestis. Vektor penyakit ini adalah Xenopsylla cheopis, Stivalius
cognatus dan Neopsylla sondanica, yang berbadan pipih laterolateral dan brukuran kecil 1.5 – 4 mm. pinjal ini hidup
sebagai parasite di tikus lading dan bersarang di antara bulu tikus.
• Telur yang diletakkan di atas tanah setelah 2-12 hari menetas menjadi larva yang bentuknya seperti ulat bulu, larva
setelah 1-2 minggu tumbuh menjadi pupa pada akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa
memerlukan waktu secepat-cepatnya 18 hari.
2. Vektor
5. Vektor mekanik
a. Musca (lalat)
• Musca (lalat) termasuk dalam ordo diftera dari kelas insekta. Musca domestica
(lalat rumah) dapat berperan sebagai vector mekanik amoebiasis, disentri,
toksoplasmosis dan penyakit cacing usus. Lalat ini mudah berkembang biak,
tempat perindukannya di timbunan sampah, tinja manusia dan binatang. Setiap
3-4 hari seekor lalat betina bertelur dalam 5-6 kelompok yang masing-masing
berisi 75-150 butir telur. Jarak terbangnya dapat mencapai 10 km. umur lalat
dewasa 2-4 minggu.
b. Periplaneta
• Periplaneta (lipas) termasuk ordo dyctioptera dari kelas insekta. Periplaneta
Americana (lipas Amerika) yang banyak ditemukan di rumah-rumah dapat
menjadi vector mekanik amoebiasis, lambliasis, toksoplasmosis, askariasis.

Anda mungkin juga menyukai