Anda di halaman 1dari 66

KEDOKTERAN KELUARGA :

PENYAKIT MENULAR DEWASA


TUBERKULOSIS
Ayulita Hana Fadhila 1610221031
Bella Yuspita 1610221073
Sabrina Andiani K. 1610221085

Pembimbing :
dr. Dodik Pramono, M.Si., Med

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN ‘VETERAN’ JAKARTA
Periode 11 September 2017 – 3 November 2017
PENDAHULUAN
KESEHATAN

Pelayanan dokter keluarga

Diselenggarakan secara komprehensif, kontinu,


integratif, holistik, koordinatif dengan
mengutamakan pencegahan, menimbang peran
keluarga dan lingkungannya serta pekerjaannya
TUBERKULOSIS (TB)
Penyebab gangguan kesehatan jutaan orang
di dunia Penyebab utama kedua kematian di dunia
setelah HIV
Indonesia  High Burden Countries for TB

PREVALENSI TB
TB membunuh 1,5 juta orang di dunia (kematian ♂ 890.000, ♀ 480.000, anak 180.000)
Di Indonesia tahun 2013 angka insiden TB 183/100.000 penduduk  tahun 2014 angka insiden
meningkat menjadi 399/100.000 penduduk

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TB

Sanitasi rumah sangat erat kaitannya dengan angka kesakitan pada jenis penyakit
Tuberkulosis (TB)
Lingkungan perumahan juga sangat berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya
penyakit TB
TUJUAN
Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga,
dan siklus keluarga) pada pasien TB

Melakukan
pendekatan Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kedokteran masalah kesehatan pada pasien TB dan keluarganya
keluarga
terhadap
Mendapatkan solusi pemecahan masalah kesehatan
pasien TB dan pasien TB dan keluarganya
keluarganya

Memberikan dukungan pada pasien TB dan keluarganya untuk


minum obat secara teratur sampai sembuh
MANFAAT
Bagi
Penulis

Bagi
Bagi
Puskesmas
Pasien dan
dan Tenaga
Keluarga
Kesehatan
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi

Penatalaksan Epidemiologi
aan

Diagnosis Etiologi

Gejala Klinis Patogenesis

Klasifikasi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi
menular yang bersifat menahun yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya
Berdasar hasil
pemeriksaan
Tuberkulosis dahak (BTA)
Paru
Klasifikasi Berdasarkan
tipe pasien
Tuberkulosis
Ekstra Paru
Gejala Klinis

Gejala lain
Gejala umum yang sering
dijumpai

Batuk terus-
menerus dan Dahak Berat badan Sesak nafas Berkeringat Demam
berdahak selama bercampur turun dan rasa nyeri malam walaupun meriang lebih
3 (tiga) minggu darah dada tanpa kegiatan dari sebulan
atau lebih.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase
intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan
obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi


beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan
Prinsip Tahap
dan Awal
sangat dianjurkan.
Tahap
Pengobatan Lanjutan
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat,
dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly
Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap
intensif dan lanjutan.
PENATALAKSANAAN
PADUAN OAT YANG DIGUNAKAN DI INDONESIA
TB paru (kasus baru), BTA (+) atau pada foto thoraks : lesi luas
Paduan obat yang dianjurkan :
1) 2 RHZE / 4 RH atau
2) 2 RHZE / 4 R3H3 atau
3) 2 RHZE / 6 HE
Paduan ini dianjurkan untuk
1) TB paru BTA (+), kasus baru
2) TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologik lesi luas (termasuk
luluh paru)
PENATALAKSANAAN
PADUAN OAT YANG DIGUNAKAN DI INDONESIA

TB PARU KASUS
TB PARU KASUS TB PARU KASUS
PUTUS BEROBAT
KAMBUH GAGAL PENGOBATAN
• Pasien yang
Menggunakan 5 Pengobatan
menghentikan
berdasarkan hasil uji
macam obat OAT pengobatannya <2 TB PARU KASUS
resistensi dengan
pada fase intensif bulan, pengobatan KRONIK
menggunakan minimal 5
selama 3 bulan. OAT dilanjutkan
OAT (minimal 3 OAT
(2 RHZES / 1 RHZE / sesuai jadwal.
yang masih sensitif),
• Pasien menghentikan
5 RHE) seandainya resisten
pengobatannya 2
tetap diberikan
bulan
Definisi Keluarga

Kumpulan dua orang manusia atau lebih yang


satu sama lain saling terkait secara emosional,
serta bertempat tinggal yang sama dalam satu
daerah yang berdekatan
BENTUK KELUARGA
Keluarga Keluarga Keluarga
Keluarga inti besar campuran menurut hukum
(nuclear (extended (blended umum (common
family) family) family law family)

Keluarga Keluarga hidup Keluarga


bersama
orang tua (commune
serial
tunggal family) (serial family)

Keluarga Hidup bersama


dan tinggal
gabungan
bersama
(composive (co habitation
family family
FUNGSI DAN SIKLUS KELUARGA

Fungsi
Fungsi Fungsi
pendidikan
ekonomi agama

Fungsi
Fungsi
Fungsi status
rekreasi
pelindungan sosial
ARTI DAN KEDUDUKAN KELUARGA DALAM
KESEHATAN
Keluarga sebagai unit terkecil dalam msyarakat dan melibatkan
mayoritas penduduk

Keluarga sebagai suatu kelompok yang mempunyai peranan mencegah,


mengembangkan, mengadaptasi dan memperbaiki masalah kesehatan
yang diperlukan dalam keluarga

Keluarga adalah pusat pengembilan keputusan kesehatan yang penting,


yang akan mempengaruhi keberhasilan layanan kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.

Keluarga sebagai wadah dan saluran yang efektif untuk melaksanakan


berbagai upaya atau menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Amin
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Janda
Alamat : Dusun Tingal Wetan, RT 05
RW 02, Desa Wanurejo
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : Tamat SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
KARAKTERISTIK DEMOGRAFIS KELUARGA
Kedudukan Umur Pendidikan
No. Nama Sex Pekerjaan Ket.
di keluarga (thn) Terakhir

Amin Ibu Rumah


1. KK - 1 P 67 Tamat SD Sakit
(Ny. A) Tangga
Anang
2. Pramono KK - 2 L 38 Tamat SMA Wirausaha Sehat
(Tn. A)
Siti
3. Ngadiroh Istri KK - 2 P 38 Tamat SMA Wirausaha Sehat
(Ny. S)
Anak ke – 1
4. Andi (A) L 19 Tamat SMA Pelajar Sehat
KK - 2
Nadia Anak ke – 2 Belum Tamat
5 P 5 Pelajar Sehat
(An. N) KK - 2 TK
BENTUK DAN SIKLUS KELUARGA

Bentuk • KELUARGA ORANGTUA TUNGGAL, yaitu keluarga yang terdiri dari pria
atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah, atau ditinggal mati, atau
Keluarga mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.

FAMILY MAP

Hubungan • BAIK namun pasien lebih sering bersama anak angkatnya, yaitu Ny. S
karena menantu pasien (Tn. A) sibuk bekerja di tempat berjualan.
Keluarga Sedangkan kedua cucu nya (A dan An. N) sibuk bersekolah..
APGAR
Kesimpulan : Skor
Komponen Skor APGAR berjumlah
Indikator 2 7,
1
dengan
(kadang-
0
(tidak sama
(selalu)
kata lain fungsi keluarga
kadang) sehat sekali)
Saya puas bahwa saya dapat kembali
Adaptation ke keluarga saya bila saya menghadapi 
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
Partnership membahas dan membagi masalah 
dengan saya

Saya puas dengan cara keluarga saya


menerima dan mendukung keninginan
Growth saya untuk melakukan kegiatan baru

atau arah hidup yang baru

Saya puas dengan cara keluarga saya


meng-ekspresikan kasih sayangnya dan
Affection merespon emosi saya seperti kemarahan

perhatian, dll

Saya puas dengan cara keluarga saya


Resolve dan sara membagi waktu bersama- 
sama
Sumber Daya Keluarga (Family Screem)
Sumber Patologis
Pasien dan keluarga memiliki waktu untuk berkumpul
SOCIAL bersama. Hubungan pasien, keluarga pasien, dan Tidak ada
tetangga sekitar baik.
Pasien melakukan kegiatan di lingkungan tempat
CULTURAL tinggalnya sesuai dengan kebudayaan Jawa yang Tidak ada
berlaku.
Pasien dan keluarga beragama Islam dan selalu
RELIGIOUS Tidak ada
menjalankan ibadah dengan taat dan ikhlas.
Biaya hidup pasien hanya bersumber dari anak
angkat dan menantunya, sedangkan anak
Pasien adalah seorang janda dan bekerja sebagai angkat dan menantu pasien hanya bekerja
ibu rumah tangga. Pekerjaan anak angkat dan sebagai wirausaha dan memiliki 2 orang anak
ECONOMIC
menantu pasien adalah wirausaha. Pasien memiliki yang juga membutuhkan biaya hidup, terlebih
2 orang cucu. lagi anak pertama mereka saat ini sedang
menempuh pendidikan sarjana dan membutuhkan
biaya perkuliahan yang cukup besar.
Pasien hanya menempuh pendidikan hingga SD,
anak angkat pasien menempuh pendidikan hingga
Pasien tidak melanjutkan pendidikan karena
EDUCATION SMA, sedangkan cucu pertama pasien berhasil
masalah biaya.
melampaui pendidikan pasien, yaitu perguruan
tinggi.
Jarak dari tempat tinggal ke Puskesmas cukup jauh
Pasien hanya berkunjung ke fasilitas kesehatan
MEDICAL namun mudah diakses. Jika sakit pasien memiliki
saat sakit/ada keluhan saja.
kartu JKN untuk berobat.
Sumber Patologis
Economic Function
Pasien dan keluarga hanya mengandalkan pemasukan
dari wirausaha untuk biaya hidup yang cukup besar.

Education Function
Pendidikan pasien masih minim hanya sampai jenjang
Sekolah Dasar akibat kendala biaya.

Medical Function
Kesadaran pasien untuk berobat teratur masih kurang
hanya saat pasien sakit atau ada keluhan saja
Perjalanan Hidup Keluarga (Family Life Line)
Tahun Usia Peristiwa Severity of Illness
Pasien tidak melanjutkan sekolah karena
1962 12 tahun Tamat SD
masalah biaya.
Pasien merasa memiliki tanggung jawab lebih
1964 14 tahun Penjual kue disekitar kampung setelah berkewajiban membantu
perekonomian keluarga
Pasien menikah dan ikut dengan Pasien memiliki tanggung jawab baru sebagai
1967 17 tahun
suaminya seorang istri

Pasien tidak kunjung Pasien merasakan kehampaan dan


1979 29 tahun
mendapatkan anak kesedihan begitu mendalam

Pasien mengalami sakit batuk Pasien memiliki beban lebih karena harus
2012 62 tahun
lama mengkonsumsi obat rutin selama 6 bulan

Pasien merasakan kehilangan yang begitu


2013 63 tahun Suami pasien meninggal dunia hebat karena kehilangan tempat
berbagi suka duka

Pasien kembali mengalami Pasien kembali harus mengkonsumsi obat


2017 67 tahun
penyakit batuk lama rutin selama 6 bulan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

No. Indikator PHBS Ya Tidak


1 Persalinan di keluarga anda di tolong oleh tenaga kesehatan terampil yang

dilakukan di fasilitas kesehatan (bukan di rumah sendiri)

2 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama hamil 


3 Pemberian ASI eksklusif saja pada bayi sampai usia 6 bulan 
4 Balita ditimbang secara rutin (minimal 8 kali setahun) 
5 Keluarga biasa makan dengan gizi seimbang 
6 Menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari 
7 Keluarga biasa BAB di jamban sehat 
8 Membuang sampah pada tempatnya sehari-hari 
9 Menggunakan lantai rumah kedap air (bukan tanah) 
10 Apakah keluarga anda biasa melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit perhari? 
11 Tidak merokok 
12 Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah BAB 
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari 
14 Membeli/menyimpan /menjual minum-minuman keras (bir, alkohol, arak,

anggur)/narkoba?

15 Anggota JPK/Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JAMKESMAS (peserta JKN/BPJS)? 


16 Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) seminggu sekali? 
Dari penilaian indikator tersebut,
dapat ditentukan kriteria PHBS
tatanan rumah tangga, yaitu :

Sehat pratama = 0-5


Sehat madya = 6 -10
Sehat utama = 11 -15
Sehat paripurna = 16

Kesimpulan :
Keluarga masuk dalam perilaku
hidup bersih dan sehat madya
dengan skor 6
RESUME PENYAKIT DAN
PENATALAKSANAAN
YANG TELAH DIBERIKAN

Anamnesis & Px. Fisik dilakukan secara autoanamnesis pada


hari Senin, 9 Oktober 2017 pukul 17.00 WIB di rumah pasien
ANAMNESIS
Ny. A, 67 tahun

KU : Batuk-batuk sejak 5 bulan yang lalu.

KT : Sesak nafas

RPS :

Pasien mengeluh batuk-batuk sejak 5 bulan yang lalu. Batuk tak kunjung sembuh selama 1
bulan pertama disertai adanya demam selama beberapa hari. Batuk disertai dahak
berwarna hijau, terkadang pasien merasa di dahaknya terdapat bercak merah segar
seperti darah. Pasien merasa sesak nafas setiap pasien batuk. Pasien juga sering
berkeringat di malam hari, walaupun udara saat itu tidak panas. Pasien juga merasa
bajunya semakin longgar sejak pasien batuk hingga saat ini. Sebulan setelah batuk
pertama, pasien datang berobat ke puskesmas, kemudian dilakukan pemeriksaan dahak
dan didapatkan BTA (+). Pasien juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan rontgen,
dan didapatkan hasil TB paru lama aktif. Kemudian pasien diberikan obat yang harus terus
menerus diminum selama 6 bulan berturut-turut dan tidak boleh terputus.
RPD : RPK :

• Pasien pernah mengalami keluhan • Tidak ada keluarga pasien yang


yang sama (batuk tidak kunjung mengalami keluhan serupa.
sembuh, sesak nafas, keringat
malam, dll) tahun 2012. Saat itu • Tidak ada keluarga pasien yang
pasien juga dilakukan pemeriksaan memiliki riwayat sakit asma.
dahak dan rontgen. Didapatkan
hasil pemeriksaan dahak yaitu BTA
(+) dan pemeriksaan rontgen TB
paru aktif. Pasien melakukan Riw. Lingkungan :
pengobatan rutin selama 6 bulan
berturut-turut tanpa berhenti. Tetangga ada yang menderita TB (+). 1 orang
Setelah 6 bulan dilakukan sudah selesai pengobatan dengan jarak tempat
pemeriksaan ulang, didapatkan tinggal ± 10 rumah dan 1 orang lagi sedang
hasil BTA (-). dalam pengobatan dengan jarak tempat
tinggal ± 10 meter. Kedua orang tersebut
• Pasien tidak memiliki riwayat sakit merupakan tetangga baik pasien dan sering
asma selama hidupnya. bertemu.
PEMERIKSAAN
FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada
tanggal 9 Oktober 2017, pukul
17.00 WIB
BB : 42 Kg
TB : 152 Cm

IMT
18,5
(Underweight)

• TD : 110/80 mmHg
• KU : Baik, terlihat kurus • Nadi : 82 x/menit
• KS : Composmentis • Nafas : 18 x/menit
(GCS E4 M6 V5) • Suhu : 36,8ºC
• Status Mental : Tenang
• Bentuk kepala :
Tidak teraba pembesaran KGB normochepale
di leher, submandibula, • Rambut : putih, tidak mudah
supraklavikula, axilla, inguinal, dicabut.
JVP normal

• Pucat : (-)
• Sianosis : (-)
• Ikterik : (-)
• Perdarahan : (-)
• Edema generalisata: (-)
• Perabaan kulit : Tidak
teraba kasar, akral
hangat
• Turgot : Kembali kurang
dari 2 detik • Edema (-), sianosis (-), atrofi
otot (-), capillary refill time <2
detik, akral hangat pada
kedua ekstremitas atas dan
kedua ekstremitas bawah,
ptekie (-)
• Bentuk : Tidak ada deformitas
pada tulang hidung (normotia).
• Kulit : Tidak ada lesi pada
• Edema palpebra -/-,
kulit.
konjungtiva anemis -/-, sklera
• Septum: Tidak ada deviasi
ikterik -/-, pupil isokor
septum.
diameter 3/3 mm, relek cahaya
• Konka : Konka tidak
+/+, reflek kornea +/+
membesar, tidak hiperemis.
• Mukosa: Tidak hiperemis.

• Bibir : Mukosa lembab,


warna tidak pucat, tidak
sianosis.
• Lidah : Ukuran normal, tidak
hiperemis, tidak ada coated • Daun telinga : berukuran
tongue. sedang, bentuknya
• Langit-langit : Dalam batas normal, posisinya
normal. normal simetris
• Tonsil : T1-T1, tidak ada • Lubang telinga : fistula (-)
pembesaran, tidak hiperemis. • Gendang telinga : intak,
• Faring : Hiperemis. perforasi (-)
• Mukosa: Tidak tampak • Perdarahan/ sekret :
hiperemis. Tidak ada sekret.keluar
• Bentuk : Normochest.
• Kulit : Tidak ada lesi disekitar thoraks.
• Lain-lain : Pergerakan dan kedalaman dada simetris
antara kanan dan kiri, tidak ada retraksi.

• Inspeksi : Bentuk dada normochest. Dinding dada


simetris
• Palpasi : Vocal fremitus kanan menurun, ekspansi
dinding dada asimetris, nyeri tekan -/-
• Perkusi : pekak lapang paru kanan
• Auskultasi : vesikuler menurun pada apeks kanan,
ronki -/-, wheezing -/-

• Inspeksi
• Inspeksi : Bentuk datar :dan
Iktus kordis tidak terlihat.
supel.
• Auskultasi : •Bising
Palpasi
usus :normal,
Posisi iktus
tidakkordis tidakbising
ada pe↑
usus. teraba
• Palpasi • Perkusi : batas jantung paru
normal.pembesaran hati.
Hati : Tidak teraba
Limpa :• Tidak
Auskultasi
teraba: pembesaran
Bunyi jantunglimpa.
I-II murni
Ginjal regular,
: Tidak tidakpembesaran
teraba ada murmurginjal.
& gallop.
Lain-lain : Tidak nyeri tekan, tidak ascites.
• Perkusi: Terdengar bunyi timpani.
Hasil Pemeriksaan Penunjang
BTA (+) 2

Diagnosis Kerja
TB Paru Relaps

Rencana Penatalaksanaan

a. Terapi Medikamentosa
Tablet FDC yang mengandung Isoniazid 2x300 mg, Rifampisin 1x450 mg, serta
Etambutol 1x250 mg

b. Non Medikamentosa
• Membuka pintu dan jendela setiap hari agar terjadi pertukaran udara.
• Membuka gorden jendela kamar agar sinar matahari dapat masuk ke dalam
ruangan yang dapat membunuh bakteri TB.
• Minum OAT secara teratur.
• Menjelaskan pentingnya peranan PMO dalam pengobatan TB.
• Suami dan anak-anak memakai masker, memeriksakan diri ke dokter dan
melakukan pemeriksaan sputum.
Hasil Penatalaksanaan Medis

• Pemeriksaan dilakukan saat kunjungan ke rumah pasien pada tanggal 9 Oktober 2017,
kondisi pasien seperti batuk dan sesak nafas sudah tidak ada.
• Faktor pendukung: peran keluarga untuk mendukung minum obat maupun hidup sehat,
dan istirahat cukup, pemeriksaan seluruh anggota keluarga ke puskesmas atau BKPM
untuk tes BTA.
• Faktor penghambat: (-)
• Indikator keberhasilan: pengetahuan keluarga meningkat, kesadaran anggota keluarga
untuk meningkatkan sirkulasi udara dan pencahayaan rumah, dan kepatuhan untuk minum
obat.
Fungsi Keluarga

• Seluruh anggota keluarga pasien beragama Islam dan menjalankan


Keagamaan ibadah dengan taat di rumah
• Keluarga pasien adalah suku Jawa dan mengikuti adat, etika, nilai, serta
Budaya norma yang berlaku
• Seluruh anggota keluarga pasien saling menyayangi, menghormati, dan
Cinta Kasih menghargai.

• Komunikasi yang baik dan saling percaya antar anggota keluarga memperlihatkan
Melindungi sudah terpenuhinya rasa aman, nyaman, dan penuh kehangat

Reproduksi • Ny. A memiliki satu anak angkat yang berusia 38 tahun.

• Pendidikan terakhir pasien adalah tamatan SD. Pasien tidak melanjutkan


Sosial - Pend pendidikannya karena masalah ekonomi. Anak dan cucu pasien pendidikan
melampaui pasien
• Sumber penghasilan keluarga berasal dari anak angkat dan menantu pasien yang
Ekonomi bekerja sebagai wirausaha dengan penghasilan tidak menentu,

• Hubungan antar keluarga baik. Semua masalah yang ada di keluarga ini diselesaikan
Psikologis ecara musyawarah

• Pasien sempat menderita TB paru pada tahun 2012, dinyatakan sembuh. Lalu tahun
Biologis 2017 berkontak dengan penderita TB, saat ini positif TB kembali

• tinggal di kawasan pedesaan padat penduduk. Pergaulan berasal dari kalangan


Sosial menengah kebawah. Keluarga pasien berhubungan baik dengan lingkungan sekitar
POLA KONSUMSI MAKANAN
PASIEN & KELUARGA
Frekuensi makan pasien dan keluarga teratur, yaitu 3 kali
sehari

Diolah sendiri oleh anak angkat pasien

Variasi makanan yang dikonsumsi keluarga, yaitu nasi, lauk


(tahu, tempe, ayam, telur), sayur (sup, lodeh, bayam, sayur
kangkung, dll), dan buah
Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga

Faktor Perilaku Keluarga Faktor Non Perilaku Keluarga

Sehari-hari pasien lebih sering di rumah Sarana kesehatan di sekitar rumah cukup
jauh, namun mudah diakses
Sore hari pasien sering bersosialisasi
dengan tetangga Puskesmas atau tempat praktik bidan
desa dapat ditempuh dengan angkutan
Cucu pertama pasien pergi ke kampus desa maupun sepeda motor milik pribadi
tiap siang hingga sore dan cucu kedua
pasien pergi ke sekolah tiap pagi Pembiayaan pengobatan pasien maupun
keluarga menggunakan JKN
Anak angkat dan menantu pasien mulai
bekerja dari pagi sampai malam
Pasien dan keluarga jarang membuka
pintu dan jendela
Anggota keluarga yang sakit, pasien dan
keluarga langsung membawanya ke
puskesmas
IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
Rumah pasien terletak di pemukiman penduduk yang padat dan termasuk
pemukiman biasa
Terdiri atas 1 ruang tamu (ukuran 4x5 m2), 2 ruang tidur (ukuran 3x3 m2),
dapur (ukuran 4x3 m2)
Kamar mandi dan jamban terpisah dari rumah yang letaknya di luar dengan
jarak 3 meter dari rumah dipakai pribadi hanya untuk keluarga
Dapur untuk masak besar (ukuran 5x3 m2)
Atap rumah dari genteng dengan plafon, dinding tembok, lantai rumah berupa
ubin

KRITERIA RUMAH SEHAT


Skor = 768  Tidak Memenuhi Syarat Rumah Sehat
DENAH RUMAH
Puskesmas Borobudur SMK Muhammadiyah Borobudur

Candi Borobudur

Dusun Tingalwetan
Rumah Ny. Amin

DENAH JALAN KE PELAYANAN


KESEHATAN
Diagram Realita Keluarga
SEGITIGA EPIDEMIOLOGI PASIEN
DIAGNOSIS HOLISTIK

Aspek Personal Aspek Klinis


Aspek kedatangan Berdasarkan hasil anamnesis,
Pasien datang berobat ke puskesmas pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
karena keluhan batuk kronis disertai penunjang disimpulkan bahwa
darah. Pasien pernah mengalami diagnosis pasien tersebut adalah TB
keluhan yang sama dan didiagnosis TB Paru Relaps.
Paru BTA (+) pada tahun 2012.

Kekhawatiran
Pasien khawatir keluhannya bertambah
parah dan menyebabkan kematian,
serta dapat menularkan penyakitnya
kepada anggota keluarga yang lain.

Harapan
Pasien berharap sembuh dan tidak
mengalami keluhan yang sama
dikemudian hari.
DIAGNOSIS HOLISTIK

Aspek Internal Aspek Eksternal


Genetik Hubungan antar anggota keluarga
cukup baik
Tidak terdapat faktor genetik yang
berkaitan dengan keluhan yang dialami anak angkat pasien berperan sebagai
pasien. pengawas minum obat.
Pola makan Pasien tinggal di lingkungan rumah
Frekuensi makan pasien dan keluarga yang padat penduduk dan sering
teratur, yaitu 3 kali sehari dan menu kontak/komunikasi dengan tetangga
makanan bervariasi setiap hari. termasuk tetangga yang menderita TB
Paru.
Rumah pasien kurang pencahayaan
Kebiasaan dan sirkulasi udara sehingga
Sehari-hari pasien paling sering berada di memungkinkan kuman berkembang
rumah, namun pada sore hari pasien sering biak dengan baik.
bersosialisasi dengan tetangga sekitar
rumah di halaman rumah mereka. Pasien Penghasilan rata-rata per bulan
memanfaatkan waktu luangnya untuk berasal dari anak angkat dan menantu
membantu usaha anaknya di rumah. pasien
Spiritual Jarak rumah pasien dengan fasilitas
kesehatan yang cukup dekat dan
Pasien menerima penyakit yang dideritanya mudah diakses,
saat ini dan berdoa agar diberikan
kesembuhan dan yakin dapat sembuh.
DIAGNOSIS HOLISTIK

Derajat Fungsional

Menurut skala, pasien termasuk


derajat 2 dimana pasien dapat
melakukan aktivitas ringan secara
mandiri
MANAJEMEN KOMPERHENSIF
Promotif
Edukasi untuk meningkatkan kondisi rumah menjadi rumah sehat

Preventif
Edukasi tentang penyakit TB
Edukasi tentang penyakit TB Paru merupakan salah satu penyakit menular
Edukasi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat serta syarat-syarat
rumah sehat
Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar rumah dengan menerapkan
prinsip rumah tangga sehat
Edukasi pasien dan keluarga pasien untuk menjaga jarak saat berbicara,
menerapkan etika bersin, batuk, dan membuang ludah yang baik dan benar
Menganjurkan untuk mengganti kertas koran menjadi kassa nyamuk sebagai
penutup lubang ventilasi
Edukasi untuk membuka gorden jendela agar pencahayaan baik, membuka
pintu dan jendela setiap hari agar terjadi pertukaran udara, dan
membersihkan rumah setiap hari termasuk sudut-sudut rumah.
Menyarankan pemeriksaan sputum untuk keluarga pasien yang tinggal serumah
dengan pasien.
Kuratif
Tablet FDC yang mengandung Isoniazid 2x300 mg, Rifampisin 1x450 mg, serta
Etambutol 1x250 mg

Rehabilitatif
Belum perlu dilakukan

Paliatif
Belum perlu dilakukan
ANALISIS KASUS
ANALISIS KLINIS

Juli 2012 Batuk lama 2 Pemeriksaan


bulan dahak & rontgen

Pasca 6 bulan  Pengobatan 6 BTA (+) & TB


BTA (-) bulan paru aktif

Keluhan yang
Mei 2017 sama dengan Pemeriksaan ulang
2012

Saat ini masuk Pengobatan 6 BTA (+) & TB paru


bulan ke 4 bulan lama aktif
Terdapat beberapa hal yang mendukung timbulnya
keluhan pasien menurut teori H.Bloom, yaitu kesehatan
manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur yang berkaitan

FAKTOR LINGKUNGAN

Pasien sering kontak/komunikasi dengan tetangga yang


menderita TB Paru

Keadaan rumah pasien yang lembab, serta kebersihan,


pencahayaan, dan ventilasi kamar kurang sehingga
memungkinkan bakteri berkembang biak dengan baik
Analisis Home Visit
Pasien tinggal bersama anak angkat, menantu, serta dua cucu
pasien.
Sehari-hari, pasien merupakan ibu rumah tangga yang selalu
membantu usaha anaknya untuk menambah penghasilan keluarga.

Family Assesment Tool


• Pasien tinggal bersama anak angkat, menantu, serta dua cucu pasien dalam
satu rumah
• bentuk keluarga orang tua tunggal serta dengan siklus keluarga dalam
masa pensiun dan lansia.
• Di dalam perangkat genogram, tidak ada yang memiliki riwayat genetik
keluhan yang sama.
• Hubungan pasien dengan keluarga baik.
• Fungsi keluarga pasien dinilai dengan perangkat APGAR dan keluarga
pasien termasuk dalam keluarga yang memiliki fungsi keluarga yang cukup
sehat dengan skor 7
Prinsip Kedokteran Keluarga
Holistic Care

Pada pasien telah dilakukan anamnesis disease (berkaitan dengan klinis pasien) dan anamnesis illness (berkaitan dengan perasaan pasien
terhadap penyakitnya), serta anamnesis psikososial dan tergali permasalahan klinis dan psikisnya yang saling berkaitan.

Comprehensive Care

Pasien telah mendapatkan aspek promotif berupa edukasi tentang penyakit TB, kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Upaya preventif dilakukan dengan menghindari faktor risiko yang dapat memperburuk keluhan pasien. Upaya kuratif telah dilakukan dengan
meminum obat secara teratur. Upaya rehabilitatif dan paliatif belum dilakukan.

Personal Care

Pasien telah diberikan kesempatan untuk bertanya, mendapat informasi tentang penyakit yang dialaminya, serta menyalurkan ide, perasaan,
harapan, dan masalah psikososial yang dihadapi.

Continuing Care

Pasien telah mendapatkan sekali kunjungan rumah untuk mengontrol perkembangan penyakit dan kesehatan pasien terkait faktor risiko,
kebiasaan, dan perilaku yang dapat memperburuk maupun memperingan penyakitnya.

Patient centered, family focused, and community oriented

Pasien telah melibatkan keluarga satu rumah, yaitu anak angkatnya terhadap penyakit yang diderita pasien.

Emphasis of preventive medicine

Upaya pencegahan berupa pengobatan dari puskesmas serta faktor perilaku pasien yang rutin meminum obat sudah dilakukan sehingga tidak
terjadi komplikasi.
PENUTUP
KESIMPULAN
Pasien bernama Ny. Amin di Dusun Tingal Wetan RT 05/ RW 02, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang

Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan Ny. Amin terdiri dari


empat hal yaitu faktor genetik, perilaku, lingkungan, dan pelayanan
kesehatan.

Keluarga memiliki peranan penting dalam proses kesembuhan pasien TB


terutama dalam hal pengawasan minum obat

Peran keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan peningatan


pengetahuan tentang TB serta faktor lingkungan dan perilaku yang dapat
menyebabkan ataupun memperburuk penyakit tersebut.
SARAN
Kepada keluarga untuk selalu melakukan pengawasan minum obat.
Kepada tenaga kesehatan untuk melakukan pendekatan kedokteran keluarga
dalam menangani kasus TB Paru.
Penyuluhan, penyebaran pamflet dan poster kepada masyarakat tentang TB
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar lebih sigap dalam
pengenalan gejala dini dan pengobatan TB.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai