Pembimbing :
dr. Dodik Pramono, M.Si., Med
PREVALENSI TB
TB membunuh 1,5 juta orang di dunia (kematian ♂ 890.000, ♀ 480.000, anak 180.000)
Di Indonesia tahun 2013 angka insiden TB 183/100.000 penduduk tahun 2014 angka insiden
meningkat menjadi 399/100.000 penduduk
Sanitasi rumah sangat erat kaitannya dengan angka kesakitan pada jenis penyakit
Tuberkulosis (TB)
Lingkungan perumahan juga sangat berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya
penyakit TB
TUJUAN
Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga,
dan siklus keluarga) pada pasien TB
Melakukan
pendekatan Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kedokteran masalah kesehatan pada pasien TB dan keluarganya
keluarga
terhadap
Mendapatkan solusi pemecahan masalah kesehatan
pasien TB dan pasien TB dan keluarganya
keluarganya
Bagi
Bagi
Puskesmas
Pasien dan
dan Tenaga
Keluarga
Kesehatan
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
Penatalaksan Epidemiologi
aan
Diagnosis Etiologi
Klasifikasi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi
menular yang bersifat menahun yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya
Berdasar hasil
pemeriksaan
Tuberkulosis dahak (BTA)
Paru
Klasifikasi Berdasarkan
tipe pasien
Tuberkulosis
Ekstra Paru
Gejala Klinis
Gejala lain
Gejala umum yang sering
dijumpai
Batuk terus-
menerus dan Dahak Berat badan Sesak nafas Berkeringat Demam
berdahak selama bercampur turun dan rasa nyeri malam walaupun meriang lebih
3 (tiga) minggu darah dada tanpa kegiatan dari sebulan
atau lebih.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase
intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan
obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan
TB PARU KASUS
TB PARU KASUS TB PARU KASUS
PUTUS BEROBAT
KAMBUH GAGAL PENGOBATAN
• Pasien yang
Menggunakan 5 Pengobatan
menghentikan
berdasarkan hasil uji
macam obat OAT pengobatannya <2 TB PARU KASUS
resistensi dengan
pada fase intensif bulan, pengobatan KRONIK
menggunakan minimal 5
selama 3 bulan. OAT dilanjutkan
OAT (minimal 3 OAT
(2 RHZES / 1 RHZE / sesuai jadwal.
yang masih sensitif),
• Pasien menghentikan
5 RHE) seandainya resisten
pengobatannya 2
tetap diberikan
bulan
Definisi Keluarga
Fungsi
Fungsi Fungsi
pendidikan
ekonomi agama
Fungsi
Fungsi
Fungsi status
rekreasi
pelindungan sosial
ARTI DAN KEDUDUKAN KELUARGA DALAM
KESEHATAN
Keluarga sebagai unit terkecil dalam msyarakat dan melibatkan
mayoritas penduduk
Bentuk • KELUARGA ORANGTUA TUNGGAL, yaitu keluarga yang terdiri dari pria
atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah, atau ditinggal mati, atau
Keluarga mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.
FAMILY MAP
Hubungan • BAIK namun pasien lebih sering bersama anak angkatnya, yaitu Ny. S
karena menantu pasien (Tn. A) sibuk bekerja di tempat berjualan.
Keluarga Sedangkan kedua cucu nya (A dan An. N) sibuk bersekolah..
APGAR
Kesimpulan : Skor
Komponen Skor APGAR berjumlah
Indikator 2 7,
1
dengan
(kadang-
0
(tidak sama
(selalu)
kata lain fungsi keluarga
kadang) sehat sekali)
Saya puas bahwa saya dapat kembali
Adaptation ke keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
Partnership membahas dan membagi masalah
dengan saya
perhatian, dll
Education Function
Pendidikan pasien masih minim hanya sampai jenjang
Sekolah Dasar akibat kendala biaya.
Medical Function
Kesadaran pasien untuk berobat teratur masih kurang
hanya saat pasien sakit atau ada keluhan saja
Perjalanan Hidup Keluarga (Family Life Line)
Tahun Usia Peristiwa Severity of Illness
Pasien tidak melanjutkan sekolah karena
1962 12 tahun Tamat SD
masalah biaya.
Pasien merasa memiliki tanggung jawab lebih
1964 14 tahun Penjual kue disekitar kampung setelah berkewajiban membantu
perekonomian keluarga
Pasien menikah dan ikut dengan Pasien memiliki tanggung jawab baru sebagai
1967 17 tahun
suaminya seorang istri
Pasien mengalami sakit batuk Pasien memiliki beban lebih karena harus
2012 62 tahun
lama mengkonsumsi obat rutin selama 6 bulan
Kesimpulan :
Keluarga masuk dalam perilaku
hidup bersih dan sehat madya
dengan skor 6
RESUME PENYAKIT DAN
PENATALAKSANAAN
YANG TELAH DIBERIKAN
KT : Sesak nafas
RPS :
Pasien mengeluh batuk-batuk sejak 5 bulan yang lalu. Batuk tak kunjung sembuh selama 1
bulan pertama disertai adanya demam selama beberapa hari. Batuk disertai dahak
berwarna hijau, terkadang pasien merasa di dahaknya terdapat bercak merah segar
seperti darah. Pasien merasa sesak nafas setiap pasien batuk. Pasien juga sering
berkeringat di malam hari, walaupun udara saat itu tidak panas. Pasien juga merasa
bajunya semakin longgar sejak pasien batuk hingga saat ini. Sebulan setelah batuk
pertama, pasien datang berobat ke puskesmas, kemudian dilakukan pemeriksaan dahak
dan didapatkan BTA (+). Pasien juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan rontgen,
dan didapatkan hasil TB paru lama aktif. Kemudian pasien diberikan obat yang harus terus
menerus diminum selama 6 bulan berturut-turut dan tidak boleh terputus.
RPD : RPK :
IMT
18,5
(Underweight)
• TD : 110/80 mmHg
• KU : Baik, terlihat kurus • Nadi : 82 x/menit
• KS : Composmentis • Nafas : 18 x/menit
(GCS E4 M6 V5) • Suhu : 36,8ºC
• Status Mental : Tenang
• Bentuk kepala :
Tidak teraba pembesaran KGB normochepale
di leher, submandibula, • Rambut : putih, tidak mudah
supraklavikula, axilla, inguinal, dicabut.
JVP normal
• Pucat : (-)
• Sianosis : (-)
• Ikterik : (-)
• Perdarahan : (-)
• Edema generalisata: (-)
• Perabaan kulit : Tidak
teraba kasar, akral
hangat
• Turgot : Kembali kurang
dari 2 detik • Edema (-), sianosis (-), atrofi
otot (-), capillary refill time <2
detik, akral hangat pada
kedua ekstremitas atas dan
kedua ekstremitas bawah,
ptekie (-)
• Bentuk : Tidak ada deformitas
pada tulang hidung (normotia).
• Kulit : Tidak ada lesi pada
• Edema palpebra -/-,
kulit.
konjungtiva anemis -/-, sklera
• Septum: Tidak ada deviasi
ikterik -/-, pupil isokor
septum.
diameter 3/3 mm, relek cahaya
• Konka : Konka tidak
+/+, reflek kornea +/+
membesar, tidak hiperemis.
• Mukosa: Tidak hiperemis.
• Inspeksi
• Inspeksi : Bentuk datar :dan
Iktus kordis tidak terlihat.
supel.
• Auskultasi : •Bising
Palpasi
usus :normal,
Posisi iktus
tidakkordis tidakbising
ada pe↑
usus. teraba
• Palpasi • Perkusi : batas jantung paru
normal.pembesaran hati.
Hati : Tidak teraba
Limpa :• Tidak
Auskultasi
teraba: pembesaran
Bunyi jantunglimpa.
I-II murni
Ginjal regular,
: Tidak tidakpembesaran
teraba ada murmurginjal.
& gallop.
Lain-lain : Tidak nyeri tekan, tidak ascites.
• Perkusi: Terdengar bunyi timpani.
Hasil Pemeriksaan Penunjang
BTA (+) 2
Diagnosis Kerja
TB Paru Relaps
Rencana Penatalaksanaan
a. Terapi Medikamentosa
Tablet FDC yang mengandung Isoniazid 2x300 mg, Rifampisin 1x450 mg, serta
Etambutol 1x250 mg
b. Non Medikamentosa
• Membuka pintu dan jendela setiap hari agar terjadi pertukaran udara.
• Membuka gorden jendela kamar agar sinar matahari dapat masuk ke dalam
ruangan yang dapat membunuh bakteri TB.
• Minum OAT secara teratur.
• Menjelaskan pentingnya peranan PMO dalam pengobatan TB.
• Suami dan anak-anak memakai masker, memeriksakan diri ke dokter dan
melakukan pemeriksaan sputum.
Hasil Penatalaksanaan Medis
• Pemeriksaan dilakukan saat kunjungan ke rumah pasien pada tanggal 9 Oktober 2017,
kondisi pasien seperti batuk dan sesak nafas sudah tidak ada.
• Faktor pendukung: peran keluarga untuk mendukung minum obat maupun hidup sehat,
dan istirahat cukup, pemeriksaan seluruh anggota keluarga ke puskesmas atau BKPM
untuk tes BTA.
• Faktor penghambat: (-)
• Indikator keberhasilan: pengetahuan keluarga meningkat, kesadaran anggota keluarga
untuk meningkatkan sirkulasi udara dan pencahayaan rumah, dan kepatuhan untuk minum
obat.
Fungsi Keluarga
• Komunikasi yang baik dan saling percaya antar anggota keluarga memperlihatkan
Melindungi sudah terpenuhinya rasa aman, nyaman, dan penuh kehangat
• Hubungan antar keluarga baik. Semua masalah yang ada di keluarga ini diselesaikan
Psikologis ecara musyawarah
• Pasien sempat menderita TB paru pada tahun 2012, dinyatakan sembuh. Lalu tahun
Biologis 2017 berkontak dengan penderita TB, saat ini positif TB kembali
Sehari-hari pasien lebih sering di rumah Sarana kesehatan di sekitar rumah cukup
jauh, namun mudah diakses
Sore hari pasien sering bersosialisasi
dengan tetangga Puskesmas atau tempat praktik bidan
desa dapat ditempuh dengan angkutan
Cucu pertama pasien pergi ke kampus desa maupun sepeda motor milik pribadi
tiap siang hingga sore dan cucu kedua
pasien pergi ke sekolah tiap pagi Pembiayaan pengobatan pasien maupun
keluarga menggunakan JKN
Anak angkat dan menantu pasien mulai
bekerja dari pagi sampai malam
Pasien dan keluarga jarang membuka
pintu dan jendela
Anggota keluarga yang sakit, pasien dan
keluarga langsung membawanya ke
puskesmas
IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
Rumah pasien terletak di pemukiman penduduk yang padat dan termasuk
pemukiman biasa
Terdiri atas 1 ruang tamu (ukuran 4x5 m2), 2 ruang tidur (ukuran 3x3 m2),
dapur (ukuran 4x3 m2)
Kamar mandi dan jamban terpisah dari rumah yang letaknya di luar dengan
jarak 3 meter dari rumah dipakai pribadi hanya untuk keluarga
Dapur untuk masak besar (ukuran 5x3 m2)
Atap rumah dari genteng dengan plafon, dinding tembok, lantai rumah berupa
ubin
Candi Borobudur
Dusun Tingalwetan
Rumah Ny. Amin
Kekhawatiran
Pasien khawatir keluhannya bertambah
parah dan menyebabkan kematian,
serta dapat menularkan penyakitnya
kepada anggota keluarga yang lain.
Harapan
Pasien berharap sembuh dan tidak
mengalami keluhan yang sama
dikemudian hari.
DIAGNOSIS HOLISTIK
Derajat Fungsional
Preventif
Edukasi tentang penyakit TB
Edukasi tentang penyakit TB Paru merupakan salah satu penyakit menular
Edukasi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat serta syarat-syarat
rumah sehat
Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar rumah dengan menerapkan
prinsip rumah tangga sehat
Edukasi pasien dan keluarga pasien untuk menjaga jarak saat berbicara,
menerapkan etika bersin, batuk, dan membuang ludah yang baik dan benar
Menganjurkan untuk mengganti kertas koran menjadi kassa nyamuk sebagai
penutup lubang ventilasi
Edukasi untuk membuka gorden jendela agar pencahayaan baik, membuka
pintu dan jendela setiap hari agar terjadi pertukaran udara, dan
membersihkan rumah setiap hari termasuk sudut-sudut rumah.
Menyarankan pemeriksaan sputum untuk keluarga pasien yang tinggal serumah
dengan pasien.
Kuratif
Tablet FDC yang mengandung Isoniazid 2x300 mg, Rifampisin 1x450 mg, serta
Etambutol 1x250 mg
Rehabilitatif
Belum perlu dilakukan
Paliatif
Belum perlu dilakukan
ANALISIS KASUS
ANALISIS KLINIS
Keluhan yang
Mei 2017 sama dengan Pemeriksaan ulang
2012
FAKTOR LINGKUNGAN
Pada pasien telah dilakukan anamnesis disease (berkaitan dengan klinis pasien) dan anamnesis illness (berkaitan dengan perasaan pasien
terhadap penyakitnya), serta anamnesis psikososial dan tergali permasalahan klinis dan psikisnya yang saling berkaitan.
Comprehensive Care
Pasien telah mendapatkan aspek promotif berupa edukasi tentang penyakit TB, kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Upaya preventif dilakukan dengan menghindari faktor risiko yang dapat memperburuk keluhan pasien. Upaya kuratif telah dilakukan dengan
meminum obat secara teratur. Upaya rehabilitatif dan paliatif belum dilakukan.
Personal Care
Pasien telah diberikan kesempatan untuk bertanya, mendapat informasi tentang penyakit yang dialaminya, serta menyalurkan ide, perasaan,
harapan, dan masalah psikososial yang dihadapi.
Continuing Care
Pasien telah mendapatkan sekali kunjungan rumah untuk mengontrol perkembangan penyakit dan kesehatan pasien terkait faktor risiko,
kebiasaan, dan perilaku yang dapat memperburuk maupun memperingan penyakitnya.
Pasien telah melibatkan keluarga satu rumah, yaitu anak angkatnya terhadap penyakit yang diderita pasien.
Upaya pencegahan berupa pengobatan dari puskesmas serta faktor perilaku pasien yang rutin meminum obat sudah dilakukan sehingga tidak
terjadi komplikasi.
PENUTUP
KESIMPULAN
Pasien bernama Ny. Amin di Dusun Tingal Wetan RT 05/ RW 02, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang