Anda di halaman 1dari 14

Disusun oleh :

Farah Umaini Azizah Riantoby (2017.61.002868)


Ayunda Erza Ramadhan (2017.61.003016)
Ira Tamara (2017.61.003088)
Riendra Zahra Tasya Febriliani (2017.61.003119)
• BPHTP (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) adalah pajak atas perolehan
hak atas tanah dan bangunan
(UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah)

BPHTP (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) adalah biaya pajak yang
dibebankan kepada pribadi atau badan yang mendapatkan perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan dari suatu perbuatan atau peristiwa hukum.
SUBJEK PAJAK
Subjek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
hak atas tanah atau bangunan.

OBJEK PAJAK
Objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
Perolehan ini disadarkan pada perbuatan yang disengaja atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan
oleh WP Pribadi atau badan.
Perolehan Hak atas Tanah dan atau bangunan, meliputi :
 Pemindahan Hak karena :
1. Jual beli 8. Penunjukan pembeli dlm lelang
2. Tukar-menukar 9. Pelaksanaan putusan hakim
3. Hibah yg mempunyai kekuatan hokum tetap
4. Hibah waris 10. Penggabunngan usaha
5. waris 11. Peleburan usaha
6. Pemasukan dalam perseroan atau badan 12. Pemekaran usaha
hokum lainnya 13. Hadiah
7. Pemisahan hak yg mengakibatkan
peralihan
 Pemberian Hak Baru karena :
1. Pelanjutan pelepasan hak
2. Diluar pelepasan hak

 Hak Atas Tanah termasuk Hak milik, hak guna usaha, guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rusun dan
hak pengelolaan
Objek Pajak yang Tidak dikenakan BPHTB adalah objek pajak
yang diperoleh :

1. Perwakilan diplomatic dan konsulat berdasar asas perlakuan timbal balik


2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum
3. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri
keuangan dengan syarat tidak menjalankan kegiatan lain diluar fungsi dan tugas
badan dan atau perwakilan organisasi
4. Orang Pribadi atau badan karena konversi hak dan perbuatan hokum lain dengan
tidak adanya perubahan nama
5. Orang pribadi atau badan karena wakaf
6. Orang pribadi atau badan yang digunakan unrtuk kepentingan ibadah
NILAI PEROLEHAN OBJEK PAJAK :
a. Jual Beli Harga transaksi
b. Tukar menukar Nilai pasar
c. Hibah Nilai pasar
d. Hibah wasiat Nilai pasar
e. Waris Nilai pasar
f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hokum lainnya Nilai pasar
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan Nilai pasar
h. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim Nilai pasar

i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak Nilai pasar
j. Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak Nilai pasar
k. Penggabungan usaha Nilai pasar
l. Peleburan usaha Nilai pasar
m. Pemekaran usaha Nilai pasar
n. Hadiah Nilai pasar
Harga yg tercantum dlm risalah
o. Penunjukkan pembeli dalam lelang
lelang
SISTEM PEMBAYARAN BPHTB

Sistem pemungutan BPHTB pada prinsipnya menganut sistem “self


assessment”. Artinya Wajib Pajak Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang dengan tidak
mendasarkan pada adanya surat ketetapan pajak. Pajak yang terutang
dibayarkan ke kas Negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Badan
Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat
pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Bea (SSB).
Ditetapkan dengan Besarnya tarif pajak tiap
peraturan daerah kabupaten kab./ kota mungkin berbeda
/kota yang bersangkutan asalkan tidak lebihh dari 5%

Dimaksudkan untuk memberikan


keleluasaan kepada pemda untuk
menetapkan tarif pajak yang dipandang
sesuai dengan kondisi masing-masing
daerah kab./kota
MEKANISME PEMBAYARAN BPHTB
Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak

Pajak Terutang = 5 X (NJOP – NPOPTKP )

NJOP = Nilai Jual Objek Pajak


NPOPTKP = Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
Sanksi Tidak Membayar BPHTB

Apabila WP diketahui kurang bayar BPHTB maka Dirjen Pajak dapat


menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB (SKBKB) beserta denda sebesar 2%
perbulan untuk jangka waktu maksimal 24 bulan dihitung mulai saat
terhutang pajak sampai diterbitkan SKBKB. Dirjen Pajak dapat menerbitkan
Surat Ketetapan BPHTB kurang Bayar (SKBKBT) jika ditemukan data baru
atau data yang sebelumnya tidak terungkap yang mengakibatkan
menambahnya jumlah pajak terutang setelah SKBKB terbit, maka dapat
dikenakan denda sanksi administrasi sebesar 100% dari kekurangan pajak
tersebut kecuali WP melaporkan sendiri sebelum adanya tindakan
pemeriksaan.
Seorang WP A membeli tanah dan bangunan dengan harga transaksi sebesar
Rp 65.000.0000,-. Diketahui NJOP PBB pedesaan dan perkantoran untuk
objek pajak tersebut adalah sebesar Rp 55.000.000,- dan besaaran
NPOPTKP yang ditetapkan pada kota di mana objek pajak berada adalah
sebesar Rp 60.000.000,-.
Hitunglah jumlah BPHTB yang terutang.

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak

Pajak Terutang = 5% x (NJOP- NPOPTKP)


Pajak Terutang = 5% x (Rp 65.000.000 - Rp 60.000.000)
Pajak Terutang = 5% x Rp 5.000.000
Pajak Terutang = Rp 250.000,-
CONTOH KASUS

Seseorang membeli sebuah rumah di Balikpapan dengan luas tanah 200m2 dan luas bangunan
100m2. Berdasarkan NJOP, harga tanah Rp700.000 per m2 dan nilai bangunan Rp600.000 per
m2. Lalu bagaimana cara menghitung BPHTB-nya?

* Harga Tanah: 200m2 x Rp700.000 = Rp 140.000.000


* Harga Bangunan: 100m2 x Rp600.000 = Rp 60.000.000 +
* Jumlah Harga Pembelian Rumah: = Rp 200.000.000
* Nilai Tidak Kena Pajak *) = Rp 60.000.000 –
* Nilai untuk penghitungan BPHTB = Rp 140.000.000
* BPHTB yang harus dibayar
5% x Rp140.000.000 = Rp 7.000.000

Anda mungkin juga menyukai