Anda di halaman 1dari 31

PENGENALAN & PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

(APD) dalam MELAKUKAN TINDAKAN ASUHAN


KEPERAWATAN

By :
RINA FERA DWIANTI KASTINO
PENGERTIAN
– Universal precautions merupakan suatu pedoman yang
ditetapkan oleh the Centers for Disease Control and Prevention
CDC Atlanta dan the Occupational Safety and Health
Administration (OSHA), untuk mencegah transmisi dari berbagai
penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan fasilitas
pelayanan kesehatan Menurut WHO dalam Nasronudin (2007)
– KewaspadaanUniversal (KU) atau Universal Precautions (UP)
adalah suatu carauntuk mencegah penularan penyakit dari cairan
tubuh, baik dari pasienke petugas kesehatan dan sebaliknya juga
dari pasien ke pasien lainnya. Kurniawati dan Nursalam (2007)
DEFINISI APD
 adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja
untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
 APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha
melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa
(engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan
dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti
dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir
TUJUAN
UNIVERSAL PRECAUTIONS

1. mengendalikan infeksi secara konsisten


2. memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosisa tau
tidak terlihat seperti berisiko
3. mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
4. asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya
Alat Pelindung Diri

Pelindung barier, yang disebut


secara umum disebut sebagai alat
pelindung diri (apd), telah digunakan
selama bertahun-tahun untuk
melindungi pasien dari
mikroorganisme yang ada pada
petugas kesehatan.
Lingkup Universal precautions
1. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai
2. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
3. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian
sarung tangan untuk mencegah kontak dengan
darah serta cairan infeksius yang lain.
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk
mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
6. Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang
digunakan ulang
7. Pengelolaan linen

http://lululinglinglung.blogspot.co.id/2012/08/penc
egahan-hivaids-melalui-universal_2.html
Penggunaan universal precautions
1. Jika semua pasien diperlakukan
seperti mereka memiliki virus
yang menyebar melalui darah
2. Jika tidak diperlukan
perlindungan ekstra apabila
seorang pasien didiagnosis
dengan hepatitis B, HIV, atau
hepatitis C.
3. Jika perlindungan ekstra hanya
diperlukan ketika pasien
diketahui atau diduga terinfeksi
oleh virus atau menyebar
melalui droplet, udara, atau rute
kontak transmisi.
(Dr.nursalam, hal: 84)
MACAM
UNIVERSAL PRECAUTIONS
1. CUCI TANGAN
CUCI TANGAN HARUS DILAKUKAN SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN
TINDAKAN KEPERAWATAN WALAUPUN MEMAKAI SARUNG TANGAN, DAN
ALAT PELINDUNG DIRI LAIN. TINDAKAN INI PENTING UNTUK MENGURANGI
MIKROORGANISME YANG ADA DI TANGAN SEHINGGA PENYEBARAN INFEKSI
DAPAT DIKURANGI DAN LINGKUNGAN KERJA TERJAGA DARI INFEKSI
(KURNIAWATI & NURSALAM, 2007).
2. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
PAKAI SARUNG TANGAN (KEDUA TANGAN) SEBELUM MENYENTUH KULIT YANG
TERLUKA, MUKOSA, DARAH , BAGIAN TUBUH LAIN, INSTRUMENT YANG KOTOR,
SAMPAH YANG TERKONTAMINASI, DAN SEBELUM MELAKUKAN PROSEDUR
INVASIVE
4. GUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI (KACAMATA PELINDUNG, MASKER MUKA
DAN CELEMEK, APRON, SEPATU) UNTUK MENCEGAH KEMUNGKINAN PERCIKAN
DARI TUBUH (SEKRESI DAN EKSKRESI) YANG MUNCRAT DAN TUMPAH (MISALNYA
SAAT MEMBERSIHKAN INSTRUMENS DAN BENDA LAINNYA)
Macam universal precautions
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit
yang terluka, mukosa, darah , bagian tubuh lain, instrument yang
kotor, sampah yang terkontaminasi, dan sebelum melakukan
prosedur invasive
3. Gunakan alat pelindung diri (kacamata pelindung, masker
muka dan celemek, apron, sepatu) untuk mencegah kemungkinan
percikan dari tubuh (sekresi dan ekskresi) yang muncrat dan
tumpah (misalnya saat membersihkan instrumens dan benda
lainnya)
4. Pengelolaan Dan Pembuangan Alat Benda Tajam Secara
Hati-hati.
5. Pengelolaan Alat Kesehatan Bekas Pakai Dengan Cara
Melakukan Dekontaminasi, Desinfeksi, Sterilisasi.
6. Pengelolaan Linen Yang Tercemar Dengan Benar.
(Dr.nursalam, hal: 84)
Indikasi universal precautions

1. Darah
2. Semen
3. Sekresi vagina
4. Synovial cairan
5. Cairan ketuban
6. Cerebrospinal cairan
7. Cairan pleura
8. Peritoneal cairan
9. Perikardial cairan
Cont…
Mencuci tangan ( menggunakan antiseptik / handrub )
 Sebelum dan setelah kontak dengan pasien.

 Segera Setelah menyentuh darah, cairan tubuh,

sekreta, ekskreta dan barang-barang yang


tecemar .
 Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.

 Sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

 Setelah menggunakan toilet.


Komponen Utama Penerapan
Kewaspadaan Standar
Sarung tangan
 Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekreta,

eksekreta dan barang yang tercemar.


 Bila kontak dengan membran mukosa / selaput

lendir dan kulit yang sudah tidak utuh


 Sebelum melakukan tindakan invasif
Komponen Utama Penerapan
Kewaspadaan Standar
Masker, kaca mata, pelindung wajah
 Melindungi membran mukosa mata, hidung dan mulut
terhadap kemungkinan percikan, ketika akan kontak
dengan darah dan cairan tubuh.

Gaun / Skort
 Melindungi kulit terhadap kemungkinan percikan, ketika
akan kontak dengan darah dan cairan tubuh.
 Mencegah kontaminasi pakaian selama melakukan
tindakan yang melibatkan kontak dengan darah atau
cairan tubuh.
Komponen Utama Penerapan
Kewaspadaan Standar
Kebersihan lingkungan
 Bersihkan, rawat dan desinfeksi peralatan dan
perlengkapan dalam ruang perawatan pasien secara
rutin setiap hari dan bilamana perlu.
Resusitasi pasien
 Gunakan penghubung mulut ( mouth piece / goodel ),
ambubag atau alat ventilasi lain untuk resusitasi mulut
ke mulut secara langsung.
Penempatan pasien
 Isolasi pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan
diri serta lingkungan dan dapat mencemari lingkungan
didalam ruangan terpisah / khusus ( isolasi ).
PENTING.........
 Perlakukan pasien atau petugas sebagai individu yang
potensial menularkan dan rentan terhadap infeksi.
 Cuci tangan.
 Gunakan sarung tangan.
 Gunakan APD.
 Gunakan antiseptik.
 Terapkan cara kerja aman.
 Buang sampah pada tempatnya.
 Lakukan dekontaminasi, pencucian dansterilisasi sesuai
prosedur.
Kewaspadaan berdasarkan penularan
/ transmisi
Kewaspadaan berdasarkan penularan / transmisi
diperuntukkan bagi pasien yang menunjukkan gejala
atau dicurigai terinfeksi atau mengalami kolonisasi
dengan kuman yang sangat mudah menular atau
sangat patogen dimana perlu upaya pencegahan
tambahan selain Kewaspadaan Standar untuk memutus
rantai penyebaran infeksi.

 Kewaspadaan berdasarkan transmisi perlu dilakukan


sebagai tambahan kewaspadaan standar.
Kewaspadaan penularan melalui
kontak
 Kewaspadaan ini untuk mengurangi resiko transmisi
organisme patogen melalui kontak langsung atau
tidak langsung.
 Pasien dengan infeksi kulit atau mata yang dapat
menular memerlukan penerapan tindakan
pencegahan kontak.
Kewaspadaan penularan melalui
percikan / droplet
 Untuk mengurangi resiko penularan melalui
percikan bahan infeksius.
 Transmisi droplet terjadi melalui kontak dengan
percikan partikel besar ( > 5µm ) yang
mengandung mikroorganisme.
Menggabungkan ketiga kewaspadaan berdasarkan
transmisi disamping penerapan kewaspadaan
standar akan menghasilkan tingkat kewaspadaan
yang memadai untuk semua penyakit menular
Proses Keperawatan pada tindakan
Standar Precaution
1. Pengkajian
a. Kaji lingkungan apakah fasilitasnya cukup
memadai untuk mencusi tangan. Apakah
airnya bersih? Apakah tersedia sabun?
Apakah ada handuk yang kering untuk
mengeringkan tangan anda?
b. Teliti dan periksa kedua tangan anda apakah
terdapat luka, kuku yang terkelupas atau ada
darha yang sangat kotor.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

RESIKO TERHADAP INFEKSI


PERENCANAAN

Tujuan yang ingin dicapai


Tangan perawat atau caregiver akan
dibersihkan secara adekuat untuk
menghilangkan mikroorganisme,
transient flora, dan kotoran dari kulit
 Implementasi
 Evaluasi :
Mencuci tangan adekuat untuk mengontrol
flora topical dan agen agen penyebab infeksi
yang ada ditangan. Tangan tidak terkontaminasi
selama atau segera sesudah mencuci tangan
Dokumentasi

Sumber: http://elkiu.blogspot.co.id/2009/01/standard-precaution.html
Kesimpulan

Memutus mata rantai penularan merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah
penularan penyakit infeksi, tetapi harus didukung dengan kepatuhan dan ketaatan
dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan dalam Standar Prosedur
Operasional. Adapun cara memutus mata rantai penularan infeksi tersebut adalah
dengan penerapan “Isolation Precautions” (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari 2
pilar/tingkatan, yaitu “Standard Precautions” (Kewaspadaan Standar) dan
“Transmission based Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan).
Promosi secara umum termasuk nutrisi yang adekuat akan dapat meningkatkan
daya tahan tubuh. Selanjutnya perlu perlindungan bagi petugas minimal dengan
imunisasi Hepatitis B, dan diulang tiap 5 tahun paska imunisasi.
Kewaspadaan yang konstan dalam penanganan benda tajam harus dilaksanakan
sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO). Luka tertusuk Jarum
merupakan bahaya yang sangat nyata dan membutuhkan program manajemen paska
pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/PEP) terhadap petugas kesehatan berkaitan
pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya,
yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya.

Sumber : https://ansharcaniago.wordpress.com/2013/04/14/pencegahan-
dan-pengendalian-infeksi-terkait-pelayanan-kesehatan-di-lahan-praktik/
Daftar pustaka

 Depkes RI bekerjasama dengan Perdalin. 2009. Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
SK Menkes No 382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes RI

 Depkes RI. 2006. Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Pelayanan


Kesehatan. Depkes RI: Ditjen Bina Yan Med

 Notoatmodjo S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta

 Siegel JD et al. and HICPAC CDC. 2007. Guideline for Isolation Precaution:
Preventing Transmission of Infectious Agent in Healthcare Setting. CDC hal 1-92

 Nursalam dan Ninuk. 2007. Asuhan Keperawatn Pada Pasien Terinfeksi. Jakarta.
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai