Anda di halaman 1dari 11

TANIN

Definisi
• Tanin adalah kelas utama dari metabolit
sekunder yang tersebar luas pada tanaman.
Tanin merupakan polifenol yang larut dalam
air dengan berat molekul biasanya berkisar
1000-3000 (Waterman dan Mole tahun 1994,
Kraus dll., 2003). Menurut definisi, tanin
mampu menjadi pengompleks dan kemudian
mempercepat pengendapan protein serta
dapat mengikat makromolekul lainnya
(Zucker, 1983). Tanin merupakan campuran
senyawa polifenol yang jika semakin banyak
jumlah gugus fenolik maka semakin besar
ukuran molekul tanin. Pada mikroskop, tanin
biasanya tampak sebagai massa butiran
bahan berwarna kuning, merah, atau
cokelat.
Lanjutan

• Tanin dapat ditemukan di daun, tunas, biji, akar, dan batang jaringan.
Sebagai contoh dari lokasi tanin dalam jaringan batang adalah tanin sering
ditemukan di daerah pertumbuhan pohon, seperti floem sekunder dan xylem
dan lapisan antara korteks dan epidermis. Tanin dapat membantu mengatur
pertumbuhan jaringan ini.
• Tanin berikatan kuat dengan protein & dapat mengendapkan protein dari
larutan. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam
angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya,
tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak
larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari
tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit
siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein.
Sifat –Sifat Tanin

• Secara fisika, tanin memiliki sifat-sifat: jika dilarutkan kedalam air akan
membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat, jika dicampur dengan
alkaloid dan glatin akan terjadi endapan, tidak dapat mengkristal, dan
dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan
protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
• Secara kimiawi, memiliki sifat-sifat diantaranya: merupakan senyawa
kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga
sukar mengkristal, tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi, dan
senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan
pemberi warna (Najebb, 2009).
Penggolongan

• Senyawa tanin termasuk ke dalam senyawa polifenol yang artinya senyawa


yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua
berdasarkan pada sifat dan struktur kimianya, yaitu tanin yang terhidrolisis
dan tanin yang terkondensasi. Tanin terhidrolisis biasanya ditemukan dalam
konsentrasi yang lebih rendah pada tanaman bila dibandingkan dengan
tanin terkondensasi. Tanin terkondensasi terdiri dari beberapa unit
flavanoid (flavan-3-ol) dihubungkan oleh ikatan-ikatan karbon. Tanin
terkondensasi banyak ditemukan dalam berbagai jenis tanaman seperti
Acacia spp, sericea Lespedeza serta spesies padang rumput seperti Lotus
spp.
Tanaman Penghasil

• Jenis tanaman yang mengandung tanin antara lain adalah daun sidaguri
(Sida rhombifolia L.) yang diketahui mengandung tanin cukup tinggi dan
telah digunakan sebagai pestisida nabati pembunuh ulat (larvasidal)
(Kusuma et al., 2009; Islam et al., 2003). Daun melinjo (Gnetum gnemon
L.) juga mengandung tanin. Daun gamal (Gliricidia sepium Jacq.) dan
lamtoro (Leucaena leucocephala Lamk.) mempunyai kandungan tanin 8-
10% (Suharti, 2005; Sulastri, 2009). Biji pinang (Areca catechu L.) dan
simplisia gambir (Uncaria gambir Roxb.) telah dikenal luas sebagai
penghasil tanin dengan kandungan tanin masing-masing sebesar 26,6% dan
30-40% (Pambayun, 2007; Hadad et al., 2007).
Manfaat

• Tanin diketahui dapat digunakan sebagai antivirus, antibakteri, dan


antitumor. Tanin tertentu dapat menghambat selektivitas replikasi HIV dan
juga digunakan sebagai diuretik (Heslem, 1989). Tanaman yang mengandung
tanin telah diakui memiliki efek farmakologi dan dikenal agar membuat
pohon-pohon dan semak-semak sulit untuk dihinggapi/dimakan oleh banyak
ulat (Heslem, 1989).
• Tanin terutama dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit agar awet dan
mudah digunakan. Tanin juga digunakan untuk menyamak (mengubar) jala,
tali, dan layar agar lebih tahan terhadap air laut. Selain itu tanin
dimanfaatkan sebagai bahan pewarna, perekat, dan mordan.
Lanjutan

• Senyawa tanin juga bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi


mukosa usus, khususnya usus besar dan menciutkan selaput lendir
usus, misalnya asam samak. Serta sebagai penyerap racun
(antidotum) dan dapat menggumpalkan protein. Oleh karena itu,
senyawa tanin dapat digunakan sebagai obat diare.
Skrinning Fotokimia

Bahan tanaman: daun Mangga (Mangifera indica).


• Persiapan ekstraksi tanaman: heksana, etil asetat dan ekstrak metanol dari
daun tanaman yang telah disiapkan sesuai dengan metode standar (Harborne,
1973; Sofowora, 1982). Sampel tanaman yang dikumpulkan ketika udara
kering dan digiling dengan menggunakan mesin penggilingan. Bahan yang telah
diserbukkan dipindahkan ke dalam alat Soxhlet dan diekstraksi dalam
ekstraktor Soxhlet menggunakan heksana, etil asetat dan metanol berturut-
turut masing-masing selama72 jam. Ekstrak terkonsentrasi sampai kering dan
residu yang diperoleh sebagai hitam solid, bergetah hitam kehijauan solid dan
kecoklatan hitam solid, masing-masing setelah itu, residu dipindahkan ke
dalam wadah sampel pra-ditimbang dan disimpan dan kemudian siap
digunakan untuk skrining fitokimia.
Lanjutan
• Ekstraksi air sampel dilakukan dengan menggunakan larutan uji klorida 15 %. Catat
warna yang dihasilkan. Jika warna yang dihasilkan adalah warna biru, maka
menunjukkan adanya tanin terhidrolisis. Atau, 10 mL kalium hidroksida (KOH)
disiapkan dalam gelas kimia, tambahkan 0,5 g ekstrak kemudian aduk. Jika terbentuk
endapan kotor, maka menunjukkan adanya tanin (Odebiyi dan Sofowora, 1978;
Sofowora, 1982).
• Berikut adalah indikator yang dapat digunakan ketika mengidentifikasi senyawa tanin
secara kualitatif:
Galotanin, Elagitanin + garam Feri → warna + hitam kebiruan
Tanin terkondensasi + garam Feri → coklat kehijauan
Galotanin + K-iodat → warna rosa
Asam galat bebas + K-iodat → warna jingga
Elagitanin + asam nitrit → mula-mula rosa, kemudian ungu, lalu biru
Tanin terkondensasi + vanilin + HCl → merah
Kromatografi dan Isolasi

• Tanin dapat diisolasi dari daun belimbing wuluh menggunakan metode


maserasi, sedangkan salah satu cara untuk memisahkan senyawa tanin adalah
dengan kromatografi lapis tipis preparatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui eluen terbaik dalam pemisahan senyawa tanin dari daun
belimbing wuluh dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan mengetahui jenis
senyawa tanin yang terdapat dalam daun belimbing wuluh.

Anda mungkin juga menyukai