CRS Katarak Senil Imatur
CRS Katarak Senil Imatur
Preceptor:
H j . G i l a n g M u t i a r a , d r. , S p M
Keterangan Umum
Nama : Tn. Ridwan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 65 tahun
Alamat : Margahayu Raya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Tanggal Pemeriksaan : 31 Januari 2018
Anamnesis
Pasien datang ke poliklinik mata RS Al-Islam dengan keluhan mata
merah pada kedua mata sejak 4 hari yang lalu. Mata merah awalnya
hanya terjadi pada mata sebelah kanan. Keluhan ini terjadi secara terus-
menerus. Ketika bangun tidur keesokan paginya, pasien mengeluhkan
terdapat cairan kental berwarna putih kekuningan yang menyebabkan
sulit membuka mata. Keluhan disertai dengan adanya rasa perih, mata
berair, bengkak dan seperti ada benda asing.
Pasien menyangkal pandangan silau saat melihat cahaya, nyeri pada
mata, rasa pusing, mual, muntah, seperti melihat pada teropong, mata
menjadi buram ataupun riwayat terpukul atau terluka pada mata.
Pasien memiliki riwayat nyeri sendi lutut yang sudah lama dan
menyangkal memiliki riwayat darah tinggi dan diabetes. Pasien
mengatakan istrinya mulai mengeluhkan keluhan yang sama. Keluhan ini
belum diobati oleh pasien.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kesan sakit : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Laju Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5oC
Status oftalmologis
OD OS
Visus 1,0 0,6
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Palpebra Superior Oedem (-) Hiperemi (-) Pus (-) Oedem (-) Hiperemi (-) Pus (-) massa (-
massa (-) nyeri (-) enteropion (-) ) nyeri (-) enteropion (-)
Ekteropion (-) Ekteropion (-)
Palpebra Inferior Oedem (-) Hiperemi (-) Pus (-) Oedem (-) Hiperemi (-) Pus (-) massa (-
massa (-) nyeri (-) enteropion (-) ) nyeri (-) enteropion (-)
Ekteropion (-) Ekteropion (-)
Silia Trichiasis (-) Districhiasis(-) Trichiasis (-) Districhiasis(-) Madarosis
Madarosis (-) (-)
Ap. Lacrimasi inversi (-) Eversi (-) epifora (-) sekret inversi (-) Eversi (-) epifora (-) sekret (-)
(-) mukokel (-) mukokel (-)
Conjungtiva Tarsal Hiperemi (+) Anemi (-) follicle(-) Hiperemi (+) Anemi (-) follicle(-) papil(-
Sup. papil(-) litiasis(-) ) litiasis(-)
Conjungtiva Tarsal Hiperemi (+) Anemi (-) follicle(-) Hiperemi (+) Anemi (-) follicle(-) papil(-
Inf. papil(-) litiasis(-) ) litiasis(-)
Conjungtiva Bulbi Hiperemi(+) massa(-) injeksi (-) Hiperemi(+) massa(-) injeksi (-)
pterigium(-) pterigium(-)
Cornea Oedem (-) Pterigium (-) Oedem (-) Pterigium (-)
Pupil bulat, -/+ 3mm bulat, -/+ 3mm
- Refleks direct
- Refleks (+) (+)
konsensuil (+) (+)
Mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet yang berfungsi untuk
membasahi bolamata.
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi
konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekunder adalah sistem imun yang
berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada
lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya
gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan
infeksi pada konjungtiva.
Gejala
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai
injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu
sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada
konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai
edema pada kelopak mata.
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada
konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya
sekret dan debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih
normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling
melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena
mungkin saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan
tubuh pada pasien yang lebih tua.
Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit
menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga
ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama
sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-
obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya
dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan
riwayat penggunaan lensa-kontak.
Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali
pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di
konjungtiva paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal
aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat
mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea secara
drastis dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel
goblet. Luka parut juga dapat mengubah bentuk palpebra superior dan
menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata dapat
menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada
kornea.
Penatalaksanaan
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal
spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai
disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi
topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen,
sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk
menghilangkan sekret konjungtiva.
Daftar Pustaka
Clinically Anatomy Moore, 5th Edition, 2005
Junquera’s Basic Histology 12th Edition, 2010
Ilmu Penyakit Mata, Edisi ke 5, Universitas Indonesia
Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology, 17th edition, 2007
Lang Ophthalmology, 2nd edition, 2006