Anda di halaman 1dari 26

Case Report Session

Conjunctivitis Bakterialis ODS


Oleh: SMF Ilmu Penyakit Mata

Mustika Wulandari | 12100117112 RS Al-Islam Bandung

M. Rachman Fadhilah | 12100117122 2018

Preceptor:

H j . G i l a n g M u t i a r a , d r. , S p M
Keterangan Umum
Nama : Tn. Ridwan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 65 tahun
Alamat : Margahayu Raya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Tanggal Pemeriksaan : 31 Januari 2018
Anamnesis
Pasien datang ke poliklinik mata RS Al-Islam dengan keluhan mata
merah pada kedua mata sejak 4 hari yang lalu. Mata merah awalnya
hanya terjadi pada mata sebelah kanan. Keluhan ini terjadi secara terus-
menerus. Ketika bangun tidur keesokan paginya, pasien mengeluhkan
terdapat cairan kental berwarna putih kekuningan yang menyebabkan
sulit membuka mata. Keluhan disertai dengan adanya rasa perih, mata
berair, bengkak dan seperti ada benda asing.
Pasien menyangkal pandangan silau saat melihat cahaya, nyeri pada
mata, rasa pusing, mual, muntah, seperti melihat pada teropong, mata
menjadi buram ataupun riwayat terpukul atau terluka pada mata.
Pasien memiliki riwayat nyeri sendi lutut yang sudah lama dan
menyangkal memiliki riwayat darah tinggi dan diabetes. Pasien
mengatakan istrinya mulai mengeluhkan keluhan yang sama. Keluhan ini
belum diobati oleh pasien.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kesan sakit : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Laju Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5oC
Status oftalmologis
OD OS
Visus 1,0 0,6
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hirschberg Test Orthotropia Orthotropia


Cover Uncover Test Orthophoria Orthophoria
Pergerakan bola mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah
 Duksi
 Versi
OD OS

Palpebra Superior Oedem (-) Hiperemi (-) Pus (-) Oedem (-) Hiperemi (-) Pus (-) massa (-
massa (-) nyeri (-) enteropion (-) ) nyeri (-) enteropion (-)
Ekteropion (-) Ekteropion (-)
Palpebra Inferior Oedem (-) Hiperemi (-) Pus (-) Oedem (-) Hiperemi (-) Pus (-) massa (-
massa (-) nyeri (-) enteropion (-) ) nyeri (-) enteropion (-)
Ekteropion (-) Ekteropion (-)
Silia Trichiasis (-) Districhiasis(-) Trichiasis (-) Districhiasis(-) Madarosis
Madarosis (-) (-)
Ap. Lacrimasi inversi (-) Eversi (-) epifora (-) sekret inversi (-) Eversi (-) epifora (-) sekret (-)
(-) mukokel (-) mukokel (-)
Conjungtiva Tarsal Hiperemi (+) Anemi (-) follicle(-) Hiperemi (+) Anemi (-) follicle(-) papil(-
Sup. papil(-) litiasis(-) ) litiasis(-)
Conjungtiva Tarsal Hiperemi (+) Anemi (-) follicle(-) Hiperemi (+) Anemi (-) follicle(-) papil(-
Inf. papil(-) litiasis(-) ) litiasis(-)
Conjungtiva Bulbi Hiperemi(+) massa(-) injeksi (-) Hiperemi(+) massa(-) injeksi (-)
pterigium(-) pterigium(-)
Cornea Oedem (-) Pterigium (-) Oedem (-) Pterigium (-)
Pupil bulat, -/+ 3mm bulat, -/+ 3mm
- Refleks direct
- Refleks (+) (+)
konsensuil (+) (+)

Lensa Jernih, Iris shadow (-) Jernih, Iris shadow (-)


Resume
Pasien datang ke poliklinik mata RS Al-Islam dengan keluhan mata
merah pada kedua mata sejak 4 hari yang lalu. Mata merah awalnya
hanya terjadi pada mata sebelah kanan. Keluhan ini terjadi secara
terus-menerus. Ketika bangun tidur keesokan paginya, pasien
mengeluhkan terdapat cairan kental berwarna putih kekuningan yang
menyebabkan sulit membuka mata. Keluhan disertai dengan adanya
rasa perih, mata berair, bengkak dan seperti ada benda asing.
Pasien memiliki riwayat nyeri sendi lutut yang sudah. Pasien
mengatakan istrinya mulai mengeluhkan keluhan yang sama. Keluhan
belum pernah diobati oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, conjunctiva hiperemis dengan
sekret bening
Differential Diagnosis
Konjungtivitis bakterialis
Uveitis
Diagnosis Kerja
Konjungtivitis Bakterialis ODS
Rencana Terapi
Antibiotik topical spectrum luas: Chlorampenicol (1%), gantamycin
(0,3%) eye drops setiap 3-4 kali sehari.
Untuk mencegah penularan, diberi penyuluhan higienis perorangan
pada penderita dan keluarga
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Anatomi konjungtiva
Konjungtiva merupakan membrane yang menutupi skera dan kelopak mata bagian
belakang.

Mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet yang berfungsi untuk
membasahi bolamata.

Konjungtiva terbagi menjadi 3 bagian:

Konjungtiva tarsal : merman mukosa transparan yang menutupi tarsus


Konjungtiva bulbi : menutupi sklera dan mudah digerakan dari sklera dibawahnya
Konjungtiva forniks : tempat peralihan antara konjungtiva trsal dengan konjungtiva
bulbi.
Histologi Konjungtiva
Secara histologi konjungtiva dilapisi oleh epitel silindris
bertingkat, yang memiliki sel-sel-sel goblet yang dapat mensekresikan
mucus.
Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini
adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya,
konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor
lingkungan lain yang mengganggu.
Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair
sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental.
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada
mata semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-
obatan topical dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya
jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi
organ dan menjalani terapi imunosupresif.
Konjungtivitis akut muncul secara tiba-tiba dan seringnya, secara unilateral.
Inflamasi pada mata kedua terjadi dalam 1 minggu. Durasi kurang dari 4
minggu. Sedangkan pada konjungtivitis kronis, durasi lebih dari 3-4 minggu.
Konjungtivitis Bakteri
Inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis
ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada
mata dan iritasi mata.
ETIOLOGI
Dibagi menjadi empat bentuk: hiperakut, akut, subakut dan kronik.

• Hiperakut: N. gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis.


• Akut: Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus.
• Subakut: H influenza dan Escherichia coli
• Kronik: konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi
duktus nasolakrimalis.
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian
mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke
orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering
kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi.
Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti streptococci,
staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan
tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan
infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi
eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah.

Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab


perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotik.

Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi
konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekunder adalah sistem imun yang
berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada
lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya
gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan
infeksi pada konjungtiva.
Gejala
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai
injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu
sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada
konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai
edema pada kelopak mata.
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada
konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya
sekret dan debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih
normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling
melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena
mungkin saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan
tubuh pada pasien yang lebih tua.
Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit
menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga
ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama
sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-
obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya
dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan
riwayat penggunaan lensa-kontak.
Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali
pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di
konjungtiva paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal
aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat
mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea secara
drastis dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel
goblet. Luka parut juga dapat mengubah bentuk palpebra superior dan
menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata dapat
menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada
kornea.
Penatalaksanaan
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal
spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai
disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi
topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen,
sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk
menghilangkan sekret konjungtiva.
Daftar Pustaka
Clinically Anatomy Moore, 5th Edition, 2005
Junquera’s Basic Histology 12th Edition, 2010
Ilmu Penyakit Mata, Edisi ke 5, Universitas Indonesia
Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology, 17th edition, 2007
Lang Ophthalmology, 2nd edition, 2006

Anda mungkin juga menyukai