Anda di halaman 1dari 20

INKONTINENSIA URINE

WISOEDHANIE WIDI A
Lansia mengalami perubahan secara biologis, dimana sel-sel sudah mengalami
penurunan sel, penurunan fungsi panca indera, penurunan lemak di bawah
kulit, sehingga kulit berkurang elastisitasnya
Perubahan yang sering terjadi yaitu lansia lebih cenderung mengalami
inkontinensia dikarenakan otot-otot yang berperan menahan keluarnya cairan
urine dari kandung kemih atau kantung urine menjadi semakin melemah,
sehingga tidak dapat menahan keluarnya urine
Berkaitan dengan perubahan biologis yaitu penurunan musculoskeletal,
melemahnya otot-dasar panggul dan ketidakmampuan otot sfinger eksternal
sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urin, itu sebabnya makin
lanjut usia makin besar kecenderungan untuk menderita inkontinensia urine
(Setiati, 2001)
Prevalensi inkontinensia urine Indonesia pada usia lebih dari 60 tahun bekisar
15-30%. Surbey inkontinensia urine di Indonesia dilakukan oleh divisi Geriatri
Poli Geriatri Dr. Sardjito didapatkan angka prevalensi inkontinensia urine sebesar
14,47% (Setiati & Pramantara, 2007).
Inkontinensia urine merupakan kehilangan control berkemih yang bersifat
sementara atau menetap. Klien tidak dapat mengontrol sfingter uretra eksterna,
merembesnya urine dapat berlangsung terus menerus atau sedikit demi sedikit
(Potter&Perry, 2005). Inkontinensia urine dapat menyebabkan masalah
kerusakan kulit, masalah psikososial seperti rasa malu, isolasi dan menarik diri
dari pergaulan social (Kozier, 2010)
Smeltzer dan Bare, menyampaikan bahwa inkontinensia urine juga
menyebabkan perasaan malu, kehilangan percaya diri, dan isolasi sosial
Lansia dg kondisi kesehatan yang melemah dapat mengalami disfungsi pada
bladder dan bowel (Wilkinson, 2009). Otot vesiko urinaria menjadi lemah dan
kapasitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi berkemih
meningkat
Perubahan fisiologis terkait usia menyebabkan penurunan kapasitas kandung
kemih, pengosongan yang tidak tuntas, kontraksi selama pengisian dan
penurunan urine residu. Dalam kondisi nyaman lansia mampu mneyimpan 250-
300 ml urine dibandingkan orang dewasa dengan kapasitas tamping urine dalam
kandung kemih orang dewasa muda sebanyak 350-400 ml (Miller, 1999).
Identifikasi awal perubahan status inkontinensia mampu meningkatkan kualitas
perawat dalam manajemen terapi simptomatik, aktivitas menilai status
inkontinensia pada lansia adalah bentuk interpretasi tindakan yang
mempengaruhi pada lansia. Tujuan identifikasi inkontinensia urine pada lansia
merupakan dasar pengelolaaan inkontinensia urine, memastikan startegi
manajemen inkontinensia urine yang akan dilakukan menurut bukti terbaik dan
meningkatkan pemelihataan integritas kulit ( Pearce, 2002)
1. INKONTINENSIA URGENSI
Pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada peringatan ingin melakukan
urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang berebihan atau kontraksi kandung
kemih yang tidak terkontrol

Berkemih dapat dilakukan, tetapi orang biasanya berkemih sebelum sampai ke toilet. Mereka
tidak merasakan adanya tanda berkemih. Kondisi ini terjadi karena kandung kemih sso
berkontraksi tanpa didahului oleh keinginan berkemih karena adanya penuruan fungsi
persyarafan yang mengatur perkemihan
2. INKONTINENSIA TEKANAN
Pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang meningkatkan tekanan dalam
lubang intra abdominal. Batuk, bersin, tertawa dan mengangkat beban berat adalah aktivitas
yang dapat menyebabkan inkontinensia urine

Adanya tekanan dalam abdomen, seperti bersin, dapat menyebabkan kebocoran urine dari
kandung kemih serta tidak terdapat aktivitas kandung kemih. Tipe inkontinensia ini sering
diderita oleh ibu yang mempunyai banyak anak
3. INKONTINENSIA OVER FLOW
Terjadi jika retensi menyebabkan kandung kemih terlalu penuh dan sebagian terlepas secara
tidak terkontrol, hal ini pada umumnya disebabkan oleh neurogenic blader datau obstruksi
bagian luar kandung kemih

Sso dengan inkontinensia over flow akan mengeluh bahwa urinennya mengalir terus
menerus, yang disebabkan karena obstruksi pada saluran kemih seperti pada pada
pembesaran prostat atau konstipasi. Untuk pemebsaran prostat yang menyebabkan
inkontinensia umumnya diperlukan tindakan pembedahan
4. INKONTINENSIA REFLEKS
terjadi karena kondisi system saraf pusat yang terganggu seperti pada demensia.
Pengosongan kandung kemih dipengaruhi reflex yang dirangsang oleh pengisian.kemampuan
rasa ingin berkemih dan berhenti berkemih tidak ada

5. INKONTINENSIA FUNGSIONAL
Kandung kemih dan saluran urine utuh tidak mengalami kerusakan persyarafan yang secara
langsung mempengaruhi system perkemihan tersebut. Kondisi ini muncul akibat beberapa
ketidakmampuan lain yang mengurangi kemampuan mempertahankan kontinensia.
Contoh:sso yang berada di kursi roda
MANIFESTASI KLINIS
1. IU URGENSI
- Kontraksi otot detrusor yang tidak terkontrol  kebocoran urine
- Kandung kemih hiperaktif/ketidakstabilan detrusor
- Disfungsi neurologis
- Sistitis
- Obstruksi pintu keluar kandung kemih

2. IU Stress
- Tidak terdapat konstraksi otot detrusor
- Tonus otot panggul yg buruk
- Defisiensi sfingter uretra, congenital atau didapat
- Kelebihan berat badan
3. IU KOMBINASI
kombinasi 1 dan 2
4. IU OVER FLOW
- Disfungsi neurologis
- Penyakit endokrin
- Penurunan kelenturan dinding kandung kemih
- Obstruksi pintu keluar kandung kemih
ASKEP
1. PENGKAJIAN
- Pengkajian setiap system pd lansia
- Fungsi kognitif
- ADL, resiko jatuh
2. ANALISA DATA
3. DIAGNOSA
Beberapa contoh diagnose:
- Inkontinensia urine stress b.d tekanan intraabdomen tinggi ditandai dengan melaporkan
rembesan involunter sedikit urine pada saat tertawa, bersin, batuk
- Ansietas b.d perubahan status kesehatan ditandai dengan perasaan tidak nyaman atau
ketakutan

 sesuaikan dg SDKI
4. PENATALAKSANAAN
- Pengurangan kafein

- Operatif
- Farmakologi
- Pada kasus ringan atau sedang  tx konservatif
a. Latihan otot dasar panggul
b. Stimulasi  bladder training

Anda mungkin juga menyukai