Anda di halaman 1dari 22

KEL.

- Anggita Wulandari
- Aprillia Sulastri
- Dana Indania Sari
- Kressida Hardini
- Viola Finka Ramdhanty
PROSES ADAPTASI
PSIKOLOGIS
IBU MASA NIFAS
Proses Adaptasi Masa nifas juga merupakan salah satu fase
Psikologi Ibu dalam yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan
Masa Nifas antara ibu dan bayi yang sudah lama
terbentuk sebelum kelahiran akan semakin
mendorong wanita untuk menjadi ibu yang
sebenarnya. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi yang harus dijalani.
Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya
bayi yang baru lahir. Periode masa nifas
merupakan waktu dimana ibu mengalami
stres pasca persalinan, terutama pada ibu
primipara.
A. KONSEP DASAR PERUBAHAN
PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS

1. 3. Tugas dan
Perubahan Tanggung
Peran Jawab
Orangtua
2. Peran menjadi
Orangtua setelah
Melahirkan
1. Perubahan Peran

Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua


setelah kelahiran anak. Sebenarnya suami dan istri
sudah mengalami perubahan peran mereka sejak
masa kehamilan. Perubahan peran ini semakin
meningkat setelah kelahiran anak.
2. Peran menjadi Orangtua setelah
Melahirkan

Periode ini ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk
mengasuh. Lama periode biasanya berlangsung selama kira-kira empat
minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama
membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi
(suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan
kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi
dan menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung
kira-kira selama 2 bulan.
3. Tugas dan Tanggung Jawab
Orangtua

1.Orang tua harus menerima keadaan


anak yang sebenarnya
2.Orang tua harus bisa menguasai cara
merawat bayinya
3.Orang tua harus menetapkan suatu
tempat bagi bayi baru lahir di dalam
keluarga
B. MASA ADAPTASI IBU
DALAM MASA NIFAS

1. Fase
dependent

2. Fase
independent

3. Fase
interdependent
1. Fase Dependent
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu
sangat menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya
dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan periode
beberapa hari ini sebagai fase menerima yang disebut dengan taking in
phase. Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung
selama 2 sampai 3 hari.
• Ia akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan
melahirkan.
• Pada saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat
menjalan masa nifas selanjutnya dengan baik.
• Membutuhkan nutrisi yang lebih, karena biasanya selera makan ibu
menjadi bertambah. Akan tetapi jika ibu kurang makan, bisa
mengganggu proses masa nifas.
2. Fase Independent
Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai
pada hari-hari pertama setelah melahirkan, maka pada
hari kedua sampai keempat mulai muncul kembali
keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas sendiri.
Di satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain
tetapi disisi lain ia ingin melakukan aktivitasnya sendiri.
Dengan penuh semangat ia belajar mempraktekkan
cara-cara merawat bayi. Rubin (1961) menggambarkan
fase ini sebagai fase taking hold.
3. Fase interdependent

Pada fase ini harus dimulai fase mandiri (letting go)


dimana masing-masing individu mempunyai kebutuhan
sendiri-sendiri, namun tetap dapat menjalankan
perannya dan masing-masing harus berusaha
memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi
unit dasar dari sebuah keluarga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa
menjadi orang tua pada saat post partum, antara lain :

1. Respon dan dukungan keluarga dan teman


2. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan
aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
4. Pengaruh budaya
POSTPARTUM BLUES
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan
setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu
yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam
menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada
minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan,
baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita
berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian
lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami
gangguan-gangguan psikologis, salah satunya yang disebut
Postpartum Blues
Penyebab Postpartum Blues
• Perubahan Hormon
• Stress
• ASI tidak keluar
• Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh
• Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi.
• Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun
persoalan lainnya dengan suami.
• Problem dengan Orangtua dan Mertua
• Takut kehilangan bayi.
• Takut untuk memulai hubungan suami istri (ML), anak akan terganggu.
• Rasa bosan si Ibu.
• Problem dengan si Sulung.
Gejala Postpartum Blues
a. Cemas tanpa sebab
b. Menangis tanpa sebab
c. Tidak sabar
d. Tidak percaya diri
e. Sensitive
f. Mudah tersinggung
g. Merasa kurang menyayangi bayinya
Pencegahan Pospartum Blues
• Pelajari diri sendiri
• Tidur dan makan yang cukup
• Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
• Beritahukan perasaan
• Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
• Persiapkan diri dengan baik
• Dukungan kelompok Postpartum Blues
• Olahraga
Kesedihan dan Duka Cita

2. Tahap
Penderitaan
(fase realitas)

1. Tahap
Syok 3. Tahap
resolusi
1. Tahap Syok
Tahap ini merupakan tahap awal dari kehilangan.
Manifestasi perilaku meliputi penyangkalan,
ketidakpercayaan, marah, jengkel, ketakutan,
kecemasan, rasa bersalah, kesendirian, kesedihan,
isolasi, mati rasa, menangis, introversi (memikirkan
dirinya sendiri)
Manifestasi fisik meliputi gelombang distress somatic
yang berlangsung selama 20-60 menit, menghela nafas
panjang, penurunan berat badan, anoreksia, tidur tidak
tenang, keletihan, penampilan kurus dan tampak lesu,
2. Tahap Penderitaan (fase realitas)
Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya
penyesuaian terhadap realitas yang harus ia lakukan
terjadi selama periode ini. Contohnya, orang yang
berduka akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya
tanpa kehadiran orang yang disayanginya.
3. Tahap resolusi (fase menentukan hubungan
yang bermakna)
Selama periode ini, orang yang berduka menerima
kehilangan, penyesuaian telah komplit, dan individu
kembali pada fungsinya secara penuh. Bidan dapat
membantu orang tua untuk melalui proses berduka,
sekaligus memfasilitasi pelekatan mereka dan anak
yang tidak sempurna dengan menyediakan lingkungan
yang aman, nyaman, mendengarkan, sabar,
memfasilitasi ventilasi perasaan negatif mereka dan
permusuhan, serta penolakan mereka terhadap
bayinya.
Pertanyaan
• Nada : jelaskan mengenai hindari perubahan hidup pada pencegahan
postpartumblues
• Fabiola : apakah postpartum blues dan babyblus itu berbeda ? Bagaimana
cara pencegahannya ?
• Tiara : bagaimana cara kita sebagai mahasiswa mengadapi pasien yang
mengalami duka cita yang mendalam dan apakah harus dirujuk ?
• Erma: apakah 3 fase adaptasi ibu nifas dialami oleh semua ibu nifas atau
hanya mengalami salah satu fase saja ?
• Laras : bagaimana sikap bidan bila ada bayi yang dilahirkan tidak normal
dan dari pihak keluarga tidak mau mengambil anaknya ?
• Tazkiya : Bagaimana peran bidan menghadapi kasus ibu yang tidak
terpenuhi kebutuhannya seperti kebutuhan dukugan dari keluarga ?

Anda mungkin juga menyukai