Anda di halaman 1dari 57

SKRIPSI

PERBEDAAN KADAR UREUM, KREATININ DAN HEMOGLOBIN


PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN ATAU
TANPA DIABETES MELITUS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI
RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

Rinda Nugrahini
1410015050
Latar Belakang
• Penyakit ginjal kronik adalah proses patofiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi
ginjal yang progesif dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal yang di tandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang menetap. Penyakit ginjal kronik didapatkan
ketika laju filtrasi glomerulus (LGF) <60 ml/menit/1,73
𝑚2 luas permukaan tubuh selama ≥ 3 bulan (Stevens &
Levin, 2013).
Lanjutan…

Menurut Global Burden of Disease study, penyebab


kematian diseluruh dunia pada tahun 1990 dan 2010
akibat penyakit ginjal kronik, dari urutan 28 menjadi
urutan 17 negara barat.

Kejadian penyakit ginjal kronik yang memerlukan


pergantian ginjal sangat tinggi, berkisar antara 150 –
400/satu juta penduduk di negara barat (Nicola & Zoccali,
2016).

Pada penyakit ginjal didapatkan prevalensi :


Usia ≥ 70 tahun lebih tinggi dibanding usia 20-39 tahun (49,2% , 5,9%),
Pada penderrita diabetes > tanpa diabetes (41,1%, 12%).
Lanjutan…

World Health Organization mengumunkan penyakit diabetes melitus meningkat,


dengan perkiraan 422 juta pada usia diatas 18 tahun menderita diabetes pada
tahun 2014, dengan terbanyak di Asia dan Pasifik Selatan.

Pada pasien diabetes melitus 40% memiliki


komplikasi ke penyakit ginjal (Lubis, 2015).

Penyakit ginjal diabetik merupakan penyebab utama terapi pergantian ginjal


(Gross JL, De Azevedo, & Silveiro SP, 2005).
Gangguan metabolik, hemodinamik, dan intraseleuler kompleks yang
akhirnya menyebabkan penyakit ginjal kronik tahap akhir (Hendromartono,
2015)
• Pada pasien penyakit ginjal • Pada gagal ginjal kronik juga
kronik dilakukan pemeriksaan terjadi anemia yang diakibatkan
kadar ureum dan kreatinin yang oleh kurangnya produksi
dapat menjadi petanda dalam hormon eritropoietin (EPO).
mengukur dan memantau laju
LFG.
• Apabila terjadi penurunan
• Pada penyakit ginjal kronik produksi eritropoietin akan
terjadi akumulasi toksin ureum menyebabkan berkurangnya sel
dan kreatinin di dalam darah darah merah yang di dalamnya
karena ketidakmampuan ginjal mengandung senyawa
dalam mengekresikannya. hemoglobin.
Panduan dari Kidney Disease Outcome Quality
Intiative (KDOQI) tahun 2006 merekomendasikan
untuk memulai terapi penggantian ginjal (TPG)
pada pasien dengan LFG<15mL/menit/1,73𝑚2 .

Hemodialisis menjadi pilihan terapi karena sudah


berhasil memperpanjang umur dan memberikan
kualitas hidup yang baik bagi penderita penyakit
ginjal kronik (Aditiawardana & Widodo, 2015).
• Pada penelitian yang pernah dilakukan di RS dr.Zainoel Abidin
Banda Aceh oleh Chadijah & Wirawanni (2011), kadar ureum
dan kreatinin lebih rendah pada pasien penyakit ginjal
kronik dengan diabetes melitus dibanding dengan pasien
penyakit ginjal tanpa diabetes melitus. Sedangkan kadar
hemoglobin lebih rendah pada penyakit ginjal kronik
dengan diabetes melitus dibanding dengan pasien penyakit
ginjal tanpa diabetes melitus.

• Penelitian yang dilakukan Anita (2016) di RS PKU


Muhammadiyah Yogyakarta. Tidak didapatkan perbedaan
kadar hemoglobin pada pasien penyakit ginjal kronik dengan
atau tanpa diabetes melitus.
Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan kadar ureum, kreatinin dan
hemoglobin pada penderita penyakit ginjal kronik dengan atau
tanpa diabetes melitus yang menjalani hemodialisis di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda?
Tujuan Penelitian
• Tujuan Umum

• Untuk mengetahui perbedaan kadar ureum, kreatinin dan


hemoglobin pada penderita penyakit ginjal kronik dengan
atau tanpa diabetes melitus yang menjalani hemodialisis
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
• Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui perbedaan kadar ureum penderita penyakit
ginjal kronik dengan atau tanpa diabetes melitus yang menjalani
hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

2. Untuk mengetahui perbedaan kadar kreatinin penderita penyakit


ginjal kronik dengan atau tanpa diabetes melitus yang menjalani
hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

3. Untuk mengetahui perbedaan kadar hemoglobin penderita


penyakit ginjal kronik dengan atau tanpa diabetes melitus yang
menjalani hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
Manfaat Penelitian
Manfaat Ilmiah
1. Sumber informasi dan pengetahuan pada bidang nefrologi khususnya
untuk penyakit ginjal kronik.
2. Menambah wawasan ilmiah dan pengetahuan tentang penyakit ginjal
kronik dengan atau tanpa diabetes melitus.
3. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

Manfaat bagi peneliti


1. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis masalah kesehatan di
masyarakat khususnya tentang penyakit ginjal kronik
2. Sarana pembelajaran untuk penerapan ilmu pengetahuaan yang sudah
didapatkan selama perkuliahan dan dituang dalam tulisan ilmiah.
• Manfaat klinisi:
1. Sumber informasi dalam melakukan edukasi pasien penyakit
ginjal kronik.
2. Sumber informasi dan masukan dalam menetapkan terapi
optimal pada pasien penyakit ginjal kronik dengan atau
tanpa diabetes melitus.
Kerangka Teori Etiologi
-Diabetes melitus
Faktor Predisposisi
-Non diabetes melitus (Penyakit Glomerular,
-Usia
Penyakit vascular, Penyakit tubulointerstisial,
-Jenis kelamin
Penyakit kistik)
- Sosial ekonomi
- Penyakit pada Transplantasi
- Merokok

Pemeriksaan Fungsi
Gejala Klinis Ginjal:
-Kadar Ureaum
-Kadar Kreatinin
Pemeriksaan Penunjang
Didapatkan penurunan LFG dan atau
kerusakan ginjal ≥ 3 bulan Pemeriksaan Darah
Lengkap

Diagnosis
Penyakit Ginjal Kronik Pemeriksaan
Sesuai dengan stadium Radiologi

Tatalaksana penyakit dasar, Stadium 5 dan atau


komorbid dan penjagaan memenuhi kriteria
diet. Hemodialisis

Hemodialisis
Kerangka Konsep

Diabetes Melitus
-Non diabetes mellitus (Penyakit Glomerular,
Penyakit vascular, Penyakit tubulointerstisial,
Penyakit kistik)
Penyakit Ginjal Diabetik

Pemeriksaan Fungsi
Ginjal:
Penyakit Ginjal Kronik -Kadar Ureum
-Kadar Kreatinin

Hemodialisis
Pemeriksaan Darah
-Kadar Hemoglobin

Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Hipotesis
• Terdapat perbedaan kadar ureum pada pasien penyakit ginjal
kronik dengan atau tanpa diabetes melitus yang menjalani
hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

• Terdapat perbedaan kadar kreatinin pada pasien penyakit


ginjal kronik dengan atau tanpa diabetes melitus yang
menjalani hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.

• Terdapat perbedaan kadar hemoglobin pada pasien penyakit


ginjal kronik dengan atau tanpa diabetes melitus yang
menjalani hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
METODE PENELITIAN
• Jenis Penelitian
• Observasional – analitik dengan cross sectional.

• Tempat dan Waktu Penelitian

Unit Hemodialisis RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Februari 2018
• Populasi Penelitian
• Semua pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

• Sampel Penelitian
• Semua pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
saat penelitian ini dilakukan dan memenuhi kriteria sampel
penelitian.
• Kriteria Sampel
• Kriteria Inklusi
1. Pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang menjalani terapi
hemodialisis dan telah dilakukan pemeriksaan kadar ureum,
kreatinin dan hemoglobin di RSUD Abdul Wahab Sjahranie pada
minggu pertama di bulan saat di lakukuan penelitian yang tercatat
dalam rekam medis.
2. Pasien yang bersedia menjadi subjek penelitian untuk dilakukan
pemeriksaan IMT ( indeks masa tubuh).
3. Berusia > 18 tahun.

• Kriteria Eksklusi
1. Pasien penyakit ginjal kronik yang baru pertama menjalani terapi
hemodialisis pada saat di lakukan penelitian.
2. Pasien yang telah diberikan terapi transfusi darah 90 hari terakhir
dari bulan saat dilakukan penelitian.
3. Pasien dengan keganasan saluran cerna
• Variabel Penelitian
• Variabel Bebas
1. Pasien penyakit ginjal kronik dengan diabetes melitus.
2. Pasien penyakit ginjal kronik dengan non diabetes
(Penyakit Glomerular, Penyakit vascular, Penyakit
tubulointerstisial, Penyakit kistik).

• Variabel Terikat
1. Kadar ureum
2. Kadar kreatinin
3. Kadar hemoglobin
• Cara Pengumpulan Data
• Cara pengumpulan data dalam penelitian menggunakan data
primer yang diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi
badan pada pasien serta data sekunder yang diperoleh dari rekam
medik pasien di bagian Hemodialisis dan Poli Penyakit Dalam
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda..

• Intrumen Penelitian
1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian:
2. Rekam medis pasien di bagian Hemodialisis dan Poli Penyakit
Dalam RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
3. Microtoise stature meter untuk mengukur tinggi badan.
4. Timbangan berat badan digital untuk mengukur berat badan.
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Penyakit ginjal kronik dengan diabetes melitus


Penyakit ginjal kronik akibat diabetes melitus berdasarkan
diagnosis dokter spesialis yang terdapat dalam rekam medik
bagian hemodialisis dan poli penyakit dalam RSUD Abdul
Wahab Sjahranie.
Skala ukur: Nominal
2. Penyakit ginjal kronik non diabetes melitus
Penyakit ginjal kronik non diabetes melitus berdasarkan
diagnosis dokter spesialis yang terdapat dalam rekam medik
bagian hemodialisis dan poli penyakit dalam RSUD Abdul
Wahab Sjahranie.
Skala ukur: Nominal
3. Hemodialisis
Salah satu terapi yang digunakan pada pasien dengan penyakit
ginjal kronik stadium 5 atau yang telah memenuhi kriteria
untuk dilakukan terapi hemodialisis dan ditetapkan oleh
dokter spesialis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
4. Kadar Ureum
Konsentrasi ureum dalam darah prehemodialisis di minggu
pertama yang terdapat pada rekam medis saat di lakukan
penelitian.
Kriteria Objektif: Dinyatakan dalam satuan mg/dl.
Skala Ukur: Rasio
5. Kadar Kreatinin
Konsentrasi kreatinin dalam darah prehemodialisis di minggu
pertama yang terdapat pada rekam medis saat di lakukan
penelitian.
Kriteria Objektif: Dinyatakan dalam satuan mg/dl.
Skala Ukur: Rasio
6. Kadar Hemoglobin
Konsentrasi hemoglobin dalam darah prehemodialisis di
minggu pertama yang terdapat pada rekam medis saat di
lakukan penelitian.
Kriteria Objektif: Dinyatakan dalam satuan g/dl.
Skala Ukur: Rasio
• Pengelolaan dan Penyajian Data
• Pengelolaan data dilakukan dengan menggunakan komputer
khususnya program Microsoft Excel 2010 dan SPSS.
• Data hasil analisis univariat di sajikan dalam bentuk narasi
dan tabel distribusi frekuensi. Penyajian data hasil analisis
bivariat dalam bentuk tabel dan narasi.
• Analisis Data
• Analisa Univariat
Bertujuan untuk menggambarkan karakteristik setiap variabel
dalam penelitian dengan gambaran distribusi frekuensi dalam
bentuk tabel dan persentase.
• Analisa Bivariat
Dilakukan uji normalitas, uji Shapiro-Wilk untuk sampel
yang kecil atau uji Kolmogorov smirnov untuk sampel yang
besar. jika nilai p > α (0,05) maka data terdistribusi secara
normal dan sebaliknya.

Pada data terdistribusi normal menggunakan uji beda


Independent T-Test atau Mann-Whitney pada data tidak
terdistribusi normal. Variabel bebas dan terikat dikatakan
memilki perbedaan atau tidak dilihat dari nilai p:

a) Jika p < α (0,05) maka 𝐻0 di totak dan 𝐻1 di terima,


berarti ada perbedaan variabel bebas dengan variabel
terikat.
b) Jika p > α (0,05) maka 𝐻0 di terima dan 𝐻1 di tolak,
berarti tidak ada perbedaan variabel bebas dengan
variabel terikat.
Alur Penelitian
Meminta izin pengambilan data ke RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda bagian rekam medik

Melakukan studi pendahuluan dengan mencatat jumlah


pasien yang melakukan terapi hemodialisiss di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Memilih dan mencatat karakteristik sampel yang sesuai


dengan karakteristik yang telah ditetapkan peneliti berupa
nama, usia, jenis kelamin, kadar ureum, kreatinin dan
hemoglobin

Mengelola dan menganalisa data hasil penelitian dengan


analisa univariat dan bivariat uji beda
Jadwal Penelitian
Tahun Bulan Minggu ke Keterangan
November
2017 I-IV
Desember
Penyusunan Proposal Penelitian
I
II
Januari III
Seminar Proposal Penelitian

IV
I
Revisi dan Pengajuan Permohonan Izin
II
Penelitian di Komisi Etik FK Unmul
Februari

III
IV Pengambilan dan Pengelolaan Data
I
2018
II
Maret
III
IV
Penyusunan Skripsi
I
II
III
April
IV
Seminar Hasil Penelitian dan Ujian Skripsi

I
Revisi Skripsi, Pencetakan dan Penyerahan
Mei
II Hardcopy Skripsi
Hasil Penelitian
Hasil Univariat
No. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Non Diabetes Melitus

Jumlah % Jumlah %

1. Usia Pasien

18 – 40 tahun 3 9,7 10 23,3

41 - 65 tahun 25 80,6 31 72.1

> 65 tahun 3 9,7 2 4,7

2. Jenis Kelamin

Laki – laki 12 38,7 24 55.8

Perempuan 19 61,3 19 44.2

3. Indeks Masa Tubuh


Kg/𝑚2

<18,5 ( Kurus) 1 3,2 3 7

18,5 – 25 (Normal) 19 61,3 35 81,4

>25 (Gemuk) 11 35.5 5 11,6

Jumlah 31 100 43 100


Gambaran biokimia hasil pemeriksaan laboratorium pasien PGK

Kelompok Diabetes Melitus Non Diabetes Melitus

Kadar Ureum (mg/dl)


Rerata ± SD 168,3 ± 57,9 171,5 ± 43,4

Kadar Kreatinin (mg/dl)


Rerata ± SD 13,4 ± 4,5 14,3 ± 4,9

Kadar Hemoglobin Median 8,8 9,3


(g/dl) Minimal 7,5 7,5
Maksimal 12 11,5
• Analisis Bivariat
Analisis Kadar Ureum

Kelompok Diabetes Melitus Non Diabetes Melitus P

Kadar Ureum
Rerata ± SD 168,3 ± 57,9 171,5 ± 43,4 0,785
(mg/dl)

P = 0,785 (p > 0,05) sehingga hipotesis kerja pertama (𝐻1 ) di tolak.


Hal ini menunjukan tidak terdapat perbedaan kadar ureum pada pasien dengan
atau DM yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Analisis Kadar Kreatinin
Kelompok Diabetes Non Diabetes P
Melitus Melitus

Kadar Kreatinin
Rerata ± SD 13,4 ± 4,5 14,3 ± 4,9 0,420
(mg/dl)

P = 0,420 (p > 0,05) sehingga hipotesis kerja pertama (𝐻1 ) di tolak.


Hal ini menunjukan tidak terdapat perbedaan kadar kreatinin pada pasien dengan
atau DM yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Analisis Kadar Hemoglonin
Kelompok Diabetes Non Diabetes P
Melitus Melitus

Kadar Median 8,8 9,2


Hemoglobin (g/dl) Minimal 7,5 7,5 0,587
Maksimal 12 11,5

P = 0,587 (p > 0,05) sehingga hipotesis kerja pertama (𝐻1 ) di tolak.


Hal ini menunjukan tidak terdapat perbedaan kadar hemoglobin pada pasien dengan
atau DM yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
PEMBAHASAN
• Terdapat 74 pasien terdiri dari 43 pasien dengan etiologi non
DM dan 31 pasien dengan etiologi DM.

• Etiologi non DM terdiri atas hipertensi, pielonefritis,


glomerulopati, nefropati obstruktif dan kista ginjal.
Usia
• sebanyak 75,7 % pasien berada di kelompok 41 - 65 tahun.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Novalia (2009) di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda didapatkan pasien PGK yang menjalani
hemodialisis berada di kelompok 50 – 65 tahun sebanyak 51%.

Pura et all (2008) di RS Hasan Sadikin Bandung menunjukan pasien PGK


terbanyak pada kelompok 50 – 65 tahun sebesar 42 %.
• Pada penelitan ini, kelompok usia > 65 tahun berjumlah 6,7 %.
• kelompok 18 – 40 tahun berjumlah 17,6 %.

PGK dapat mengenai di segala kelompok usia namun dengan bertambah


usia, semakin berkurang fungsi ginjal dan berhubungan dengan
penurunan kecepatan ekskresi glomerulus (Pranandari & Supadmi, 2015).

pola hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi minuman


sumpelemen dan minuman bersoda.
Jenis Kelamin
• perempuan dan laki-laki masing-masing yaitu sebesar 51.4%
dan 48,6 %

Hamdani (2017) di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dan Salawati


(2012) di RS PKU Muhammdiyah didapatkan pasien PGK yang menjalani
hemodialisis pada laki–laki lebih banyak daripada perempuan.

Salawati (2012) di RS PKU Muhammdiyah didapatkan pasien PGK yang


menjalani hemodialisis pada laki–laki sebesar 56,75 % lebih banyak
daripada perempuan sebesar 43,25 %.
Indeks Masa Tubuh
• IMT 18,5 – 25 (normal) terdiri dari pasien PGK dengan etiologi
DM sebesar 61,3 % dan pada pasien PGK dengan etiologi non
DM sebesar 81,4 %

penelitian yang dilakukan oleh Fahmia, Mulyati & Handarsari (2012),


bahwa IMT terbanyak terdapat pada kelompok 18,5 – 22,9 sebanyak 51,5%
.
penelitian yang dilakukan pura et all (2008) di RS Hasan Sadikin Bandung
menunjukan IMT ≥ 18,5 sebanyak 90,3 %
• PGK dengan IMT ≥ 25 (gemuk) lebih banyak pada pasien PGK
dengan DM sebanyak 35.5 % daripada pada pasien PGK non
DM 11,6 %.

- Memiliki IMT tinggi dari awal


- Terdapat hubungan antara gula darah dengan IMT
• IMT < 18 (kurus) didapatkan pada pasien PGK dengan DM
sebanyak 3,2 % dan pada pasien PGK non DM sebanyak 7 %.

• Hal ini didapatkan karena mual dan muntah akibat kadar


ureum yang tinggi di dalam darah (Suwitra, 2015).

Status gizi dapat dilakukan dengan pengukuran antropometri, klinis,


biokimia, biofisik serta menggunakan survey konsumsi makanan.
Penilaian status gizi dianjurkan dengan melakukan kombinasi beberapa
parameter, sehingga meningkatkan sensitivitas pengukuran.
Analisisperbedaan kadar ureum pada penderita PGK dengan atau
tanpa DM yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda

• Hasil dari penelitian ini menunjukan tidak terdapat perbedaan


kadar ureum antara pasien PGK dengan atau tanpa DM
dengan P = 0,785 (p > 0,05).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suryawan, Arjani, &
Sudarmanto (2016) di RSUD Sanjiwani Gianyar dan penelitian yang
dilakukan Ibrahim, Suryani, & Ismail (2016) di RS PKU Muhammadiyah
yang didapatkan seluruh pasien PGK yang menjalani hemodialisis
mengalami peningkatan kadar ureum di atas normal.
• Peningkatan konsentrasi zat tersebut dapat disebabkan
konsumsi sumber protein tinggi seperti telur, susu, daging
serta olahan kacang-kacangan seperti olahan tempe dan tahu.
Dapat pula disebabkan karena penurunan perfusi ginjal seperti
pada kekurangan cairan dan keadaan anti diuresis (Lydia &
Nugroho, 2015).

Penelitian tersebut dilakukan oleh Ibrahim, Suryani & Ismail (2016) di RS


PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan hasil uji korelasi spearmans
p = 0,205 (p > 0,05).
Penelitian lain juga dilakukan oleh Yuni & Zulaekah (2012) di RSUD Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten. Didapatkan hasil uji korelasi spearmans pada
asupan protein nabati p = 0,638 (p > 0,05) dan pada asupan protein
hewani p = 0,297 (p > 0,05).
• Kelebihan protein tidak disimpan di tubuh tetapi dipecah
menjadi urea dan subtansi nitrogen lainnya yang diekresi
melalui ginjal. Oleh karena itu, pemberian diet tinggi protein
mengakibatkan toksik uremik (Suwitra, 2015).

• Toksik uremik menyebabkan pasien mual, muntah dan


menyebabkan berkurangnya nafsu makan, gangguan pada
kulit, hormonal dan saraf (Sherwood, 2011).

• Hal lain yang menyebabkan kadar ureum yang tinggi pada


pasien PGK dapat disebabkan karena faktor prarenal seperti
syok, penurunan perfusi darah ke ginjal, peningkatan
katabolisme protein pada hemodialisis dan demam tinggi
(Sutedjo, 2009).
Analisisperbedaan kadar kreatinin pada penderita dengan atau tanpa
DM yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda

• Hasil analisis uji beda dengan independent t-test didapatkan


nilai P = 0,420 (P > 0,05) yang menunjukan tidak ada
perbedaan kadar kreatinin pada pasien PGK dengan atau
tanpa DM yang menjalani hemodialisis di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda

Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh


Anita (2015) di RS PKU Muhammadiyah uji beda dengan independent t-
test didapatkan P = 0,003 (P < 0,05) dan Hidayati (2009) di RSU Dr. Saiful
Awnwar Malang yang di dapatkan P < 0,05 .
• Peningkatan kadar kreatinin dalam darah dapat disebabkan
karena konsumsi tinggi protein.

penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim, Suryani, & Ismail (2016) di RS


PKU Muhamadiyyah Yogyakarta uji spearmans p = 0,205 (p>0,05).

• Hal ini dapat di sebabkan karena tingkat kerusakan ginjal yang


parah pada pasien PGK dengan atau tanpa DM yang menjalani
hemodialisis.
• Tingginya kadar kreatinin dalam darah sebanding dengan
jumlah nefron yang rusak (Sukandar, 2009).

• Dipengaruhi oleh penggunaan antibiotik dapat


menghancurkan flora normal dalam usus sehingga menggangu
eliminasi kreatinin eksternal serta penggunaan obat-obatan
seperti trimetophim dan cimetidin dapat menurunkan klirens
kreatinin. Hal ini yang dapat meningkatkan kadar kreatinin
dalam darah (Lydia & Nugroho, 2015).
Analisisperbedaan kadar hemoglobin pada pasien PGK dengan atau
tanpa DM yang menjalani hemodialisisdi RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda

• Hasil analisis uji beda dengan mann-whitney didapatkan nilai p


= 0,587 (p > 0,05) yang menunjukan tidak ada perbedaan
kadar hemoglobin pada pasien dengan atau tanpa DM yang
menjalani hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.

penelitian yang dilakukan oleh Anita (2015) dilakukan uji beda dengan
independent t-test p = 0,168 (p > 0,05). Dilakukan oleh Hidayati (2009)
didapatkan hasil uji beda dengan independent t-test p > 0,05
• Proses hemodialisis dapat menyebabkan kehilangan zat besi
3–5 gr/tahun.

• Hemodialisis dapat menyebabkan pasien kehilangan darah


rata-rata 4,6 L/tahun dan defisiensi asam folat.

• terapi hemodialisis, maka vitamin yang larut dalam air akan


hilang melalui membran dialisis (Singh, 2008).
• Anemia pada pasien PGK disebabkan oleh defisiensi
eritropoietin, masa hidup eritrosit yang memendek, defisiensi
Fe, defisiensi asam folat, kehilangan darah, serta proses
inflamasi akut dan kronik (Suwitra, 2015).

• Terjadinya proses inflamasi kronik pada pasien DM yang dapat


menyebabkan produksi sitokin pro-inflamasi, seperti
interleukin dan tissue nechrosis factor (TNF). Dimana kedua
zat tersebut yang dapat menurunkan kinerja eritropoietin
pada sumsum tulang (Bruney, Whitney, & Pinna, 2008).
• Toksik uremik terbukti dapat menginaktifkan eritropoietin
atau menekan respon sumsum tulang terhadap eritropoietin
untuk menghasilkan sel darah (National Kidney Foundation,
2012).

Siswandari &Indriani (2011) yang dilakukan pada 60 pasien PGK di RS


Margono Soekarjo dengan metode cross-sectional didapatkan hasil r = -
0,324, p = 0,011 (P < 0,05) berarti terdapat korelasi yang signifikan antara
kadar ureum dengan kadar hemoglobin.
• Keterbatasan Penelitian
Jumlah pasien yang tereklusi melebihi jumlah sampel yang
memenuhi kriteria dalam penelitian.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
• Tidak terdapat perbedaan kadar ureum antara pasien penyakit
ginjal kronik dengan atau tanpa DM yang menjalani
hemodilaisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

• Tidak terdapat perbedaan kadar kreatinin antara pasien


penyakit ginjal kronik dengan atau tanpa DM yang menjalani
hemodilaisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

• Tidak terdapat perbedaan kadar hemoglobin antara pasien


penyakit ginjal kronik dengan atau tanpa DM yang menjalani
hemodilaisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui status gizi
pasien PGK dengan menggunakan beberapa parameter seperti LLA,
IMT, lingkar panggul atau menggunakan kuosioner SGA (subjective
global assessment) untuk memperoleh gambaran status gizi yang
lebih jelas.

• Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan metode kohort


untuk melihat pengaruh durasi hemodialisis terhadap status gizi
yang dapat dilihat dari hasil biokimia pasien penyakit ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisis.

• Perlu adanya penyeluhan terkait kebutuhan nutrisi dari instansi atau


tenaga kesehatan kepada pasien PGK untuk meningkatkan
kesadaran dan kewaspadaan dalam konsumsi diet sehari-hari
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai