Anda di halaman 1dari 24

STIGMA & PENGOBATAN

ALTERNATIF
Rahmah Widyaningrum
Psikobud
Prolog,,
• Stigma: pandangan masyarakat yang diyakini
kebenarannya, tetapi sebenarnya keliru
– Berkaitan dengan dengan penyakit kronis, cacat
fisik dst, yang kemudian dikucilkan
– Stigma diinternalisasi sebagai “identitas yang
rusak”: terhina, rendah diri, menyimpang,
perbedaan yang memalukan.
Faktor yang mempengaruhi
• Fenomena gangguan/ kelainan sukar dikenal
sebagai suatu penyakit
• Sulit didapat dasar fisiknya
• Adanya takhayul di masyarakat
• Ketakutan masyarakat terhadap ketidakjelasan
gangguan/ kelainan yang diderita
• Banyak gangguan yang menahun
• Banyaknya informasi yang sampai ke masyarakat
(yang kadang berbeda-beda)
Pengaruh stigma
• Malu terhadap kelainan yang diderita
• Masyarakat takut terhadap penderita
• Dikucilkan  menunda pengobatan  memperlambat
proses penyembuhan
• Menghambat kembalinya penderita ke masyarakat
• Menganggap sebagai aib/ noda di keluarga
• Memacu berfikir irrasional
• Meningkatkan relaps
• Meningkatkan gelandangan psikotik
• Secara ekonomi merugikan keluarga
Perspektif salah stigma
• Kelainan/ cacat itu diturunkan
• Gangguan selalu dianggap gila
• Selalu merupakan cacat seumur hidup
• Faktor penghambat membentuk keluarga
• Gangguan jiwa dianggap sangat membahayakan
sehingga harus dipasung/ dirantai/ disekap
• Kelainan yang diderita bukan penyakit tetapi
akibat gangguan kekuatan jahat (roh, setan, jin)
Macam stigma
• Stigma terhadap penyakit
• Stigma terhadap RS
• Stigma terhadap komunitas (AnJal; PSK;
Waria; pengguna napza; korban perkosaan dll)
Contoh Stigma Terhadap Penyakit:
1. Kasus gizi buruk
• Keluarga dengan anak kekurangan gizi,
dianggap terkena kutukan sehingga tersisih
pada masyarakat di kabupaten Nias
• Penyebab masalah gizi buruk:
– Kemiskinan
– Kurangnya pengetahuan keluarga tentang gizi
– Adanya penyakit yang diderita anak
Gizi buruk
2. Filariasis kronis
• Terjadi pembesaran tungkai di bawah lutut
sampai kaki, di bawah siku, tangan, skrotum,
payudara, alat kelamin, lama kelamaan cacat
permanen
• Penularan: terkait sosbud (tingkat pengetahuan,
kepercayaan, sikap & kebiasaan masyarakat)
• Pentingnya promkes:
– Mengubah perilaku masyarakat (penggunaan
kelambu, ventilasi, pemakaian baju lengan panjang)
Filariasis (kaki gajah)
67 kasus di tasikmalaya (Juli, 2017)
3. Epilepsi
• Epilamba nein “bangkitan” yang tidak
terkendali & tidak wajar
• Sebagai manifestasi gangguan otak, dengan
berbagai gejala klinis (lepasnya muatan listrik
dari neuron otak secara berlebihan), sifat
reversibel dengan berbagai etiologi
• Dikenal: ayan/ mati kambing/ gila babi
• Persepsi
– Tidak dapat disembuhkan
– Karena guna-guna/ kemasukan roh halus
• Penanganan
– Disembunyikan oleh keluarga
– Diobatkan ke dukun
• Stigma epilepsi
– Epilepsi disebabkan karena kemarahan tuhan yang
ditimpakan ke seseorang karena berbuat jahat
• Epilepsi di suku toraja
– Kepercayaan aluk todolo
– Epilepsi sebagai penyakit kutukan
– Disebabkan oleh roh jahat yang ada di sungai
sa’dan maupun di sawah-sawah penduduk yang
merasa terganggu oleh ulah dari si penderita
– Penyembuhan: memukulkan bagian belakang
parang si dukun ke persendian si penderita (kaki-
leher) berulang-ulang dengan mantra
epilepsi
4. Kusta
• Kusta: penyakit kronis yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium leprae
• Menyerang saraf tepi, selanjutnya menyerang
kulit, mukosa mulut, sal nafas atas, sistem
retikuloendoteal, mata, otot, tulang dan testis,
kecuali SSP.
• Masa pembelahan 12 -21 hari, masa tunas 40
hari – 40 tahun
• Cara penularan pasti belum diketahui
– Sebagian besar inhalasi dan kulit (kontak lama)
– Faktor: sumber, bakteri, imunitas, sosek, iklim
• Komplikasi : kerusakan saraf dan gejala sisa
(cacat)
• Pandangan masyarakat tentang kusta
– Kutukan Tuhan
– Sebagai aib keluarga
– Sebagai penyakit kasta rendahan
Kusta/ lepra
• Kelompok risiko tinggi
– Tinggal dengan penderita dalam waktu lama
– Tinggal di lingkungan kurang bersih
– Ekonomi rata-rata di bawah garis kemiskinan
– Daya tahan rendah terhadap bakteri M. leprae
– Tinggal di daerah sulit dijangkau oleh petugas
kesehatan
5. Wanita dengan Hep C
• Cemas saat didiagnosis hepatitis C
• Cemas akan transmisi (mitra seksual),
hubungan dengan anggota keluarga, dan
anak-anak
• Muncul persoalan terhadap kemampuan
memenuhi peran yang diharapkan.
Hepatitis C
Selamat belajar,
jazakumullahu khairan ^^

Anda mungkin juga menyukai