Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 4

-Maretha Widya -Nandini


-Marjuki -Nurani Risma
-Mila -M.Rizki
-Miranda -Rahmah NurAzizah
-Mela -Regita
-Nadhilah
Osteoporosis didefinisikan sebagai kelainan skeletal sistemik yang
dikarakteristikkan dengan kekuatan otot yang berkurang yang merupakan
predesposisi pada peningkatan risiko fraktur.fraktur yang terjadi akibat tulang
osteoporosis melawan tekanan yang lebih besar daripada yang dapat
ditahannya.
Istilah osteopenia mengacu pada rendahnya densitas mineral tulang
dibandingkan dengan yang diharapkan berdasarkan jenis kelamin dan usia
seseorang.klien dengan osteopenia memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami fraktur osteoporosis daripada mereka dengan densitas normal
atau diatas rata-rata.Osteopenia merupakan faktor risiko terhadap fraktur.
WHO telah mengembangkan beberapa kategori umum untuk
mengklarifikasi definisi osteoporosis,antara lain :
1) Normal
2) Massa Tulang Rendah (osteopenia)
3) Osteoporosis
4) Osteoporosis berat (menetap)
Patofisiologi
• Patofisiologi osteoporosis berkaitan dengan perubahan kepadatan dan
kekuatan tulang akibat ketidakseimbangan pembentukan dan resorpsi tulang.
Kepadatan dan kekuatan tulang ini ditentukan oleh aktivitas osteoblas untuk
membentuk tulang dan aktivitas osteoklas untuk resorpsi tulang.
Ketidakseimbangan proses berupa peningkatan resorpsi hingga melebihi
pembentukan tulang dalam jangka panjang akan menyebabkan terjadinya
osteoporosis.
• Puncak massa tulang biasanya tercapai pada sekitar usia 30 tahun. Setelah
itu perlahan massa tulang menurun menjadi semakin berporos, tulang
trabekula menipis.
• Puncak massa tulang yang inadekuat, mengakibatkan densitas massa tulang
rendah. Berbagai faktor risiko seperti penuaan, hipogonadisme maupun
kondisi menopause, laju turnover tulang yang tinggi akan meningkatkan
kehilangan massa tulang sehingga menurunkan kualitas tulang. Penurunan
massa dan kualitas tulang akan meningkatkan kerapuhan tulang. Tulang
menjadi rentan fraktur.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Massa Tulang
 Asupan Nutrisi
 Hormon
 Stress Mekanik
 Genetik
 Usia

Memeriksa Kepadatan Tulang Menggunakan DEXA Scan


Untuk mendiagnosis terjadinya osteoporosis, Anda perlu menjalani tes untuk
memeriksa kepadatan tulang. Dual energy X-ray absorptiometry/DEXA
scan adalah pemeriksaan paling umum untuk memperkirakan risiko keretakan
tulang. Prosedur ini tidak memerlukan banyak waktu dan tidak menyebabkan
rasa sakit. Selain itu ada pula FRAX, algoritma untuk memperkirakan risiko
patah tulang dalam jangka waktu 10 tahun ke depan.
Mengurangi Risiko Terkena Osteoporosis
Semua orang dapat menjaga tulang mereka tetap sehat dan mengurangi risiko
mengidap osteoporosis. Anda bisa mulai dengan menerapkan pola makan sehat
disertai dengan melakukan olahraga secara teratur. Perbanyak pilihan makanan
yang kaya akan kandungan vitamin D dan kalsium. Mulailah kurangi merokok
hingga benar-benar bisa menghindari sepenuhnya dan kurangi mengonsumsi
minuman keras.
Contoh Kasus
Ny. M umur 60 tahun datang ke RSUD dengan keluhan sakit pada punggung
yang sering dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dan Ny.M merasa punggungnya
sedikit membungkuk, sebenarnya rasa sakit punggung Ny.M sudah dirasakan
sejak beberapa tahun yang lalu, namun Ny. M tidak memperdulikannya. Klien
mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit dan penyebabnya. Klien
mengatakan membiarkan sakit punggungnya selama bertahun tahun karena tidak
mengerti cara penanganannya dan menganggap sakitnya ini karena usia yang
bertambah. Ketika memeriksakan diri Ny. M dianjurkan untuk tes darah dan
rongent pada tulang belakang. Hasil rongent menunjukkan bahwa Ny. M
menderita osteoporosis diperkuat lagi dengan hasil BMD (Bone Mineral
Density) T-score -3. Ketika dilakukan pemeriksaan klien banyak bertanya
tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan pada klien, klien terlihat
gelisah dan berkeringat dingin TD : 130/90 mmHg N : 110x/mnt. Klien
beranggapan bahwa keluhan yang dirasakannya karena usianya yang bertambah
tua. Riwayat kesehatan sebelumnya diketahui bahwa klien tidak pernah
mengalami penyakit seperti DM dan hipertensi serta tidak pernah dirawat di RS.
pola aktivitas diketahui klien banyak beraktivitas duduk karena dulu dirinya
bekerja di perkantoran.
DS : (D.0111) Defisit Pengetahuan tentang
Manajemen Osteoporosis
- Klien mengatakan tidak mengetahui Kategori :Perilaku
tentang penyakit dan penyebabnya Subkategori : penyuluhan dan
- Klien mengatakan membiarkan sakit pembelajaran
punggungnya selama bertahun-tahun Etiologi : Ketidaktahuan menemukan
karena tidak mengerti cara sumber informasi
penanganannya dan menganggap
sakitnya ini karena usia yg
bertambah.

DO :

- Klien banyak bertanya tentang


penyakitnya dan tindakan yang akan
dilakukan pada klien
- Klien gelisah
- Klien berkeringat dingin
DS : (D.0078) Nyeri Kronis
Kategori : Psikologis
P  Terasa nyeri saat beraktivitas dan Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
nyeri berkurang saat istirahat. Etiologi :
Q  Seperti tertekan benda berat Kondisi Muskuloskeletal Kronis
R  Pada punggung Riwayat Posisi Kerja Statis
S  Skala Nyeri 6
T  Pada saat beraktivitas

DO :

Wajah klien meringis


DS : (D.0054) Gangguan Mobilitas Fisik
- Klien mengatakan sakit pada Kategori : Fisiologis
punggung sejak beberapa tahun lalu. Subkategori : Aktivitas/Istirahat
- Klien mengatakan ketika berjalan Etiologi :
punggung klien terasa sakit Kerusakan Integritas Struktur Tulang
- Klien mengatakan aktivitas sehari- Kekakuan Sendi
hari terhambat Penurunan Massa Otot
- Klien mengatakan rasa sakitnya Penurunan Kekuatan Otot
bertambah saat beraktivitas yg berat.

DO :
Hasilnya BMD T-Score-3.
Hasil Lab Elektrolit (ca : 9,98 mg/dl,na
: 142mmol/L, k : 47mmol/L, CI : 108
mmol/L)

Anda mungkin juga menyukai