Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

1. Transaksi dengan Mata Uang Asing


2. Pembelian Aktiva Tetap
3. Utang Piutang dengan Valuta Asing
4. Pergeseran Rugi Risiko Beda Kurs
5. Devaluasi
6. Penyelenggaraan Pembukuan Dalam Bahasa Asing
Dan Mata Uang Selain Rupiah
7. Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan Mata Uang
Selain Rupiah
Transaksi dengan Mata Uang Asing
Selain mempergunakan mata uang rupiah, transaksi
yang dilakukan oleh wajib pajak dapat
mempergunakan mata uang asing baik US $, Ringgit
Malaysia, dan berbagai macam bentuk mata uang
asing lainnya.
Dipandang dari mata uang
Menggunakan Rupiah
yang menjadi dasar
pembukuan, wajib pajak Menggunakan mata uang asing

dapat dibedakan menjadi:


Pembelian Aktiva Tetap
 Pembayaran atas perolehan aktiva tetap (dari luar negeri) dapat
dilakukan secara tunai maupun kredit.
 Pembayaran secara kredit dapat dilakukan dalam jangka pendek
atau jangka panjang.
 Pada umumnya, perubahan nilai tukar valuta asing di abaikan
pada pencatatan nilai yang dikapitalisasi dalam pembelian tunai
aktiva tetap.
 Penambahan aktiva tetap dan pengurangan kas dicatat sebesar
nilai tukar pada saat transaksi terjadi.
Ada 2 pendekatan dalam pembelian dengan jangka panjang
Single perpective method Aual perspective method

Dalam metode ini menganggap aktiva tetap dan


pembayarannya merupakan satu kesatuan transaksi
Berlanjut pada pembahasan pertama, untuk
yang tidak terpisahkan. Perubahan nilai tukar valas
mengeliminasikan komplikasi itu, pendekatan
sampai dengan pembayaran utang dipertimbangkan
kedua ini memisahkan transaksi pembelian (aktiva)
sebagai koreksi terhadap nilai perolehan aktiva.
dengan pembayaran (utang). Perubahan nilai tukar
Apabila perusahaan memakai pembukuan dengan kurs
valas tidak dikoreksikan kepada aktiva tetap
tetap, beda kurs yang terjadi pada saat pelunasan utang
(dikapitalisasi) namun dianggap sebagai rugi laba
dikoreksi kepada nilai aktiva itu. Koreksi perubahan
beda kurs pada saat pelunasan utang.
nilai tukar terhadap harga perolehan aktiva dapat
menimbulkan komplikasi pembukuan.
Utang Piutang dengan
Valuta Asing
PSAK 10 menghendaki penilaian utang piutang moneter valas dengan
nilai tukar pada tanggal neraca. Ketentuan itu berlaku baik untuk hak dan
kewajiban lancar maupun jangka panjang. Selisih nilai tukar yang terjadi
antar-tiap tanggal neraca dihitung sebagai laba-rugi beda kurs.

Selain kurs tanggal neraca, untuk tujuan wajib pajak dapat melakukan pembukuan
dengan kurs tetap (dengan pengakuan rugi laba beda kurs pada saat pelunasan)
konsistensi merupakan persyaratan atas kedua teknik pembukuan itu. Jadi apabila
perusahaan untuk tujuan komerisal membukukan utang piutang valasnya dengan nilai
tukar pada tanggal neraca dengan pengakuan laba rugi selisih nilai tukar setiap akhir
tahun dan ketentuannya pada saat pelunasan. Hal itu bias diterima dengan tujuan
perpajakan.
Untuk tujuan efesiensi dan
kesederhanaan pelaksanaan
pembukuan dan penghematan
biaya serta tenaga, perusahaan
akan lebih memilih mencatat
berdasarkan nilai tukar pada akhir
tahun yang dapat dipakai
sekaligus untuk tujuan ganda,
yaitu

Praktek
akuntansi
Perpajakan
komersial
Pergeseran Rugi Risiko Beda Kurs
Risiko moneter dalam transaksi valas dapat berupa
1. Depresiasi (Penurunan nilai tukar secara
berangsur)
2. Devaluasi (Penurunan nilai tukar segera).
Dalam praktek perbankan, risiko dapat digeser
kepada pihak lain (sistem heading). Dengan
membayar premi kepada pihak lain. Heading meliputi
1. Forward purchased (Kontrak pembelian di muka
valas). Pengusaha menutup kontrak pembelian
valas dengan membayar sejumlah tertentu di masa
mendatang.
2. Swap (Kontrak pertukaran).
Pergeseran Rugi Risiko Beda Kurs

Lima unsur yang terdapat dalam kontrak Forward Purchased

 Spot Rate (Nilai tukar riil pada tanggal penutupan


jatuh tempo kontrak)
 Forward Rate (Spot rate + premi)
 Premi
 Tenor (lamanya kontrak)
 Jumlah valas yang akan dibeli
Devaluasi
Penurunan nilai tukar rupiah terhadap valas dapat secara gradual (depresiasi) atau mendadak
secara sengaja karena kebijakan moneter pemerintah (devaluasi).

Dalam praktik akuntansi kerugian devaluasi itu dapat


(a) dibebankan ke laba rugi sekaligus;
(b) ditangguhkan sampai saat realisasi pembayaran;
(c) diaktivasi ke perkiraan aktiva;
(d) dikompensasikan dengan penilaian kembali aktiva.
Namun karena PSAK nomor 10 hanya menyuratkan pembebanan rugi kurs pada tahun
berjalan, atau mengkapitalisasi selisih nilai tukar karena devaluasi pada aktiva maka tampak
kurang ada pilihan perlakuan atas beda kurs devaluasi.

Untuk tujuan pajak penghasilan, selisih nilai tukar harta yang berupa
valas merupakan laba, sedangkan nilai tukar untuk utang piutang dalam
valas, pengakuan laba atau ruginya ditangguhkan sampai dengan saat
realisasi.
Penyelenggaraan Pembukuan Dalam Bahasa
Asing Dan Mata Uang Selain Rupiah
Menurut PMK No. 196/PMK.03/2007 Pasal 4 :
Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat oleh WP harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Menteri
Keuangan, kecuali WP dalam rangka Kontrak Karya atau WP dalam rangka Kontraktor
Kontrak Kerja Sama.
Izin tertulis dapat diperoleh WP dengan mengajukan surat permohonan kepada Kepala
Kantor Wilayah, paling lambat 3 (tiga) bulan :
 Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai;
 Sejak tanggal pendirian bagi WP baru untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak pertama.
Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan Mata
Uang Selain Rupiah
Menurut PMK No. 196/PMK.03/2007 Pasal 2 & 3 :
Wajib Pajak yang diperkenankan menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah yaitu bahasa Inggris
dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat adalah :
1 Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yang
beroperasi berdasarkan ketentuan Peraturan perundang-undangan
Penanaman Modal Asing;
2 Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya, yaitu Wajib Pajak yang
beroperasi berdasarkan kontrak dengan Pemerintah RI sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan peraturan Perundang-undangan
Pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi;
3 Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Kerja Sama yang beroperasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
pertambangan minyak dan gas bumi;

4 Bentuk Usaha Tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Pajak Penghasilan atau menurut
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang terkait;

5 Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun


seluruhnya di bursa efek luar negeri;
6 Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan Reksadana dalam
denominasi mata uang Dollar Amerikat Serikat dan telah memperoleh
Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Badan
Pengawasa Pasar Modal-Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan pasar modal;

7 Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar


negeri, yaitu perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan
atau dikuasai oleh perusahaan induk (parent company) di luar negeri
yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (4) huruf a dan b Undang- Undang Pajak Penghasilan.

Anda mungkin juga menyukai