Anda di halaman 1dari 30

Pendahuluan

 Buku ke tiga KUHPerdata berjudul tentang perikatan


 Perikatan (verbintenis) lebih luas dari perjanjian.
 Buku III mengatur juga mengenai perikatan yang
berasal dari undang-undang. Namun sebagian besar
buku III ditujukan pada perikatan yang bersumber
dari perjanjian.
Perjanjian
• Ps. 1313
“Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap suatu orang atau lebih lainnya”
Diperbaiki doktrin
“suatu pesetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling
mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai
harta kekayaan.”

Subekti:
“Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang
berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.”
Perikatan
 Pengertian Perikatan  tidak dijumpai KUH
Pdt doktrin mencoba memberi pengertian:
1. Hal yang mengikat antara org yang satu & org
yang lain (Abdulkadir M., 2000: 198)
2. Hubungan hukum mengenai harta kekayaan yang
terjadi antara debitur & kreditur
3. Hubungan hukum antara 2 pihak yang
menimbulkan hak & kewajiban atas suatu
prestasi (Sudikno Mertokusumo)
Pengertian perikatan
• Perikatan
“suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta
benda) antara dua orang, yang memberi hak kepada yang
satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lain,
sedangkan orang lainnya diwajibkan memenuhi
tuntutannya itu”

Hubungan hukum tsb minimal 2 pihak, yaitu;


1. kreditur (berpiutang)  berhak menuntut prestasi
2. debitur (berhutang)  berkewajiban untuk memenuhi
prestasi
Sumber perikatan

perjanjian
perikatan
UU saja
(1233)
UU Perbuatan halal
1352 Perbuatan 1354, 1359
manusia
1353 PMH
1365
Sistematika Buku III Sumber perikatan
Prestasi
Syarat sahnya perikatan
Bagian Umum (1233 – 1456) Wanprestasi
Keadaan memaksa
Bab 1 – Bab 4 Resiko s.d
hapusnya perikatan
Lex specialis derogat lex generali
BUKU III

Bagian Khusus (1457 – 1864) Nominat 15 Perj.


bab3, bab 5 s.d bab 18

Sumber :
Asas keb. Inominat o Peraturan Per UU
berkontrak o Kebiasaan
1319

Sistem terbuka
Pengaturan: Buku 3 KUH Pdt, 18 Bab (sejak
1950 stlh bab 7 ada bab 7a, jd ada 19 bab)
 Buku III menganut asas “kebebasan berkontrak”  Ps.
1338
 Sistem yang dianut adalah sistem terbuka.
 Buku III  hukum pelengkap (aanvullend recht)
Sistem terbuka
 sistem terbuka, artinya memberikan kebebasan
kepada para pihak (dalam hal menentukan isi, bentuk,
serta macam perjanjian) untuk mengadakan
perjanjian akan tetapi isinya selain tidak bertentangan
dengan perundang-undangan, kesusilaan, dan
ketertiban umum, juga harus memenuhi syarat sahnya
perjanjian
 Pengertian Perikatan  tidak dijumpai KUH
Pdt doktrin mencoba memberi pengertian:
1. Hal yang mengikat antara org yang satu & org
yang lain (Abdulkadir M., 2000: 198)
2. Hubungan hukum mengenai harta kekayaan yang
terjadi antara debitur & kreditur
3. Hubungan hukum antara 2 pihak yang
menimbulkan hak & kewajiban atas suatu
prestasi (Sudikno Mertokusumo)
Pengertian perikatan
• Perikatan
“suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta
benda) antara dua orang, yang memberi hak kepada yang
satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lain,
sedangkan orang lainnya diwajibkan memenuhi
tuntutannya itu”

Hubungan hukum tsb minimal 2 pihak, yaitu;


1. kreditur (berpiutang)  berhak menuntut prestasi
2. debitur (berhutang)  berkewajiban untuk memenuhi
prestasi
Prestasi
• Pengertian:
Obyek perikatan  “barang sesuatu yang dapat
dituntut
• Dasar Hukum: Ps 1234 KUH Pdt
1. Memberikan sesuatu (to Geven)
1235 KUHPerdata
499 KUHPerdata
2. Berbuat sesuatu (to Doen)
3. Tidak Berbuat Sesuatu (Niet Doen)
Sifat Prestasi
Sifat prestasi:
1. Harus sudah tertentu
2. Harus mungkin
3. Harus diperbolehkan
4. Harus ada manfaat/bermakna bagi kreditur
5. Terdiri dari 1/lebih perbuatan
3 serangkai dalam hukum

Subyek
hukum

Hubungan
hukum / Obyek
peristiwa hukum
hukum
Subyek hukum Subyek hukum

Peristiwa hukum
PT X ASD
atau hubungan
Koperasi ABC Yayasan WZ
hukum

Jual beli?
Anjak piutang?
Leasing?
dll

Hak dan Kewajiban

Prestasi dan wan prestasi


Asas-asas penting dalam
perjanjian
Lahirnya perjanjian

Isi perjanjian

Akibat perjanjian

Berlakunya perjanjian

Pelaksanaan perjanjian
Asas konsensuil  perikatan lahir pada saat detik kata
sepakat.
Pengecualiannya perjanjian ril dan formil.
Asas kebebasan berkontrak  kebebasan untuk menentukan
isi dan bentuk perjanjian
Asas kekuatan mengikat (pacta sunt servanda)  asas yg
menyatakan bahwa para pihak terkikat utk melaksanakan isi
perj. Termasuk terikat pd kebiasaan & kepatutan
Asas kepribadian  asas yg menyatakan bahwa perjanjian
berlaku bg pihak yg mengadakan perjanjian itu sendiri ( Ps.
1315 jo 1340). Pengecualiannya Ps. 1317.
Asas Itikad Baik  Ps. 1338 (3)  perjanjian hrs dilakukan dg
itikad baik. Itikad baik harus diartikan obyektif 
maksudnya perj. Didasarkan pd keadilan, kepatutan dan
kesusilaan. Itikad baik dalam buku II KUHPdt  kejujuran
subyektif.
Asas konsensualitas
Asas Konsensualitas (Consensus)
 Kesepakatan para pihak yang membuat perjanjian, yang ditandai
dengan apa yang dikehendaki pihak yang satu juga dikehendaki
oleh pihak lainnya.
 Asas ini tercantum di dalam pasal 1320 KUHperdata.
 Konsensus ini tidak ada bila terdapat 3 (tiga) hal (pasal 1321
KUHPerdata) yaitu:
 Paksaan (dwang);
 Kekhilafan (dwaling);
 Penipuan (bedrog).
Asas Kebebasan Berkontrak
 Kebebasan untuk membuat perjanjian yang meliputi:
1. Kebebasan untuk mengadakan/tdk mengadakan perjanjian
2. Kebebasan untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun
3. Kebebasan untuk menentukan bentuk perj
4. Kebebasan untuk menentukan isi perj
5. Kebebasan untuk menerima/menyimpangi hk perj yang bersifat
pelengkap (aanvullend recht)

 Asas ini tercantum di dalam pasal 1338 KUHPerdata.


pacta sunt servanda
Asas Mengikat sebagai Undang-undang (pacta sunt
servanda)
 Perjanjian yang dibuat secara sah mengikat kedua
belah pihak seperti mengikatnya sebuah undang-
undang (pasal 1338 KUHPerdata)
Asas Itikad Baik
Asas Itikad Baik (Good Faith)
 Black’s Law Dictionary memberikan pengertian itikad
baik adalah:
“in or with good faith; honestly, openly, and sincerely;
without deceit or fraud. Truly; actually; without
simulation or pretense”.
 Prof. Mr. P.L. Wry memberikan arti itikad baik dalah
hukum perjanjian adalah:
 “…. Bahwa kedua belah pihak harus berlaku yang satu
terhadap yang lain seperti patut saja antara orang-
orang sopan, tanpa tipu daya, tanpa tipu muslihat,
tanpa cilat-cilat, akal-akal, tanpa mengganggu pihak
lain, tidak dengan melihat kepentingan sendiri saja,
tetapi juga dengan melihat kepentingan pihak lain”
Asas Itikad Baik (Good Faith)
• Prof. Subekti, SH merumuskan itikad baik sebagai berikut:
“Itikad baik diwaktu membuat suatu perjanjian berarti kejujuran.
Orang yang beritikad baik menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada
pihak lawan, yang dianggapnya jujur dan tidak menyembunyikan
sesuatu yang buruk yang dikemudian hari dapat menimbulkan
kesulitan-kesulitan”.

• Pasal 1338 ayat 3KUHPerdata:


“Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”
Asas Itikad Baik (Good Faith)
 Kesimpulan:
 Itikad baik adalah suatu sikap batin atau keadaan kejiwaan manusia
yang:
 Jujur;
 Terbuka (tidak ada yang disembunyikan atau digelapkan);
 Tulus ikhlas;
 Sungguh-sungguh.
 Fungsi Itikad Baik dalam kontrak.

 Rumusan pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, dapat disimpulkan


bahwa itikad baik harus digunakan pada saat pelaksanaan suatu
kontrak. Hal ini berarti bahwa pada waktu kontrak dilaksanakan,
selain ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam kontrak
yang wajib ditaati oleh para pihak, melainkan juga itikad baik
sebagai ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis. Jadi, itikad baik
berfungsi menambah (aanvullend) ketentuan-ketentuan yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak di dalam kontrak.
Subjek Hukum dalam Perjanjian
 Subjek Hukum adalah pendukung hak dan
kewajiban,
 Manusia.
 Badan hukum.
 Kemampuan dalam membuat perjanjian dengan
menafsirkan Pasal 1330 KUHPerdata secara “a
contrario” (Negatif).
 Digolongkan orang-orang yang cakap
(“bekwaamheid”) adalah:
 Orang-orang yang sudah dewasa.
 Mereka yang tidak di bawah pengampuan.
Minggu Ke III
Perikatan yang lahir dari Perjanjian:
syarat sahnya perjanjian
• To establish a valid contract, four elements are required:
• kesepakatan/the mutual consent of the parties; kecakapan/
a capacity to contract; hal tertentu/ a subject certain; sebab
yang halal / a legal cause.(pasal 1320 KUH Perdata)
• Once the agreement satisfies requirements of valid
contract, it becomes legally binding for the contracting
parties. Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata: Perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
para pihak yang membuatnya. Pasal 1338 ayat (2) KUH
Perdata: Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali
kecuali berdasarkan kesepakatan para pihak atau karena
alasan yang dinyatakan oleh undang-undang.
Syarat sah perjanjian
• Paksaan (dwang) 
takut akan ancaman
(dilarang oleh UU) 13
• Khilaf (dwaling)
• Ps. 1330 jo 330.
• Belum dewasa
• Dibawah
pengampuan
orang, barang, • Badan hukum
negosiasi, konsep
• PT
• Penipuan (bedrog) 
• Yayasan
serangkaian
kebohongan yg diatur. • Koperasi

Sepakat kecakapan

Suatu
Suatu hal sebab
tertentu (oorzaak)
• Yang diperjanjikan yang halal • Causa, secara letterlijk
dalam perjanjian  sebab, tetapi
haruslah suatu hal menurut riwayatnya
atau suatu barang adl. tujuan, yaitu yg
dikehendaki oleh
yang cukup jelas kedua belah pihak yg
atau tertentu mengadakan perj.
• 1332, 1333, 1334 • 1337

Anda mungkin juga menyukai