Anda di halaman 1dari 20

RETENSIO PLASENTA, ROBEKAN

SERVIKS, RUPTUR UTERUS

Nama Kelompok :
1. Anisah Dwi Setiani
2. Eneng Suryani
3. Gabriella Intan
4. Intan Masyitoh
5. Indah Lestari
6. Shelly Noviana
Pengetrian
 Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran
plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.
 Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9.
Bibir depan dan bibir belakang serviks dijepit dengan
klem fenster kemudian serviks ditarik sedikit untuk
menentukan letak robekan dan ujung robekan.
Selanjutnya robekan dijait dengan catgut kromik
dimulai dari ujung untuk menghentikan pendarahan.
 Ruptur Uterus yang dapat ditemukan pada sebagian
besar bagian bawah uterus, termasuk robekan pada
vagina. Suatu robekan pada dinding uterus yang terjadi
karena uterus tidak dapat menerima tekanan
Etiologi
1. Retensio Plasenta
 Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta
2. Plasenta yang tumbuh melekat lebih dalam. Pada
keadan ini tidak terjadi pendarahan dan merupakan
indikasi untuk mengeluarkannnya.
 Plasenta sudah lepas tetapi belum di lahirkan karena
atonia uteri dan menyebabkan pendarahan yang banyak
dan adanya lingkaran konstriksi di bagian bawah lahir
karena:
1. Penanganan kala 3 yang salah
2. Terjadinya kontraksi di bagian bawah uterus yang
menghalangi plasenta ( plasenta inkaserata).
2. Robekan Serviks
 Partus presipitarus
 Troma karna pemakain alat-alat oprasi
 Melahirkan kepala pada letak sungsang scara paksa,
pembukaan belum lengkap
 Partus lama

3. Ruptur Uterus
1. Dinding rahim yang lemah
 Bekas jaitan cesear
 Bekas pelepasan plasenta secara manual.
 Pada gemeli dan hidramnion dimana dinding rahim
tipis dan regang.
2. Karena peregangan yang luar biasa dari rahim.
Patofisiologi
 Retensio Plasenta
Setelah bayi dilahirkan uterus secara spontan
berkontraksi. Sesudah berkontraksi sel
miometrium tidak relaksasi, melainkan pendek
dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang
berlangsung miometrium menebal dan cavum
uteri mengecil sehingga ukurannya mengecil.
 Robekan serviks

Persalinan Robekan Serviks

Perdarahan

Uterus
Berkontraksi
Segmen Bawah Uterus
 Ruptur Uterus
Oxitosin dosis tinggi
Multiparitas

Ditengah Tindakan atau trauma


miometrium pada saat inpartu
terdapat jaringan

Kekuatan dinding
uterus
SBR makin lama
makin diregang
Ruptur uteri
mengancam

Nadi, nafas Lingkaran bandel Ruptur uteri Kandung kemih


cepat meninggi sampai tertarik dan teregang
ke pusat keatas
Robeknya
Gelisah dinding uteri
Ligamen rotunda Robekan
tegang
TD, tidak Perdarahan Hematuria
teraba Nyeri akut seperti
dirobek
Kolaps Mengalir Pervaginam
ke rongga
Syok mulut
MK : risiko tinggi
Kematian ibu Kontraksi kekuranagn volume
kuat cairan tubuh

Janin
Robekan
MK : Risti infeksi
Hipoksia bertambah
janin

Sebagian atau seluruh


janjin masuk kerongga
perut
MK : curah MK : risiko MK : nyeri
jantung tinggi cidera ansietas
janin
Tanda dan gejela
1. Retensio Plasenta
I. Separasi atau aketa parsia
 Konsistensi uterus kenyal
 Tinggi fundus sepusat
 Bentuk uterus diskoit
 Pendarahan sedang banyak
 Tali pusat terjulur sebagaian
 Ostium uteri
 Separasiplasenta lepas sebagaian
 Shok sering terjadi

II. Plasenta akrerta


 Konsistensi uterus cukup
 Tinggi fundus sepusat
 Bentuk uterus dispoit
 Pendarahan sedikit atau tidak ada
 Tali pusat tidak terjulur ostium uteri terbuka
 Ostium uteri erbuka
 Separasi plasenta melekat seluruhnya
 Shok jarang sekali ,kecuali akibat infersio oleh tarikan kuat pada tali pusat
2. Robekan Serviks
I. Tanda dan gejala yang selalu ada:
 Pendarahan segera
 Darah segar yang mengalir segera setelah bayi
lahir
 Uterus kontraksi baik
 Plasenta baik

II. Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada:


 Pucat
 Lemah
 Mengigil
3. Ruptur Uterus
 Ibu telah ditolong oleh dukun/bidan dan partus yang
lama.
 Gelisah dan ketakutan yang disertai perasaan nyeri
diperut.
 Setiap his, ibu memegang perutnya dan mengerang
kesakitan, bahkan meminta supaya anknya secepatnya
dilahirkan walau dioperasi sekalipun.
 Frekuensi nafas dan denyut nadi cepat.
 Adanya tanda-tanda dehidrasi karena partus lama serta
tanda mulut kering.
 His lebih lama, lebih kuat, lebih sering, dan terus-
menerus.
 DJJ reguler.
 Perasaan ingin berkemih.
Penata laksanaan
1. Retensio Plasenta
 monitor jantung ,nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen ,tranfusi
darah bila perlu yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah
 Plasenta coba dilahirkan dengan drips oksitosin untuk
mempertahankan uterus
 Jika plasenta tidak lepas coba dengan tindakan manual
 Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan,jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang abortus dilanjutkan curet sisa plasenta.pada
umumnya pengeluaran plasenta dilakukan dengan curetase
 Curetase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena
dinding rahim relatif tipis dibanding curetase pada abortus
 Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta,dilanjutkan
dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan / peroral
 Pemberian antibiotik bila ada tanda dan gejala infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder
2. Robekan Serviks
 Tinaju kembali prinsep perawatan umum dan oleskan larutan anti septik ke vagina dan
serviks
 Berikan dukungan dan penguatan emosional. Berikan petidin dan diazepam melalui IV
secara perlahan (jangan mencampur obat tersebut dalam spuit yang sama) atau gunakan
ketamin untuk robekan serviks yang tinggi dan lebar.
 Minta asisten memberikan tekanan pada vundus dengan lembut untuk membantu
mendorong serviks jadi terlihat.
 Gunakan retraktor vagina untuk mebuka serviks, jika perlu.
 Pegang serviks dengan forcep cincin atau forcep spons dengan hati-hati. Letakan rorcep
pada kedua sisi robekan dan tarik dalam berbagai arah secara perlahan untuk meliham
seluruh serviks. Mungkin terdapat beberapa robekan.
 Tutup robekan serviks denga jaitan jejulur menggunakan benang catgot kromik atau
poliglikolik 0 yang dimuali pada apeks (tepi atas robekan ) yang sering kali menjadi
sumber pendarahan.
 Jika bagian panjang bibir serviks robek, jait dengan jaitan jelujur menggunakan benang
catgot kromik atau poliglikolik.
 Jika apeks sulit di raih dan diikat, pegang-pegang apeks dengan forcep arteri atau forcep
cicin. Pertahankan forcep tetep terpasang selama 4 jam. Jangan terus berupaya mengikat
tempat pendarahan karna upaya tersebut dapat mempererat pendarahan. Selanjutnya:
 Setelah 4 jam, buka forcep sebagian tetapi jangan dikeluarkan.
 Setelah 4 jam berikutnya, keluarkan seluruh forcep.
3. Ruptur Uterus
 Perbaiki kehilangan darah dengan pemberian
infus intravena cairan (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat) sebelum pembedahan
 Siapkan untuk tranfusi darah
 Lakukan secio caesar, segera lahirkan bayi dan
lahirkan plasenta segera setelah kondisi stabil.
 Jika uterus dapat diperbaki dengan resiko
operasi lebih rendah daripada resiko pada
histerektomi dan ujung ruptur uterus tidak
nekrosis lakukan histerorafia.
Komplikasi
1. Retensio Plasenta
 Komplikasi yang berhubungan dengan
komplikasi tranfusi darah yang dilakukan
 Multiple organ failure yang berhubungan
dengan kolaps sirkulasi dari penurunan
perfusi organ
 Sepsis.
 Kebutuhan terhadap histerektomi dan
hilangnya potensi untuk memiliki anak
selanjutnya.
2. Robekan Serviks
 Perdarahan dapat terjadi jika pembuluh darah tidak diikat dengan
baik. Pencegahannya adalah dengan mengikat titik perdarahan
ketika sedang menjahit.
 Hematoma adalah mengumpulnya darah pada dinding vagina yang
biasanya terjadi akibat komplikasi luka pada vagina.
 Retensi Urine Maternal harus sering dianjurkan untuk sering
berkemih. Jika ibu tidak mampu maka pasang kateter untuk
menghindari ketegangan kandung kemih.
 Infeksi Komplikasi paling umum dan dapat dihindari dengan
memberikan antibiotik profilatik pada maternal dan gunakan teknik
aseptik saat menjahit robekan. Jika terjadi infeksi, jahitan harus
segera dilepas dan diganti dengan jahitan kedua kali, jika diperlukan
hanya setelah infeksi teratasi.

3. Ruptur Uterus
 Komplikasi yang paling menakutkan dan dapat mengancam hidup
ibu dan janin. Jika pasien dapat selamat, ada kemungkinan fungsi
reproduksinya berakhir dan proses penyembuhannya sering kali
memakan waktu yang cukup lama.
Asuhan Keperawatan
 Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
6. Riwayat Obstetri
7. Keadaan haid
8. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
9. Pola kebiasaan sehari – hari menurut Virginia Handerson
10. Kebutuhan personal hygiene
11. Aktivitas
12. Gerak dan keseimbangan tubuh
13. Kebutuhan berpakaian
14. Kebutuhan keamanan
15. Sosialisasi
16. Kebutuhan spiritual
17. Kebutuhan bermain dan rekeasi
18. Kebutuhan belajar
19. Menemukan atau memuaskan rasa ingin tau yang mengarah pada perkembangan yang normal
20. Pemeriksaan fisik
 Diagnosa keperawatan
1. Resiko syok hipo volemia berhubungan dengan
pendarahan
2. Nyeri akut berhubungan dengan troma atau
distensi distensi jaringan ditandai dengan klien
mengatakan nyeri pada daera genital, ekpresi
wajah meringis
3. Resiko infeksi berhungan dengan troma jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman
perubahan pada status kesehatan
RENCANA KEPERAWATAN
NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI
1. Resiko syok hipo Setelah dilakukan Menejemen syok
volemia asuhan keperawatan hiperpopolemi:
berhubungan selama 3x24 jam • kaji adanya pendarahan
dengan diharapkan tidak intra uteri
pendarahan terjadin syok • kaji warna kulit, suhu,
hipopolemi dengan adanya sianosis, nadi veriver
kriteria hasil: dan diapolesis secara
• tanda-tanda vital teratur
dalam batas normal • pantau frekuensi dan
• turgot kulit baik ikrama jantung
• tidak ada sianosis • pantau status cairan, turgo
• suhu kulit hangat kulit, membran mukosa,
• tidak ada di urin output
aporosis
• membran mukosa
kemerahan
DAFTAR PUSTAKA
 Edoizien, Leroy C. 2012. Buku Saku
Manajemen Unit Persalinan Edisi 2. Jakarta:
EGC.
 Mitayani, S.ST., M.Biomed. 2009. Asuhan
Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba
Medika.
 Aspiani, Reny Yuli. 2017. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA,
NIC, NOC. Jakarta: CV. Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai