Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS POLIKLINIK

SUBDIVISI
REFRAKSI
IDENTITAS
• Nama : Nn. W
• Nomor RM : 105608
• Tanggal Lahir : 7-12-1994
• Kontrol di Poliklinik: 2-12-2019
PEMERIKSAAN FISIK (2/12/2019)

• Status Generalisata : Sakit Ringan /Gizi Cukup/Composmentis


GCS 15 (E4M6V5)

• Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 Mmhg
Nadi : 90 x/Menit
Pernapasan : 20 x/Menit
Suhu : 36,5°C
ANAMNESIS
KU : Penglihatan mata kiri kabur
AT : Kabur mata kiri disadari sejak 14 tahun yang lalu.
Pasien juga mengeluh kadang mata kirinya bergerak
ke dalam saat fokus menonton. Keluhan mata lain
tidak ada. Riwayat tidak pernah berobat di dokter
mata sebelumnya. Riwayat pemakaian kacamata tidak
ada. Riwayat penyakit mata sebelumnya tidak ada.
Riwayat penyakit sistemik tidak ada. Riwayat saudara
kembarnya mengalami minus tinggi -10.00. Mata
kanan saudaranya telah ablatio retina dan mata kiri
glaukoma bawaan lahir.
PEMERIKSAAN OCULUS DEXTRA

OFTALMOLOGI VISUS 20/20


(2 DESEMBER 2019) TIO 14 mmHg
BULBUS OCULI Kesan Intak
SILIA Sekret tidak ada
PALPEBRA Edema tidak ada
KONJUNGTIVA Hiperemis tidak ada
SKLERA Intak
KORNEA Jernih
BMD VH4
IRIS Coklat, Kripte ada
PUPIL Bulat, RC (+)
LENSA Jernih

HIRCHSBERG 0
PEMERIKSAAN OCULUS SINISTRA

OFTALMOLOGI VISUS 20/400


(2 DESEMBER 2019) TIO 16 mmHg
BULBUS OCULI Kesan Intak
SILIA Sekret tidak ada
PALPEBRA Edema tidak ada
KONJUNGTIVA Hiperemis tidak ada
SKLERA Intak
KORNEA Jernih
BMD VH4
IRIS Coklat, Kripte ada
PUPIL Bulat, RC (+)
LENSA Jernih

HIRCHSBERG 0
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI

FUNDUSKOPI DEXTRA ET SINISTRA

Refleks Fundus : Positif


Papil NII : Batas tegas
CDR : 0,3
A/V : 1/3
Makula Refleks Fovea : Positif
Retina Perifer : kesan normal
PEMERIKSAAN STREAK RETINOSKOPI

VOD : plano
VOS : +6.00/ -0.75x20 BCVA 20/300
PEMERIKSAAN COVER /UNCOVER

COVER TEST
OD : orthophoria
OS : orthophoria

UNCOVER TEST
OD : orthophoria
OS : slight esophoria
PEMERIKSAAN AUTOREFRAKTOMETER DAN
KERATOMETRI
PEMERIKSAAN BIOMETRI

• Axial Length
• OD: 22.50
• OS: 20.71
• Anterior Chamber Depth
• OD: 2.68 mm
• OS: 2.87
DIAGNOSIS
OCULUS DEXTRA EMETROPIA
OCULUS SINISTRA COMPOUND HIPERMETROPIA ASTIGMAT

MANAJEMEN TERAPI
 Koreksi kelainan refraksi dengan kacamata
 Pertimbangkan contact lens
 Terapi surgery
DISKUSI

REFRAKSI
SUBJEKTIF
PEMERIKSAAN KELAINAN REFRAKSI
1. OBYEKTIF - RETINOSKOPI
- AUTOREFRAKTOMETER
- KERATOMETRI
2. SUBYEKTIF - TRIAL & ERROR
- Gambar
SARANA :
a. OPTOTYPE
E-CHARD
HURUF
ANGKA
b. Trial lens
FLOW OF REFRACTION PROCEDURE
FLOW OF REFRACTION PROCEDURE
DOMINANT EYE TEST
• Subjek akan diberikan kertas dengan lubang kecil
diameter 25 mm dan diminta untuk memegang kertas itu
dengan kedua tangan diluruskan
• Subjek kemudian diminta untuk melihat suatu objek
yang letaknya juah melalui lubang tersebut dengan
kedua mata
• Jika binocular vision, subjek akan cenderung melhat di
tengah lubang dengan kedua mata
• Ketika pemeriksa melihat mata subjek melalui lubang
dari kejauhan , pemeriksa akan melihat mata yang
dominan
DOMINANT EYE TEST
MONOCULAR DISTANCE SUBJECTIVE REFRACTION
TRIAL ERROR METHODE

Determine the maximum plus or


minimum minus spherical lens that
gives the maximum acuity.

Then check for astigmatic correction.

Once axis is determined, the amount of


cylinder correction can be determined
by changing the cylinder lens at the re-
spective axis.
CARI KOREKSI ASTIGMATISME
• Menggunakan The Jackson Cross Cylinder (JCC)

mencari arah axis

• Sesuaikan lensa koreksi silindris dengan

menambahkan power per 0.25D

• Lakukan koreksi hingga visus terbaik tercapai.


DETERMINATION OF NEAR ADDITION
Koreksi ”near addition” biasanya dilakukan pada usia > 40
tahun. Penentuanya dilakukan dengan pemeriksaan membaca
objek bacaan jarak 40 cm / jarak habitual near working.
Metode yang paling sering digunakan

Near Cross Grid Test Trial and Error


Duuochrome Test Test
FLOW OF REFRACTION PROCEDURE
Apabila langkah uji visus monokuler telah dilakukan,
terakhir adalah menguji aberasi cahaya kromatik dengan
menggunakan metode DUOCHROME TEST. Test ini untuk
menentukan apakah pasien overkoreksi atau underkoreksi.
PILIHAN MANAJEMEN TERAPI
- KONTROL TIAP 6 BLN – 1 THN
- KACAMATA DIPAKAI TERUS ( CEGAH AMBLIOPIA )
- ANISOMETROP ( > 3 Dioptri )  LENSA KONTAK
- KELAINAN REFRAKSI BERAT , > 18 tahun  BEDAH :
a. EKSTRAKSI LENSA ( CLE )
b. RADIAL KERATOTOMI ( RK )
c. PHOTOREFRACTIVE KERATECTOMY (PRK )
d. LASER ASSISTED INSITU INTRALAMELAR
KERATOMILIEUSIS ( LASIK )
e. SMALL INCISION LENTICULE EXTRACTION (SMILE)
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE REFRAKSI
SUBJEKTIF MONOKULER

Kelebihan :
• Sesuai dengan referensi dari pasien itu sendiri
• Tidak invasif atau pemeriksa menentukan hasil sendiri
• Waktu efektif

Kekurangan :
• Hanya mengandalkan kemampuan kooperatif dari si pasien saja.
• Hambatan bahasa terutama dengan pasien tunawicara.
• Umur pasien dimana pasien anak lebih sulit berkomunikasi.
Definisi
Amblys = tumpul
Ops = mata
Amblyopia = berkurangnya
tajam penglihatan satu/dua
mata walaupun sudah
dengan koreksi kacamata
terbaik tanpa
ditemukannnya kelainan
struktur pada mata
Penyebab
Mata juling (strabismus)
Mata minus/plus/silinder
yang berbeda jauh antara
kanan dan kiri
(Anisometropia).
Adanya penghambat
penglihatan seperti katarak,
ptosis
Ambliopia Anisometropia
Disebabkan karena mata minus/plus yang
berbeda jauh antara mata kanan dan mata kiri
• Ambliopia refraktif terdiri dari 2 tipe:
– anisometrop
– isoametrop.
• Tingkat anisometropia yang dapat mengakibatkan
amblyopia:
– anisohiperopial lebih dari 1,50 D,
– anisoastigmatism lebih dari 2,00 D,
– anisomiopia lebih dari 3,00 D
Gejala Mata Malas
Anak kecil : tidak sadar/belum mampu
mengekspresikan penglihatannya berbeda
antara 1 mata dengan mata lain  jarang ada
keluhan  berbahaya
Anak yang lebih besar: kelainan penglihatan
(memicingkan sebelah mata), kesulitan
persepsi benda 3 Dimensi
PENANGANAN MATA MALAS
Oklusi pada mata yg sehat

Respon terhadap terapi dipengaruhi :


penyebab ambliopia
beratnya dari ambliopia
umur saat terapi dimulai (tahun)
lamanya terapi
metode terapi
kepatuhan pasien
Pencegahan
Skrining mata rutin
Pemberian dan penggunaan kacamata apabila

sudah ditemukan gangguan tajam penglihatan


KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN TERAPI

Keberhasilan terapi setelah 1 tahun: 73%


(bila penanganan cepat diberikan)

Jika terlambat ditangani  hilangnya


penglihatan yang tidak dapat
dikembalikan/diterapi lagi
Pada kasus hypermetropia sering dijumpai
ESOTROPIA disebabkan akomodasi
berlebihan sebagai reaksi kompensasi.
Namun akomodasi berlebihan menyebabkan
kecenderungan konvergensi yang
menginduksi esotropia
TERIMA KASIH
ESOTROPIA AKOMODATIF REFRAKTIF
• Rasio AC/A Normal
• Esotropia  respon fisiologis
dari hipermetrop yg
berlebihan
• Ukuran rata-rata hiperiopia
+4.00 D
• Berhubungan dengan
ambliopia

Cantor LB. Rapuano CJ.Cioffi GA. Pediatric ophthalmology and strabismus. Section 6. American Academy of
Ophthalmology. San Fransisco. 2016-2017
AET REFRAKTIF
FULLY AET

• Hipermetropia dengan
esotropia sebelum dikoreksi
• Setelah koreksi  deviasi
menghilang, < 10 pd
• BSV kembali

Kanski, Jack J. Strabismus in Clinical ophthalmology a Systematic Approach . 8th ed. Elsevier. 2016
Cantor LB. Rapuano CJ.Cioffi GA. Pediatric ophthalmology and strabismus. Section 6. American Academy of Ophthalmology. San Fransisco. 2016-2017
AET REFRAKTIF

AET PARSIAL

• Kacamata  penurunan
derajat esotropia tp memiliki
residual esotropia
• Residu > 10 pd

Kanski, Jack J. Strabismus in Clinical ophthalmology a Systematic Approach . 8th ed. Elsevier. 2016
Cantor LB. Rapuano CJ.Cioffi GA. Pediatric ophthalmology and strabismus. Section 6. American Academy of Ophthalmology. San Fransisco. 2016-2017
PENANGANAN AET REFRAKTIF
• KOREKSI HIPEROPIA
– Koreksi penuh hiperopia dengan sikloplegik
– Penglihatan binokuler dapat dipertahankan 
Dapat diturunkan 1.00 D – 2.00 D lebih rendah
– Konseling kepada org tua mengenai pemakaian
kacamata

Cantor LB. Rapuano CJ.Cioffi GA. Pediatric ophthalmology and strabismus. Section 6. American Academy of
Ophthalmology. San Fransisco. 2016-2017

Anda mungkin juga menyukai