Anda di halaman 1dari 48

STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGIK PADA NY “D”


DENGAN ASMA BRONKIAL
DI PUSKESMAS GANDUS
TAHUN 2018
Latar Belakang
• Pada tahun 2015, 303.000 wanita di seluruh dunia
meninggal karena komplikasi selama kehamilan atau
persalinan (UN Report, 2018)

• Salah satu faktor kematian ibu pada kehamilan atau


persalinan adalah gangguan pernapasan akut seperti
pneumonia atau asma.
• Prevalensi kasus asma secara global, berjumlah 300
juta orang. Dengan tingkat mortalitas berjumlah
250.000 orang setiap tahun. (WHO, 2018)

• Lebih spesifiknya, prevalensi asma pada wanita hamil


meningkat 1-3% secara global. (ISAAC, 2015)

• Sebuah studi tahun 2015 dari Australia Barat


menemukan bahwa 12,4% wanita hamil saat ini
menderita asma dan 8,8% mengalami eksaserbasi
atau menggunakan obat asma selama kehamilan.
• Data SKRT tahun 2013 menunjukkan asma, bronkitis
kronik, dan emfisema merupakan penyebab kesakitan
ke-5 di Indonesia dengan nilai sebesar 5,6%.

• Di Indonesia prevalensi asma dalam kehamilan adalah


sekitar 3,7-4%. (PDPI, 2014).

• Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak status atopi,


faktor keturunan, serta faktor lingkungan.
• Berdasarkan laporan tahunan DINKES Palembang,
tahun 2017, kasus ISPA menjadi kasus terbanyak per
Januari 2017, yang berjumlah 9007 kasus dan 496
diantaranya merupakan ibu hamil.

• Sedangkan laporan yang bertempat di Puskesmas


Gandus Palembang pada tahun 2017, terdapat 38
kasus ibu hamil dari berbagai usia kehamilan dengan
asma.
• Target SDGs, poin 3.4.1 menyebutkan, pada tahun
2030, berkurangnya sepertiga kematian prematur dari
penyakit tidak menular melalui pencegahan dan
pengobatan dan meningkatkan kesehatan mental dan
kesejahteraan terkait dengan penyakit kardiovaskular,
kanker, diabetes atau penyakit pernapasan kronis
(SDG, 2018).
• Asma dapat dikendalikan oleh manajemen medis yang
cermat dan menghindari pemicu yang diketahui.

• Berdasarkan latar belakang diatas, Penulis bermaksud


untuk mengkaji kasus ibu hamil dengan asma, yang
Penulis jumpai di Puskesmas Gandus Palembang.
Rumusan Masalah

“Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. P


G1P1A1 dengan Asma Bronkial di Puskesmas Gandus
Tahun 2018?”
Tujuan Penelitian

Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan
pada ibu hamil Ny. P dengan asma di Puskesmas
Gandus Tahun 2018.
Khusus
Data subjektif dan objektif pasien
Interpretasi
Diagnosa potensial
Perencanaan
Tindakan
KIE
Evaluasi
• Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Asma bronkial merupakan masalah kesehatan yang serius pada ibu hamil
dan pada saat persalinan. Asma bronkial adalah sindroma yang kompleks
dengan berbagai tipe klinis. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor genetik
ataupun faktor lingkungan (virus, alergen maupun paparan bahan kerja).

B. Prevalensi
Di Indonesia, prevalensi asma sekitar 5 - 6 % dari populasi. Prevalensi
asma dalam kehamilan sekitar 3,7 – 4%.
C. Sistem Pernafasan Selama Kehamilan
Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologi sistem pernafasan yang
disebabkan oleh perubahan hormonal dan faktor mekanik. Perubahan- perubahan ini
diperlukan untuk mencukupi peningkatan kebutuhan metabolik dan sirkulasi untuk
pertumbuhan janin, plasenta dan uterus.

D. Pengaruh Perubahan Hormonal Selama Kehamilan


Perubahan-perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap fungsi paru.
Progesteron tampaknya memberikan pengaruh awal dengan meningkatkan
sensitifitas terhadap CO2, yang menyebabkan terjadinya hiperventilasi ringan, yang
bisa disebut sebagai dispnea selama kehamilan.
Selama kehamilan kadar estrogen meningkat, dan terdapat data-data yang menunjukkan bahwa
peningkatan ini menyebabkan menurunnya kapasitas difusi pada jalinan kapiler karena meningkatnya jumlah
sekresi asam mukopolisakarida perikapiler. Estrogen memberikan pengaruh terhadap asma selama
kehamilan.dengan menurunkan klirens metabolik glukokortikoid sehingga terjadi peningkatan kadar kortisol.
Estrogen juga mempotensiasi relaksasi bronkial yang diinduksi oleh isoproterenol. Kadar kortisol bebas plasma
meningkat selama kehamilan, demikian pula kadar total kortisol plasma. Peningkatan kadar kortisol ini
seharusnya memberikan perbaikan terhadap keadaan penderita asma, akan tetapi dalam kenyataannya tidak
demikian. Tampaknya beberapa wanita hamil refrakter terhadap kortisol meskipun terjadi peningkatan kadar
dalam serum 2-3 kali lipat. Hal ini mungkin disebabkan terjadinya kompetisi pada reseptor glukoortikoid oleh
progesteron, deoksikortikosteron dan aldosteron yang semuanya meningkat selama kehamilan.

E. Patofisiologi
Pada asma terdapat penyempitan saluran pernafasan yang disebabkan oleh spasme otot polos saluran
nafas, edema mukosa dan adanya hipersekresi yang kental. Penyempitan ini akan menyebabkan gangguan
ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi tidak merata dalam sirkulasi darah pulmonal dan gangguan difusi gas
di tingkat alveoli. Akhirnya akan berkembang menjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis pada tingkat lanjut.
F. Manifestasi Klinis

Penilaian secara subyektif tidak dapat secara akurat menentukan derajat asma.
Gejala klinik bervariasi mulai dari wheezing ringan sampai bronkokonstriksi berat. Pada
keadaan ringan, hipoksia dapat dikompensasi 17 hiperventilasi. Namun, bila bertambah
berat akan terjadi kelelahan yang menyebabkan retensi O2 akibat hiperventilasi. Bila
terjadi gagal napas, ditandai asidosis, hiperkapnea, adanya pernapasan dalam, takikardi,
pulsus paradoksus, ekspirasi memanjang, penggunaan otot asesoris pernapasan, sianosis
sentral, sampai gangguan kesadaran. Keadaan ini bersifat reversible dan dapat
ditoleransi. Namun, pada kehamilan sangat berbahaya akibat adanya penurunan
kapasitas residu.

Pengaruh kehamilan pada asma Perubahan hormonal yang terjadi selama


kehamilan mempengaruhi hidung, sinus dan paru. Peningkatan hormon estrogen
menyebabkan kongesti kapiler hidung, terutama selama trimester ketiga, sedangkan
peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan peningkatan laju pernapasan
(ACAAI, 2002).
Pengaruh asma pada kehamilan Asma pada kehamilan pada umumnya tidak
mempengaruhi janin, namun serangan asma berat dan asma yang tak terkontrol
dapat menyebabkan hipoksemia ibu sehingga berefek pada janin (Nelson and Piercy,
2001). Hipoksia janin terjadi sebelum hipoksia ibu terjadi. Asma pada kehamilan
berdampak penting bagi ibu dan janin selama kehamilan dan persalinan. Dampak
yang terjadi dapat berupa kelahiran prematur, usia kehamilan muda, hipertensi pada
kehamilan, abrupsio plasenta, korioamnionitis, dan seksio sesaria (Liu et al.,2000;
Bhatia and Bhatia,2000).
Scoggin membagi perjalanan klinis asma sebagai berikut :

1. Asma akut intermiten


Di luar serangan, tidak ada gejala sama sekali. Pemeriksaan fungsi paru tanpa provokasi
tetap normal. Penderita ini sangat jarang jatuh ke dalam status asmatikus dan dalam
pengobatannya sangat jarang memerlukan kortikosteroid.

2. Asma akut dan status asmatikus


Serangan asma dapat demikian beratnya sehingga penderita segera mencari
pertolongan. Bila serangan asma akut tidak dapat diatasi dengan obat-obat adrenergik beta
dan teofilin disebut status asmatikus.

3. Asma kronik persisten (asma kronik)


Pada asma kronik selalu ditemukan gejala-gejala obstruksi jalan napas, sehingga
diperlukan pengobatan yang terus menerus. Hal tersebut disebabkan oleh karena saluran
nafas penderita terlalu sensitif selain adanya faktor pencetus yang terus-menerus.
Modifikasi asma berdasarkan National Asthma Education Program (NAEPP) yaitu :

1. Asma Ringan
• Singkat (< 1 jam ) eksaserbasi symptomatic < dua kali/minggu.
• Puncak aliran udara ekspirasi > 80% diduga akan tanpa gejala.

2. Asma Sedang
• Gejala asma kambuh >2 kali / mingggu
• Kekambuhan mempengaruhi aktivitasnya
• Kekambuhan mungkin berlangsung berhari-hari
• Kemampuan puncak ekspirasi /detik dan kemampuan volume ekspirasi berkisar antara 60-80%.

3. Asma Berat
• Gejala terus menerus menganggu aktivitas sehari-hari
• Puncak aliran ekspirasi dan kemampuan volume ekspirasi kurang dari 60% dengan variasi luas
• Diperlukan kortikosteroid oral untuk menghilangkan gejala
G. Diagnosa Asma dalam Kehamilan
Diagnosis asma ditegakkan berdasar gejala episodic obstruksi aliran jalan nafas, yang bersifat reversibel atau
reversibel sebagian. Derajat berat asma dapat dikelompokkan sebagai asma intermiten, asma persisten ringan, asma
persisten sedang dan asma persisten berat, tergantung pada frekwensi dan derajat berat gejalanya, termasuk gejala
malam, episode serangan dan faal paru (Sharma, 2004). Kelompok kerja National Asthma Education and Prevention
Program (NAEPP) berpendapat bahwa pasien asma persisten harus dievaluasi minimal setiap bulannya selama
kehamilan. Evaluasi termasuk riwayat penyakit (frekuensi gejala, asma malam hari, gangguan aktivitas, serangan dan
penggunaan obat ), auskultasi paru, serta faal paru (NAEPP, 2005).

H. Komplikasi pada Kehamilan

• Komplikasi asma pada kehamilan bagi ibu


Asma tak terkontrol dapat menyebabkan stres yang berlebihan bagi ibu.Komplikasiasma tak terkontrol bagi ibu
termasuk :
1) Preeklampsia (11 %), ditandai dengan peningkatan tekanan darah, retensi air serta proteinuria
2) Hipertensi kehamilan, yaitu tekanan darah tinggi selama kehamilan
3) Hiperemesis gravidarum, ditandai dengan mual-mual, berat badan turun serta ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
4) Perdarahan pervaginam Induksi kehamilan dan atau komplikasi kehamilan (OSUMC, 2005)
• Komplikasi asma pada kehamilan bagi janin
Kekurangan oksigen ibu ke janin menyebabkan beberapa masalah kesehatan
janin, termasuk :
1) Kematian perinatal
2) IUGR (12 %) , gangguan perkembangan janin dalam rahim menyebabkan janin
lebih kecil dari umur kehamilannya
3) Kehamilan preterm (12 %)
4) Hipoksia neonatal, oksigen tidak adekuat bagi sel-sel
5) Berat bayi lahir rendah (OSUMC, 2005).
I. Penatalaksanaan Asma dalam Kehamilan

Penatalaksaan asma kronis pada kehamilan harus mencakup hal-hal berikut

• Penilaian obyektif fungsi paru dan kesejahteraan janin


Pasien harus mengukur PEFR 2 kali sehari dengan target 380 – 550
liter/menit. Tiap pasien memiliki nilai baseline masing-masing sehingga
erapi dapat disesuaikan.

• Menghindari faktor pencetus asma


Asma dapat dicetuskan oleh berbagai faktor termasuk alergi, infeksi
saluran napas atas, sinusitis, exercise, aspirin, obat-obatan anti inflamasi
non steroid (NSAID), dan iritan, misalnya: asap rokok, asap kimiawi,
kelembaban, emosi (Kramer, 2001; ACAAI, 2002). Di samping itu,
pencetus terkemuka serangan asma termasuk serbuk/tepung, tungau,
jamur, amukan hewan, makanan, dan hormon.Pada umumnya kucing merupakan hewan kesayangan yang menyebabkan asma. Semua
hewan
pengerat, kelinci, dan hewan peliharaan dapat menyebabkan asma,
termasuk kecoak.
Gastroesophageal reflux (GER) dikenal sebagai pencetus asma dan terjadi
pada hampir 1/3 wanita hamil. Asma yang dicetuskan oleh GER dapatdisebabkan
oleh aspirasi isi lambung kedalam paru sehingga menyebabkan bronkospasme,
maupun aktivasi arkus refleks vagal dari esofagus ke paru sehingga menyebabkan
bronkokonstriksi (Kahrilas, 1996). Wanita hamil perokok harus berhenti merokok,
dan menghindari paparan asap tembakau serta iritan lain di sekitarnya. Wanita
hamil yang merokok
berhubungan dengan peningkatan risiko wheezing dan kejadian asma pada
anaknya (Blaiss, 2004; Nelson and Piercy, 2001; NAEPP, 2005).

• Edukasi
Mengontrol asma selama kehamilan penting bagi kesejahteraan janin. Ibu
hamil harus mampu mengenali dan mengobati tanda-tanda asma yang memburuk
agar mencegah hipoksia ibu dan janin. Ibu hamil harus mengerti cara mengurangi
paparan agar dapat mengendalikan faktor-faktor pencetus asma (NAEPP, 2005).
• Terapi farmakologi selama kehamilan
Rekomendasi penatalaksanaan asma selama laktasi
sama dengan penatalaksanaan asma selama kehamilan (NAEPP, 2005).
Terapi asma modern dengan teofilin, kortikosreoid dan beta agonis menurunkan risiko komplikasi
kehamilan menjadi rendah baik pada ibu maupun janin. Farmakoterapi tidak boleh bersifat teratogenik
pada janin atau berbahaya pada ibu. Penggunaan beta agonis, seperti metaproterenol, dan albuterol, dapat
digunakan dalam pengobatan darurat pada asma berat dalam kehamilan, tetapi penggunaan jangka
panjang seharusnya dihindari pada kehamilan muda, terutama sekali sejak efek pada janin tidak
diketahui.(Greenberger, 1985).

J. Penatalaksanaan Asma dalam Persalinan

Serangan asma akut selama kelahiran dan persalinan sangat jarang


ditemukan. Ibu hamil dapat melanjutkan penggunaan inhaler rutin sampai persalinan. Pada ibu dengan
asma yang selama kehamilan telah menggunakan steroid oral (>7,5 mg prednisolon setiap hari selama
lebih dari 2 minggu) saat awal kelahiran atau persalinan harus mendapatkan steroid parenteral
(hidrokortison 100mg setiap 6-8 jam) selama persalinan,
sampai ia mampu memulai kembali pengobatan oralnya.
Selama persalinan kala I pengobatan asma selama masa prenatal harus diteruskan,ibu yang
sebelum persalinan mendapatpengobatan kortikosteroid harus hidrokortison 100 mg intravena, dan
diulangi tiap 8 jam sampai persalinan. Bila mendapat serangan akut selama persalinan,penanganannya
sama dengan penanganan serangan akut dalam kehamilan

Pada persalinan kala II persalinan per vaginam merupakan pilihan terbaik untuk penderita asma,
kecuali jika indikasi obstetrik menghendaki dilakukannya seksio sesarea.

Bila persalinan dengan seksio sesarea atas indikasi medik obstetrik yang lain, maka
sebaiknya anestesi cara spinal. Selama kehamilan semua bentuk penghilang rasa sakit dapat
digunakan dengan aman, termasuk analgetik epidural. Hindarkan penggunaan obat pada
serangan asma akut. Bila dibutuhkan tindakan anestesi, sebaiknya menggunakan epidural
anestesi daripada anestesi umum karena peningkatan risiko infeksi dada dan atelektasis.
Ergometrin dapat menyebabkan bronkospasme, terutama pada anestesi umum. Sintometrin
(oksitosin/ergometrin) yang digunakan untuk mencegah perdarahan post partum, aman
digunakan pada wanita asma. Sebelum menggunakan obat -obat analgetik harus ditanyakan
mengenai sensitivitas pasien terhadap aspirin atau NSAID (Nelson and Piercy, 2001).
K. Penatalaksanaan Asma Post Partum
Penanganan asma post partum dimulai jika secara klinik diperlukan. Perjalanan dan
penanganan klinis asma umumnya tidak berubah secara dramatis setelah post partum.
Pada wanita yang menyusui tidak terdapat kontra indikasi yang berkaitan dengan penyakitnya
ini. Teofilin bisa dijumpai dalam air susu ibu, tetapi jumlahnya kurang dari 10% dari jumlah yang
diterima ibu. Kadar maksimal dalam air susu ibu tercapai 2 jam setelah pemberian, seperti halnya
prednison keberadaan kedua obat ini dalam air susu ibu masih dalam konsentrasi yang belum
mencukupi untuk menimbulkan pengaruh pada janin.
L. Eksaserbasi Asma
Istilah eksaserbasi asma adalah sama dengan serangan asma atau asma akut yaitu episode
meningkatnya secara prodresif gejala asma seperti sesak nafas, batuk, mengi atau rasa tertekan di
dada atau kombinasi gejala-gejala tadi yang umumnya diikuti juga dengan penurunan fungsi paru.
Langkah penanganan asma pada kehamilan

Konseling mengenai pengaruh kahamilan dan asma, serta pengobatan. Penyesuaian


terapi maintenance untuk optimalisasi fungsi respirasi, Hindari factor pencetus,
Sebelum kehamilan alergen. Rujukan dini pada pemeriksaan antenatal.

Penyesuaian terapi untuk mengatasi gejala. Pemantauan kadar teofilkin dalam darah,
karena selama hamil terjadi hemodilusi sehingga memerlukan dosis yang lebih tinggi.
Selama kehamilan Pengobatn untuk mencegah serangan dan penanganan dini bila terjadi serangan.
Pemberian obat sebaiknya inhalasi, untuk menghindari efek sistemik pada janin.
Pemeriksaan fungsi paru ibu. Pada pasien yang stabil, NST dilakukan pada akhir
trimester II/awal trimester III. Konsultasi anestesi untuk persiapan persalinan.
Pemeriksaan FEV1, PEFR saat masuk rumah sakit dan diulang bila timbul gejala.
Pemberian oksigen adekuat. Kortikosteroid sistemik (hidrokortison 100 mg i.v. tiap 8
jam) diberika 4 minggu sebelum persalinan dan terapi maintenance diberikan
selama persalinan. Anestesi epidural dapat digunakan selama proses persalinan.
Saat persalinan Pada persalinan operatif lebih baik digunakan anestesi regional untuk menghindari
rangsangan pada intubasi trakea. Penanganan hemoragi pascapersalinan sebaiknya
menggunakan uterotonika atau PGE2 karena PGE dapat merangsang
bronkospasme.
Fisioterapi untuk membantu pengeluaran mucus paru, latihan pernapasan untuk
mencegh atau meminimalisasi atelektasis, mnulai pemberian terapi 37
Pascapersalian maintenance. Pemberian ASI tidak merupakan kontraindikasi meskipun ibu
mendapat obat antiasma termasuk prednisone.

(Dikutip dari : Williams Obstetrics 22 nd ed, 2005)


Visi Misi Puskesmas
1.Visi : Tercapainya masyarakat Gandus yang sehat bertumpu pada
pelayanan prima, bermutu dan pemberdayaan masyarakat
menuju Palembang “EMAS” tahun 2018.
2.Misi : a) Meningkatkan kemampuan profesionalisme tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
masyarakat.
b) Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan di Puskesmas, Pustu, Poskeskel serta
Posyandu se-Kecamatan Gandus.
c) Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu.
d) Meningkatkan kemitraan pada semua pihak.
e) Meningkatkan kemandirian masyarakt untuk ber-PHBS.
Letak Puskesmas

Mulanya di kelurahan gandus dan sekarang pindah


ke kelurahan Pulokerto jalan TP.H.Demsi Husin Damar
Jaya sungai tenang kelurahan Pulokerto,tepatnya pada
tanggal 01 januari 2017.
Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas Gandus seluas 7570 hektar yaitu
Kecamatan Gandus terdiri dari 5 Kelurahan yaitu :
a)Kelurahan Gandus
b)Kelurahan Pulokerto
c)Kelurahan Karang Jaya
d)Kelurahan Karang Anyar
e)Kelurahan 36 Ilir
Data Demografi (Kependudukan)
Kelurahan Pulokerto terdapat 11.248 penduduk
Kelurahan Gandus terdapat 12.958 penduduk
Kelurahan Karang Jaya terdapat 12.770 penduduk
Kelurahan Karang Anyar terdapat 14.307 penduduk
Kelurahan 36 Ilir terdapat 15.651 penduduk
Program KIA dan Capaian Kerja
1.Program KIA dan Keluarga Berencana : 92%
a)Kesehatan Ibu :100%
b)Kesehatan Bayi : 98%
c)Upaya Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah : 98%
d)Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja : 77%
e)Pelayanan Keluarga Berencana : 85%
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “ M”
DI PUSKEMAS GANDUS
TAHUN 2018
BIODATA
Nama Ibu : Ny Nama Suami : Tn “K”
“M” Umur : 22 tahun
Umur : 21 th Agama : Islam
Agama : Islam Bangsa :
Bangsa : Indonesia
Indonesia Pendidikan : SMK
Pendidikan : SMK Pekerjaan :
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Lr.Family
Kr. Anyar RT.19
Kec.ganduss
Keluhan Utama/ Alasan datang:
Ibu datang mengeluh sesak nafas, mengaku hamil 9 bulan
DATA KEBIDANAN

RIWAYAT MENSTRUASI
RIWAYAT PERKAWINAN
Menarche : 16 tahun
Status : Menikah
Siklus : 28 hari
Umur menikah : 20 tahun
Jumlah : 2x pembalut
Lamanya : 1 tahun
Lamanya : 7 hari
Perkawinan yang : pertama
Warna : Merah Kecoklatan
Dismenorhe : Tidak
RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

GPA : G1P0A0
HPHT : 13-2-2018
TP : 20-11-2018
Usia Kehamilan : 38 minggu
ANC : Rutin di Bidan dan
Puskesmas
Tablet fe : 90 tablet yang
diberikan habis
dikonsumsi
Imunisasi : Lengkap
TT I : Tahun 2017
TT II : Tahun 2017
TT III : Tahun 2017
Keluhan selama hamil:
TM1 : Mual muntah
TM2 : Pusing
TM3 : Sesak
DATA KESEHATAN

1.Penyakit yang diderita pasien


RIWAYAT KB a. Penyakit Menular (Sifilis/AIDS/TBC/dll) : Tidak Ada
Pernah menjadi akseptor KB : Tidak pernah b. Penyakit Keturunan (Jantung/Hipertensi/DM/dll): Asma
Jenis kontrasepsi yang digunakan :-
2.Penyakit yang diderita keluarga
Lamanya menjadi akseptor :-
a. Penyakit Menular (Sifilis/AIDS/TBC/dll) : Tidak Ada
Alasan berhenti menjadi akseptor : -
b. Penyakit Keturunan (Jantung/Hipertensi/DM/dll): Asma
Masalah atau keluhan :-
Data kebiasaan sehari-hari POLA ELIMINASI

•BAK
Frekuensi : 7-8x/hari
POLA MAKAN Warna : Jernih
keluhan : Tidak Ada
Pagi : Sepiring nasi, sebutir telur •BAB
Siang : Sepiring nasi, sepotong ikan, Frekuensi : 1x/hari
semangkuk sayur Warna : Kuning kecoklatan
Malam : Sepiring nasi, 2 potong tempe, Konsistensi: Lembek
½ mangkuk sayur, 2 potong Keluhan : Tidak Ada
pepaya
PERSONAL HYGIENE

POLA MINUM POLA ISTIRAHAT Mandi : 2x/hari


Air Putih : ±8x/hari Gosok gigi : 2x/hari
Siang : ±1 jam/hari Ganti pakaian dalam : 3x/hari
Susu : 1x/hari Malam : ±7 jam/hari
DATA PSIKOSOSIAL

Harapan terhadap kehamilan: Normal


Rencana untuk melahirkan : di Rumah Sakit
Persiapan yang dilakukan : jaminan persalinan
Rencana menyusui : ASI ekslusif
Rencana merawat bayi : Sendiri

POLA AKTIVITAS
Ibu mengatakan aktivitas ibu sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti : mencuci, menyapu dan
memasak.
Lingkungan yang berpengaruh
DATA OBJEKTIF (sekitar rumah dan hewan peliharaan)

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Ibu mengatakan
TD : 120/80 mmhg
rumahnya berada
N : 90x/menit
didepan jalan raya
T : 36,3ºC
sehingga terpapar
RR : 30x/menit
polusi udara, dan
Tinggi badan : 157 cm
Suaminya juga
BB sekarang : 57 kg
memelihara burung
BB sebelum hamil : 46 kg
dan ayam.
Penambahan BB : 11 kg
LILA : 24 cm
PEMERIKSAAN KEBIDANAN

INSPEKSI
Muka : Ada clasma gravidarum, tidak pucat, tidak oedema
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak sariawan, tidak ada karies gigi
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan tiroid
Dada : Terdapat bunyi ronchi, pernapasan agak sulit dan
bising mengi dapat didengar dengan stetoskop, ada retraksi dinding dada
Payudara : Simetris, puting susu menonjol, kolostrum(+), tidak ada massa
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, ada linea nigra&striae gravidarum
Genetalia : Tidak gatal, tidak ada keluhan
Ektremitas
Atas : Simetris, tidak oedema, kuku tidak pucat
Bawah : Simetris, tidak varises, tidak oedema
PALPASI TFU : 30 cm
(3 jari atas pusat )
TBJ : (30-12) x 155
= 2790 gram

AULKULTASI
DJJ : 145x/menit
Lokasi : puka
Frekuensi : Teratur
Sifat : Kuat

PEMERIKSAAN PENUNJANG PERKUSI


•Darah
Golongan darah : AB Refleks patella
HB : 11 g/dL Kanan : (+)
Kiri : (+)

•Urine
Protein : (-)
Glukosa : (-)
Diagnosa : G1P0A0 hamil 38 minggu dengan asma bronchial, Janin
Tunggal Hidup, Preskep.

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, yaitu TD : 110/80 mmHg, RR: 18x/menit, N:90x/menit,
T:36,3 ºC, LILA: 24 cm.
(ibu mengetahui hasil pemeriksaan).
2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang seperti sayuran hijau, buah-
buahan, kacang-kacangan, serta meminum vitamin secara rutin. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi air putih
minimal 8 gelas/hari.
(ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
3. Memberitahu ibu bahwa ibu menderita penyakit asma, dimana penyakit asma merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan yang disebabkan bisa karena keturunan ,maupun alergi seperti bulu binatang, atau debu. Asma menjadi
salah satu permasalahan yang bisa ditemukan dalam kehamilan untuk itu dianjurkan ibu agar selalu menjaga fisik dan
psikologisnya dengan tidak melakukan aktifitas yang berat –berat dan juga stess. Dikarnakan nanti dapat menimbulkan
masalah saat persalinan salah satunya ibu tidak kuat mengejan saat proses persalinan karena kehabisan nafas. (ibu
mengerti penjelasan Bidan)
4. Memberitahu ibu untuk tidak memelihara hewan berbulu, seperti kucing karena bulu dapat mengakibatkan
gangguan sistem pernafasan. Selain itu hindari polusi udara seperti debu dan asap kendaraan.
(ibu mengerti penjelasan Bidan dan bersedia melakukannya).
5. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup guna meningkatkan kesehatan janin baik untuk pertumbuhan atau
perkembanganya. Istirahat yang dianjurkan kurang lebih 8 jam pada malam hari dan 2 jam pada siang hari, hindari
juga terlalu lelah. Untuk posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring kekiri, kaki kiri lurus , kaki kanan
sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal, untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ibu bisa mengganjal dengan
bantal pada perut sebelah kiri dan meninggikan kepala tempat tidur.
(ibu mengerti penjelasan Bidan dan bersedia melakukannya).
6. Mengajarkan ibu cara rileksasi kepada diri sendiri ,yaitu dengan cara meletakkan tangan kanan di dada dan tangan
kiri diperut sambil mengajak komunikasi janinnya. Setelah itu anjurkan ibu untuk menarik nafas secara perlahan dan
mengeluarkannya lewat mulut, ulangi hingga rileks dan nyaman.
(ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
7. Mengajarkan ibu teknik Pelvic rocking yaitu dengan cara menggoyangkan pinggul ibu pada gymball atau bantal,
bertujuan untuk mengurangi nyeri dan membuka jalan lahir.
(ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
8. Memberitahu dan meyakinkan ibu untuk terus merasa nyaman dan bahagia agar persalinan ibu akan tetap tenang
dan siap menyambut kehadiran sang buah hati.
(ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
9. Memberitahu ibu tentang bahaya dalam kehamilan diantaranya perdarahan pervagina, sakit kepala yang hebat
disertai pandangan kabur, bengkak pada muka dan tangan ,nyeri abdomen yang hebat,dan bayi kurang bergerak
seperti biasa. Apabila nanti ibu mengalami tanda bahaya seperti salah satu diatas segera ibu untuk datang ketenaga
kesehatan terdekat.
(ibu mengerti penjelasan Bidan).
10. Memberitahu agar ibu bersalin di Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan persalinan yang aman dan selamat.
(ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
11. Memberitahukan ibu tentang tanda-tanda persalinan, seperti nyeri perut yang menjalar dari perut ke pinggang,
keluar lendir bercampur darah, serta keluarnya air ketuban.
(ibu mengerti penjelasan Bidan).
12. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang dan jika ibu terdapat keluhan.
( ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
BAB V
PEMBAHASAN
• Dari pengkajian diketahui data subjektif antara lain ibu mengatakan mengeluh
sesak nafas saat bernafas.
• Sedangkan data objektif :
Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan :30 x/menit
Suhu : 36,3 0c
• Asma adalah kondisi dimana otot-otot bronchi (saluran udara pada paru)
mengalami kontraksi penyempitan sehingga menyulitkan pernafasan.
• Tanda dan gejala asma:
1. Kesulitan bernafas
2. Kenaikan denyut nadi
3. Nafas berbunyi ketika menghembuskan udara.
• Permasalahan yang dialami ibu sesuai dengan teori, yaitu meliputi tanda dan
gejala asma.
• Ibu juga mengatakan bahwa ibunya juga menderita asma. Salah satu penyebab
asma ialah factor keturunan.
• Asma juga bisa muncul ketika ibu melakukan pekerjaan yang berat sehingga
kelelahan.
• Ibu mengatakan bahwa suaminya memelihara burung dan ayam dirumahnya.
Dan rumahnya pun dekat dengan jalan raya. Salah satu pemicu asma yaitu
alergen yang berasal dari bulu binatang dan polusi udara.
• Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya
serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen atau hipoksia.
Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin
dan sering terjadi keguguran, partus prematur, dan gangguan pertumbuhan
janin. Faktor pencetus timbulnya asma pada ibu antara lain zat-zat alergen
yang berasal dari bulu binatang dan polusi udara. Penderita selama kehamilan
perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh nafas
pendek, berbunyi sesak dan batuk-batuk. Semakin berat asma, semakin besar
risiko pada janin.
Untuk mengidentifikasi penyakit asma dilakukan beberapa pemeriksaan antara lain riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi paru, pemeriksaan laboratorium (Spirometri, Gas-gas darah arteri
dan Foto Thorax).

• Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala asma pada ibu ialah menghindari factor
pencetus dan melakukan beberapa kegiatan, antara lain:
1. Memakai masker ketika keluar rumah
2. Jangan memelihara binatang berbulu
3. Menyiram jalanan didepan rumah agar tidak berdebu
4. Hindari pekerjaan yang berat sehingga tidak kelelahan
5. Cukup istirahat, minimal 8 jam/hari. Yaitu tidur malam 7 jam/hari dan tidur siang 1
jam/hari.
6. Sering-sering melakukan rileksasi dan mengatur pernafasan.
7. Pilih tempat tinggal yang jauh dari factor polusi, juga hindari lingkungan rumah dari
perabotan yang membuat alergi. Seperti bulu karpet, bulu kapuk, asap rokok, dan debu
yang menempel di alat-alat rumah tangga
8. Lakukan olahraga atau senam asma, agardaya tahan tubuh makin kuat sehingga tahan
terhadap factor pencetus.
• Karena usia kehamilan ibu sudah mendekati persalinan yaitu 38 minggu dan ibu juga
menderita asma maka petugas kesehatan memberitahu ibu agar bersalin di Rumah Sakit agar
mendapatkan pertolongan bersalin yang aman dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai