Anda di halaman 1dari 43

Oleh

Muhammad Sjahri Papene


Ketua Bawaslu Kepri

BIMBINGAN TEKNIS HUKUM PENINDAKAN PELANGGARA


HOTEL HARMONI ONE, 24 -26 NOVEMBER 2017
BATAM
Dasar Hukum
UU NO. 10 TAHUN 2016
PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015
TENTANG PENETAPAN PERATURAN
UU No. 7 Tahun 2017
PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-
PEMILIHAN UMUM
UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014
TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR,
BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI
UNDANG-UNDANG

PERBAWASLU NO. 14 TAHUN 2017


PENANGANAN LAPORAN PELANGGARAN
PEMILIHAN

Pilkada 2018 Pemilu 2019


Definisi
Hasil pengawasan Pengawas Pemilihan yang
Temuan mengandung dugaan pelanggaran.

Laporan Dugaan Laporan tertulis oleh pelapor kepada Pengawas


Pelanggaran Pemilihan tentang dugaan terjadinya pelanggaran

Tindakan yang bertentangan atau tidak sesuai


Pelanggaran
dengan peraturan perundang-undangan terkait
Pemilihan
Pemilihan

Pelanggaran terhadap etika penyelenggara Pemilihan


Pelanggaran
yang berpedomankan sumpah dan/atau janji sebelum
Kode Etik
menjalankan tugas sebagai penyelenggara Pemilihan

Pelanggaran Pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan


Administrasi mekanisme yang berkaitan dengan administrasi
Definisi

tindak pidana pelanggaran dan/atau kejahatan


Tindak Pidana terhadap ketentuan tindak pidana Pemilihan
Pemilihan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Pemilihan Pemilu atau Pilkada

Serangkaian proses penanganan pelanggaran yang


meliputi temuan, penerimaan laporan, pengumpulan
alat bukti, klarifikasi, pengkajian, dan/atau
Penindakan pemberian rekomendasi, serta penerusan hasil
kajian atas temuan/laporan kepada instansi yang
berwenang untuk ditindaklanjuti.
 Penanganan Temuan dan Iaporan Pelanggaran Pemilu
UU No 7 Tahun 2017 Pasal 454, 455 / Perbawaslu No. 14 Tahun 2017 Bab II, Pasal 26

Hasil pengawasan aktif Bawaslu, Laporan langsung Warga

7 Hari 7 Hari
Temuan Laporan
Pelanggaran Registrasi
Pelanggaran
Pemilu Pemilu
7 Hari

Temuan dan laporan yang telah dikaji dan terbukti


kebenarannya wajib ditindaklanjuti oleh Bawaslu,

Bukan
Sengketa Pelanggaran
Pelanggaran
Pemilu Pemilu
Pemilu
UU No.7 Thn 2017 pasal 466
Sengketa proses Pemilu meliputi Sengketa proses Pemilu meliputi antar peserta Pemilu dan sengketa
peserta Pemilu dengan Penyelenggara Pemilu sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, Keputusan
KPU Provinsi dan Keputusan KPU Kabupaten/Kota.
PERBAWASLU NO. 15 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN

Keputusan KPU,
Keputusan KPU
Sengketa
Provinsi dan
Pemilu
Keputusan KPU
Kabupaten/Kota

MENOLAK
MENERIMA

Peserta Pemilu / Sengketa


Peserta Pemilu /
Calon Peserta Pemilu Calon Peserta
Pemilu Pemilu
Penanganan Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu
UU No.7 Thn 2017 pasal 467
PERBAWASLU NO. 15 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN

3 HARI
Permohonan
Peserta Pemilu / Penyelesaian
Calon Peserta Sengketa BAWASLU
Pemilu Proses Pemilu

Permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu


disampaikan secara tertulis dan paling sedikit
memuat:
a. nama dan alamat pemohon;
b. pihak termohon; dan
c. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, dan/atau
keputusan KPU Kabupaten/Kota yang menjadi sebab
sengketa.
PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU,
UU No.7 Thn 2017 pasal 468, 469 dan 470
PERBAWASLU NO. 15 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA
PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN
Kesepakatan

Setuju
Penyelesaian
Sengketa BAWASLU Mediasi
Proses
Pemilu Tidak

Keputusan Bawaslu adalah Adjudikasi


Final dan Mengikat, Kecuali
Putusan yang berkaitan 12 HARI
dengan :
1. Verifikasi Partai Politik
Peserta Pemilu.
PTUN 2. Penetapan Daftar Calon
PUTUSAN
Tetap, Anggota
DPR,DPD, DPRD BAWASLU
3. Penetapan Pasangan
Calon
UU No 7 Tahun 2017 Pasal 455 / Perbawaslu No. 14 Tahun 2017 Pasal 26
Pelanggaran Diproses
Dilakukan oleh
Kode Etik Anggota KPU
Oleh
ataupun Bawaslu DKPP

Administrasi Ditindak Lanjuti oleh KPU, KPU


Pemilu Provisi, KPU Kabupaten /Kota

Pelanggaran
Terhadap peraturan Diproses oleh Bawaslu,
Pemilu
perundang- Bawaslu Provinsi, Bawaslu
undangan lainnya Kab/Kota, Panwascam, Panwas
yang bukan Kel/Desa, Pengawas TPS
pelanggaran sesuai Kewenangannya
Pemilu, bukan
sengketa Pemilu,
diteruskan kepada instansi atau
dan bukan tindak
pihak yang berwenang.
pidana Pemilu

TINDAK PIDANA KEPOLISIAN


KONSEP TSM DALAM UU. NO. 10
TAHUN 2016

Penjelasan • Terstruktur: Kecurangan yg dilakukan oleh aparat


struktural, baik aparat pemerintah maupun
Psl 135A penyelenggara pemilihan secara kolektif ata secara
ayat (1) bersama-sama

Penjelasan
• Sistematis : Pelanggaran yg direncanakan secara
Psl 135A matang, tersusun, bahkan sangat rapi.
ayat (1)

Penjelasan • Masif: Dampak pelanggaran yg sangat luas


Psl 135A pengaruhnya terhadap hasil pemilihan bukan hanya
sebagian-sebagian
ayat (1)
Tata Cara Penanganan Tindak Pidana Pemilu
UU No.7 Thn 2017 pasal 476
Konsultasi

Laporan Dugaan
Tindak Pidana BAWASLU GAKKUMDU
Pemilu

1 X 24 JAM
Disampaikan secara
tertulis dan paling
sedikit memuat:
a. nama dan alamat
pelapor; TINDAK PIDANA PEMILU
b. pihak terlapor;
c. waktu dan tempat
kejadian perkara;
d. uraian kejadian.
KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
 Masa Kerja Sentra Gakkumdu adalah 9 Bulan
 Jumlah Personil Sentra Gakkumdu Kabupaten/Kota : 15 orang
 Temuan/laporan yang mengandung unsur dugaan tindak pidana
pemilihan, Temuan/Laporan dimaskud dalam waktu 1X24 Jam
dibahas dalam forum Sentra Gakkumdu.
 Sentra penegakan hukum terpadu selanjutnya disebut Sentra
Gakkumdu adalah forum yang terdiri dari unsur Badan Pengawas
pemilu Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
dan Kejaksaan Republik Indonesia yang bertugas menangani
Tindak pidana Pemilu
 temuan/laporan dugaan tindak pidana pemilihan yang dibahas,
sentra gakkumdu memberikan rekomendasi kepada pengawas
pemilu
No. Jenis Pelanggaran Lembaga Yang Berwenang
1 Pelanggaran Administrasi KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota;
2 Pelanggaran Pidana Pemilihan Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan
3 Pelanggaran Kode Etik Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu
4 Sengketa Pemilihan Bawaslu, Bawaslu Provinsi atau
Panwaslu Kab/Kota
5 Bukan Pelanggaran Pemilihan Misal : Pelanggaran Netralitas PNS
namun pelanggaran terhadap dilaksanakan oleh Kemenpan/RB,
Peraturan Perundang- Korupsi oleh KPK dan Pengadilan,
undangan lain Pencucian Uang oleh PPATK dan
Pengadilan
PERBAWASLU NO. 15 TAHUN 2017

1. WNI yang mempunyai hak pilih


Hasil pengawasan aktif Bawaslu, pada pemilihan setempat;
Informasi Awal
b. pemantau Pemilihan; atau
c. Peserta Pemilihan.
Paling Lama 7 Hari - Disampaikan
Ditelusuri dan Lisan/Tulisan
terindikasi - Secara langsung
PLENO dikantor Bawaslu,
Paling Lama 7 Hari
Lewat Telpon resmi
Menetapkan pengaduan, sms,
surat, faks, email di
Temuan situs resmi
Pelanggaran Pengawas Pemilihan
Laporan
Pemilu Pelanggaran
Pemilu

dituangkan dalam formulir dituangkan dalam formulir


model A.2. model A.1.
Tindak Lanjut Penerimaan Laporan Dugaan
Pelanggaran
Pelapor wajib mengisi dan menandatangani Formulir
Penerimaan Laporan Model A.1

Tanda bukti Penerimaan Laporan


menggunakan formulir model A.3  WAJIB DIBERIKAN
KEPADA PELAPOR

Terpenuhi
Kelengkapan Syarat Vide Pasal 31 Perbawaslu No. 11 Th 2014
Materiil dan Formil
KLARIFIKASI
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILIHAN
Pengawas Pemilihan dalam melakukan pengkajian terhadap
temuan dan laporan dugaan pelanggaran dapat meminta
kehadiran Pelapor, Saksi, Terlapor dan/atau Ahli untuk
dimintai keterangan atau di klarifikasi. Ketentuan itu diatur
dalam Pasal 38 Peraturan Bawaslu Nomor 11 Tahun 2014
tentang Pengawasan Pemilihan Umum, yang telah diubah
dengan Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2015

DASAR KLARIFIKASI
 Kegiatan klarifikasi yang dimaksud dalam Perbawaslu itu serupa
dengan proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Penyidik
Kepolisian. Pemeriksaan dalam penyidikan berarti kegiatan untuk
memperoleh keterangan, kejelasan, dan keidentikan dari tersangka,
saksi, ahli tentang barang bukti maupun unsur-unsur tindak pidana
yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan seseorang
maupun barang bukti di dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas,
dituangkan didalam berita acara pemeriksaan.

 Klarifikasi yang dilakukan oleh Pengawas Pemilihan pun bertujuan


untuk memperoleh keterangan dari pelapor, terlapor, saksi dan atau
ahli untuk memperjelas suatu perbuatan.

TUJUAN KLARIFIKASI
1. Memastikan yang akan melakukan klarifikasi berwenang
2. Adanya Temuan atau Laporan sebagai dasar klarifikasi
3. Kepribadian dan Keterampilan yang mesti dimiliki oleh Pemeriksa
4. Membuat Surat Undangan yang ditujukan kepada pihak yang akan
diklarifikasi
5. Menyiapkan tempat Klarifikasi
6. Mengatur Waktu klarifikasi
7. Menyusun daftar pertanyaan
8. Pengambilan Sumpah/Janji

PERSIAPAN KLARIFIKASI
PERSIAPAN:
KEWENANGAN MELAKUKAN KLARIFIKASI

Pengawas Pemilihan memastikan dirinya berwenang


melakukan klarifikasi, mengenai kewenangan ini
dapat dilihat dari ketentuan UU dan Perbawaslu.
Apabila klarifikasi dilakukan oleh Pejabat atau Staf
Sekretariat Pengawas, diperlukan Surat Tugas yang
merupakan mandat dari Anggota Pengawas
Pemilihan
PERSIAPAN:
ADANYA TEMUAN ATAU LAPORAN

Klarifikasi dilakukan tentu setelah adanya


temuan atau laporan dugaan pelanggaran
pemilihan, maka sebelum harus dipastikan
temuan atau laporan sudah diregistrasi
(diberikan nomor temuan atau laporan serta
dicacatkan dalam buku register).
PERSIAPAN:
KEPRIBADIAN DAN KETERAMPILAN

1. Percaya pada diri sendiri.


2. Mempunyai kemampuan menghadapi orang lain/adaptif.
3. Tidak mudah terpengaruh.
4. Sopan, sabar dan dapat mengendalikan emosi.
5. Sikap bersahabat.
6. Memiliki pengetahuan yang cukup mengenai proses
penananganan pelanggaran pemilihan dan kasus yang
ditangani.
7. Dapat menggunakan komputer/laptop dalam perlengkapan
elektronik pendukung lainnya.
PERSIAPAN:
MEMBUAT UNDANGAN KLARIFIKASI

Sebelum dilakukan klarifikasi, perlu dibuatkan surat undangan


yang disampaikan kepada pihak-pihak yang akan diklarifikasi.

Mengingat batas waktu penanganan yang sangat singkat,


undangan dapat terlebih dahulu disampaikan secara lisan,
melalui surat elektronik atau faksimili kepada pihak-pihak
yang akan diklarifikasi, dengan ketentuan surat undangan
yang asli diberikan padaa saat yang bersangkutan hadir
dalam klarifikasi.
PERSIAPAN:
MENYIAPKAN TEMPAT KLARIFIKASI
Pemeriksa mesti menyiapkan tempat yang dapat memberikan
kenyamanan bagi pihak yang akan diklarifikasi. Kenyamanan itu dapat
berupa:
• Tempat yang bersih, tenang dan aman
• Suhu ruangan yang cukup dingin
• Tersedia ruang bagi pendamping/kuasa

Dalam hal orang yang akan diklarifikasi tidak dapat memenuhi


undangan disebabkan jarak yang jauh atau persoalan keamanan,
Pengawas Pemilihan dapat melakukan klarifikasi di kediaman yang
bersangkutan atau tempat yang ditentukan, dengan tetap
memperhatikan kenetralan dari tempat tersebut.
PERSIAPAN:
MENGATUR WAKTU KLARIFIKASI
Klarifikasi sedapat mungkin dilakukan pada waktu-waktu yang tepat.
Misalnya tidak dimulai saat waktunya bagi muslim untuk melaksanakan
sholat. Atau tidak dilaksanakan pada minggu pagi apabila orang yang
akan diperiksa beragama nasrani. tidak dilakukan pada larut malam
(kecuali bila waktu terbatas).

Apabila pihak yang akan diklarifikasi lebih dari satu orang, pemeriksa
mengatur waktu pemeriksaan antara orang yang lebih dahulu
diklarifikasi dengan orang berikutnya. Jangan sampai orang berikutnya
menunggu dalam waktu yang lama.
PERSIAPAN:
MENYUSUN DAFTAR PERTANYAAN
1. PERTANYAAN TERBUKA -> pertanyaan yang memerlukan
jawaban yang panjang. Contonya: Bisakah saudara ceritakan,
apa saja yang saudara lakukan dalam pertemuan itu?
2. PERTANYAAN TERTUTUP -> pertanyaan yang memerlukan
jawaban singkat, seperti iya atau tidak, sudah atau belum, tahu
atau tidak tahu dll. Contohnya: Apakah saudara tahu ada
pertemuan antara Bupati dan Camat di rumah dinas Bupati
pada hari Sabtu, 30 Juni 2018?
3. PERTANYAAN POKOK -> pertanyaan yang mengarah kepada
jawaban unsur-unsur dugaan pelanggaran yang dituduhkan
4. PERTANYAAN TAMBAHAN -> pertanyaan yang merupakan
hasil pengembangan pertanyaan pokok
PERSIAPAN:
PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI

Sebelum melakukan klarifikasi, pihak-pihak yang akan


diperiksa perlu diambil sumpah terlebih dahulu. Hal ini diatur
dalam ketentuan Pasal 38 ayat (1) Perbawaslu.

Pengawas Pemilihan menyediakan formulir berita acara


sumpah, sebagaimana lampiran Perbawaslu, kemudian
menanyakan kepada pihak yang akan diklarifikasi, apakah
bersedia untuk membaca sumpah/janji
PELAKSANAAN KLARIFIKASI (1)
1. Klarifikasi dilakukan sesegera mungkin atau sesuai dengan waktu yang tercantum
dalam undangan.
2. Hindari pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan situasi perdebatan yang
tidak perlu maupun pembicaraan yang emosional
3. Dalam hal pihak yang diklarifikasi agak sulit / kurang lancar dalam
mengemukakan keterangan, maka agar dibantu atau dibimbing sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas tentang seseorang, keadaan dan terjadinya
dugaan pelanggaran secara lengkap, sistematis dan berurutan.
4. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus singkat, padat dan jelas, sehingga
mudah dimengerti oleh pihak yang diklarifikasi.
5. Pemeriksa memperlihatkan sikap simpatik terhadap pihak yang diklarifikasi.
6. Untuk memperoleh keterangan yang lebih meyakinkan pemeriksa agar
mengulang pertanyaan yang sama kepada pihak yang diklarifikasi.
7. Tidak memberikan kesempatan kepada pihak yang diklarifikasi untuk membuat
keterangan yang bersifat khayalan atau keterangan yang tidak benar.
8. Pemeriksa bersikap sabar, tekun dan ulet dalam menghadapi tersangka, saksi
dan ahli yang berbelit-belit.
9. Kepada pihak yang diklarifikasi supaya disuruh mengenali, diperlihatkan
kembali barang bukti
10. Keterangan ditulis secara teliti dan lengkap dalam berita acara klarifikasi.
11. Dalam menuangkan keterangan dalam berita acara klarifkasi, pemeriksa dapat
mengetik sendiri atau dibantu oleh staf yang mendampingi proses klarifikasi.
12. Penuangan keterangan dalam berita acara klarifikasi dapat ditampilkan melalui
layar proyektor, apabila terdapat fasilitas untuk itu, sehingga pihak yang
diklarifikasi dapat melihat langsung keterangannya yang ditulis dan dapat
langsung mengoreksi jika terdapat kekeliruan pengetikan.
13. Ketika klarifikasi telah selesai dilakukan, pemeriksa meminta pihak yang
diklarifikasi untuk menandatangi berita acara klarifikasi.
14. Pemeriksa dapat memberikan salinan berita acara klarifikasi yang sudah
ditanda tangani kepada pihak yang diklarifikasi

PELAKSANAAN KLARIFIKASI (2)


KAJIAN PENANGANAN
PELANGGARAN DAN TINDAK
PIDANA PEMILIHAN GUBERNUR,
BUPATI, DAN WALIKOTA
Pengertian kajian dalam Penanganan
Pelanggaran

 Kajian dugaan pelanggaran pemilu adalah penulisan


hasil rangkaian proses administrasi, pengumpulan
bukti, klarifikasi, analisis hukum, kesimpulan dan
rekomendasi atas temuan dan/atau laporan
pelanggaran pemilu sebagai dasar untuk memutuskan
suatu temuan atau laporan sebagai pelanggaran atau
bukan pelanggaran, atau pelanggaran tertentu, dan
sanksi yang direkomendasikan kepada pihak yang
berwenang.
kajian
 TENTANG LAPORAN
Menguraikan tentang peristiwa yang dilaporkan apakah
berkaitan dengan pelanggaran dan atau tindak pidana
pemilihan dengan kewenangan pengawas pemilihan
menerima laporan dengan pelanggaran dan atau tidak pidana
pemilihan

 TENTANG PELAPOR
Menguraikan tentang kedudukan hukum (legal
standing) pelapor dalam melaporkan dugaan pelanggaran dan
atau tindak pidana pemilihan
LANJUTAN.....

 TENTANG TERLAPOR
Menguraikan tentang pihak yang
dilaporkan oleh pelapor ke pengawas
pemilihan
 TENTANG PELAKU
Menguraikan tentang pihak-pihak yang
diduga sebagai pelaku pelanggaran dan
atau tindak pidana pemilihan
LANJUTAN.....
 TENTANG WAKTU LAPORAN
Menguraikan tentang batas waktu
pelaporan (batas daluarsa) yang bersyarat
untuk dilaporkan ke pengawas pemilihan

 TENTANG DUGAAN PELANGGARAN


Mengurai peristiwa yang dilaporkan dengan
pasal-pasal yang diduga dilanggar,
melakukan analisa terhadap unsur-unsur
dugaan pelanggaran dan tindak pidana
pemilihan, dan merumuskan pendapat
hukum dengan cara mengaitkan fakta
dan keterangan (fakta hukum) dengan Bukti,
Barang Bukti dan Alat Bukti.
kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan kajian Pengawas pemilihan
meyimpulkan hasil analisis terhadap unsur-unsur dugaan pelanggaran
dan/atau tindak pidana pemilihan dengan pendapat hukum dengan
mengaitkan fakta/keterangan hukum dengan bukti, apakah laporan
atau temuan dugaan pelanggaran dan/atau tindak pidana pemilihan,
adalah merupakan pelanggaran dan/atau tindak pidana pemilihan
dengan menyatakan pasal-pasal apa yang diduga dilanggar dan/atau
merupakan tindak pidana pemilihan menurut Peraturan perundang-
undangan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota.
Hasil Kajian terhadap Laporan dugaan pelanggaran, dikatagorikan
sebagai:
- Pelanggaran Pemilu;
- Bukan pelanggaran Pemilu; atau
- Sengketa Pemilu
Hasil kajian Dugaan Pelanggaran Pemililihan dapat berupa:
- Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu
- Pelanggaran Administrasi Pemilu; dan/atau
- Tindak Pidana Pemilu
Rekomendasi

Rekomendasi kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti yaitu:


- Pelanggaran administrasi pemilihan rekomendasi kepada KPU sesuai
tingkatannya
- Tindak pidana Pemilihan diteruskan kepada Penyidik Kepolisian sesuai
tingkatannya
- Kode etik penyelenggara pemilihan kepada DKPP dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Jika Teradu dan/atau Terlapor adalah Penyelenggara Pemilu yang menjabat
sebagai anggota KPU, anggota Bawaslu, anggota KPU Provinsi atau KIP
Aceh, anggota Bawaslu Provinsi, anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri,
atau anggota Pengawas Pemilu Luar Negeri Pengaduan dan/atau Laporan
diajukan langsung kepada DKPP.
b. Jika Teradu dan/atau Terlapor adalah Penyelenggara Pemilu yang menjabat
sebagai, anggota KPU Kabupaten/Kota atau KIP Kabupaten/Kota,
Panwaslu Kabupaten/Kota, PPK, Panwaslu Kecamatan, PPS, Pengawas
Pemilu Lapangan atau KPPS,Pengaduan dan/atau Laporan diajukan
kepada DKPP melalui Bawaslu Provinsi.
Lanjutan...

- Pelanggaran atas peraturan Undang-Undang lainnya


diteruskan kepada instansi yang berwenang
 Poin-poin rekomendasi untuk pemulihan hak yang dilanggar
 Ancaman/sanksi yang dapat dijatuhkan kepada pelaku dugaan
pelanggaran dan/atau tindak pidana pemilihan
ANALISIS UNSUR-UNSUR

 Subyek pelanggaran atau pelaku pelanggaran


Contoh:
- Setiap orang yang dengan sengaja memberikan
keterangan yang tidak benar .......dst.
- Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU
Kabupaten/Kota, dan anggota KPU Provinsi yang
dengan sengaja memalsukan .........dst.
tindak perbuatan atau akibat yang ditimbulkan

 Apabila yang dipermasalahkan tindak perbuatan maka tidak


penting untuk mengetahui akibat yang timbul dari perbuatan
tersebut. Tetapi apabila yang dipermasalahkan adalah akibat
yang ditimbulkan maka tidak perlu mempersoalkan mengenai
bagaimana cara perbuatan itu dilakukan, apakah dengan
sengaja atau karena lalai
Contoh: Unsur Perbuatan yang dilarang
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan Kampanye di luar
jadwal waktu yang telah ditetapkan oleh KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota untuk masing-masing calon, dipidana dengan
pidana penjara ...dst.
Contoh: Unsur akibat perbuatan
Setiap orang yang dengan sengaja menyeba bkan orang lain
kehilangan hak pilihnya, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat ...dst
Alternatif dan kumulatif

Berdasarkan rumusan ketentuan dapat dibedakan antara


perbuatan yang unsur-unsurnya cukup dipenuhi secara alternatif
dan perbuatan pelanggaran yang unsurnya harus dipenuhi secara
kumulatif (menyeluruh).
Rumusan alternatif biasanya menggunakan tanda “koma” atau
dengan kata “atau”. Jadi untuk dapat dikenakan sanksi tidak mesti
memenuhi seluruh unsur yang dicantumkan tetapi cukup salah
satunya saja.
HASIL KAJIAN

Hasil Kajian terhadap Temuan/ laporan


dugaan pelanggaran dituangkan dalam
formulir A-9, dikatagorikan sebagai:

a) Pelanggaran Pemilu;

b) Bukan pelanggaran Pemilu; atau

c) Sengketa Pemilu
“ BERSAMA RAKYAT AWASI PEMILU
BERSAMA BAWASLU TEGAKKAN
KEADILAN PEMILU “
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai