Anda di halaman 1dari 29

DISTOSIA

KELOMPOK 10

• AQDA PUTRA MAHARDIKA FISABILILLAH


(20171660093)
• ADIYATMO AMANTI FAHAR
(20171660032)
DEFINISI DISTOSIA

• Menurut Achadiat, Chrisdiono (2004), distosia adalah


persalinan abnormal / sulit yangditandai dengan kelambatan
atau tidak adanya kemajuan proses persalinan dalam
satuanwaktu tertentu. Distosia merujuk pada kemampuan
persalinan yang tidak normal. Persalinanberlangsung lebih
lama, lebih nyeri, atau tidak normal karena adanya masalah
padamekanisme persalinan, tenaga/ kekuatan, jalan lahir, janin
yang akan dilahirkan, atau masalah psikis.
ETIOLOGI

1.Distosia karena kelainan tenaga/ His


• Disebabkan oleh sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia uteri
sering dijumpai pada multi gravid,factor herediter,emosi dan kekuatan
,salah pimpinan persalinan pada kala II atau salah pemberian obat
seperti oksitosin dan obat penenang.

3. Distosia karena kelainan alat kandungan dan jalan lahir


• Berkaitan dengan variasi ukuran dan tulang pelvis ibu atau
keabnormalan saluran reproduksi yang dapat mengganggu dorongan
atau pengeluaran janin
3. Distosia karena kelainan janin
1.Bayi besar
• a.Diabetes mellitus
• b.Keturunan
• c.Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya
2.Hydrosefalus
3.Anensefalus
4.Kembar siam
5.Gawat janin
• a.Infusiensi uteruplasenter akut.
• b.Infusiensi uteruplasenter kronik
• c.Diabetes melliltus
• d.Isoimunisasi rh,postmaturnitas atau dismaturnitas,kompresi
(penekanan)tali pusat.
patofisiologi
• Bentuk pelvis tidak normal, peningkatan berat badan ibu yang berlebihan,
diabetes saat kehamilan serta kala satu dan dua persalinan yang lama menjadi
faktor predisposis distosia bahu terjadi serta faktor predisposisi 5P (Power,
Passage, Passanger, Psyche, Penolong) yang mengakibatkan proses kelahiran
lama dengan upaya ibu mengejan yang lebih besar yang menyebabkan otot
panggul tidak berkontraksi dengan baik dan jalan lahir tidak membuka secara
optimal pula sehingga bahu bayi terjepit dan menyebabkan resiko paralisis
fleksus brachialis dan fraktur klavikula dan terjadi keletihan pada ibu karena
energi yang banyak dikeluarkan. Penekanan yang keras pada saat mengejan
mengakibatkan adanya KPD atau ketuban pecah dini yang menyebabkan
adanya invasi dari mikroorganisme patologis sehingga adanya infeksi pada
desidua atau membran mukosa yang melapisi rahim. Munculnya amnionitis
atau sepsis mengakibatkan adanya respon inflamasi sehingga metabolisme
meningkat yang mengakitbatkan suhu tubuh meningkat, kebutuhan O2
meningkat, dan hipermetabolisme sehingga cairan yang keluar melalui
keringat dan urin.
Klasifikasi distosia
 Distosia servikalis. Leher rahim gagal melebar selama persalinan, sehingga
kontraksinya tidak cukup kuat untuk mengeluarkan bayi. Distosia serviks
digolongkan sebagai darurat medis. Dokter akan mencoba merangsang
kontraksi dengan oksitosin. Namun, jika gagal, bayi perlu dikeluarkan
melalui operasi Caesar. Faktor penyebab: cidera leher rahim, ibu obesitas
dan diabetes.

• Distosia bahu. Kondisis darurat medis yang ekstrim, dan jarang sekali
terjadi. Hanya terjadi pada 0,6% kelahiran. Hal ini terjadi ketika kepala bayi
telah sampai ke jalan lahir, namun bahunya terjebak atau tersangkut di pinggir
panggul. Kegagalan ini bisa menyebabkan kematian ibu dan janin. Tindakan
yang bisa dilakukan adalah Meminta ibu untuk menekuk kedua tungkainya
dan
mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya dalam
posisi ibu berbaring terlentang. Meminta bantuan 2 orang
untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada. Jika gagal,
dokter akan membuat episiotomi yang cukup luas untuk
mengurangi obstruksi jaringan lunak dan memberi ruangan
yang cukup untuk tindakan. Jika berbagai posisi dan usaha
belum juga berhasil, diperlukan segera operasi Caesar
darurat. Faktor penyebab: kelainan panggul.
1. Distosia kelainan his
a) Inersia uteri.
b)Incordinate uterina action
2. Distosia kelainan letak
a) Posisi oksipitalis posterior persisten
b)Presentasi puncak kepala
c) Presentasi Muka
d)Presentasi dahi
e) Letak sungsang.
f) Letak lintang
g)Presentasi ganda
3. Distosia kelainan bentuk janin
a) Pertumbuhan janin yang berlebihan
b)Hidrosefalus
c) Prolaps funikuli
Web of caotion
2.5 Web of caution
Tanda dan gejala distosia

a.Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva.


b.Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar.
c.Dagu tertarik dan menekan perineum.
d.Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap
perineum sehingga tampak masuk kembali ke dalam vagina.
e.Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di
belakang symphisis (tanda kura-kura).
f.Ibu merasa gelisah, suhu tubuh meningkat, nadai dan pernafasan
meningkat, edema pada vulva dan serviks, serta ketuban bau.
g.DJJ janin cepat dan tidak teratur
• Adapun tanda dan gejala menurut Cunningham dalam buku Williams
Obstetric antara lain:
• a.Palpasi luar menunjukkan bagian terbawah janis belum masuk pintu
atas panggul
• b.Diameter anterior-posterior lebih kecildari normal atau pintu atas
pggul berbentuk segitiga
• c.Dinding samping panggul menyempit dan krista iliaka sangat
menonjol.
• d.Sacrum melengkung ke depan dan coccygeus mengarah pada sumbu
jalan lahir.
• e.Kontraksi lemah dan tidak terkoordinasi.
• f.Ibu tidak mampu membuat posisi efektif untuk mengedan.
komplikasi

1. Pada Ibu
-Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada
pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehirasi serta asidosis dan infeksi
intrapartum.
-Dengan his yang kuat, sedang janin dalam jalan lahir tertahan, dapat
menimbulkan regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran
retraksi patologis (Bandl).
-Dengan persalinan yang tidak maju karena disproporsi sefalopelvik,
jalan lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala
janin dan tulang panggul.
• 2. Pada Bayi
• Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi jika ditambah
dengan infeksi intrapartum.
• Propalus funikuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar
bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segala cara apabila ia
masih hidup.
• Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala melewati rintangan pada
panggul dengan mengadakan moulge.
• Selanjutnya tekanan oleh promontarium atau kadang-kadang oleh simfisis
pada panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan diatas tulang
kepala janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis
(Hanifah, 2002).
Klinikal laboratorium
• 1) Palpasi dan Balotemen: Leopold I : teraba kepala (balotemen) di
fundus uteri
• 2) Vaginal Toucher : teraba bokong yang lunak dan iregular
• 3) X-ray : Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan
pemeriksaan ini penting untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan
jumlah kehamilan serta adanya kelainan kongenital lain
• 4) Ultrasonografi: Pemeriksaan USG yang dilakukan oleh
operatorberpengalaman dapat menentukan :
• a. Presentasi janin
• b. Ukuran
• c. Jumlah kehamilan
• d. Lokasi plasenta
• e. Jumlah cairan amnion
• f. Malformasi jaringan lunak atau tulang janin
Penatalaksanaan medis dan keperawatan

• a. Fase laten yang memanjang : Selama ketuban masih utuh dan


passage serta passanger normal,pasien dengan fase laten memanjang
sering mendapat manfaat dari hidrasi dan istirahat terapeutik. Apabila
dianggap perlu untuk tidur,morfin(15 mg) dapat memberikan tidur 6-8
jam. Apabila pasien terbangun dari persalinan,diagnosa persalinan palsu
dapat ditinjau kembali,berupa perangsangan dengan oksitosin.
• b. protraksi : Dapat ditangani dengan penuh harapan,sejauh persalinan
mau dan tidak ada bukti disproporsi sevalopelvik,mal presentasi atau fetal
distress. Pemberian oksitosin sering bermanfaat pada pasien dengan suatu
kontrakti hipotonik.
• c. Kelainan penghentian : Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik
dianjurkan untuk dilakukan seksio sesarea.perangsangan oksitosin hanya
dianjurkan sejauh pelviks memadai untuk dilalui janin dan tidak ada
tanda-tanda fetal distress
Asuhan keperawatan
• A. Pengkajian
• 1) Identitas Pasien
• 2) Riwayat Keperawatan
• a. Keluhan Utama : biasanya pasien mengeluhkan nyeri akibat
kontraksi yang terjadi dan lamanya proses persalinan
• b. Riwayat Kesehatan Sekarang : proses kelahiran bayi yang lama
sehingga menyebabkan kala 2 memanjang
• c. Riwayat kesehatan dahulu : apakah klien menderita diabetes
mellitus atau diabetes gestasional yang dapat mempengaruhi kehamilan
dan proses persalinan
• d. Riwayat kehamilan, persalinan yang lalu
• Apakah klien pernah melakukan persalinan dengan kasus yang sama atau
riwayat pernah melahirkan bayi besar
• e. Riwayat Menstruasi
• Menarche: normalnya menarche terjadi pada umur 10 -16 tahun (±
12,5 tahun) Siklus: siklus haid biasanya terjadi 25-32 hari (± 28 hari)
Sifat darah: sifat darah haid Encer, merah, baunya khasTeratur / tidak:
Normalnya teratur Dismenorhoe: Ya / tidak (sebelum, selama atau
sesudah haid)Fluoe albus: ada atau tidak fluoe albus, bila iya, Sedikit /
sedang banyak / tidak gatal, bau / tidak,warna putih / kuning atau
kekentalannya
HPHT: Hari pertama keluarnya darah saat haid yang terakhir

• f. Riwayat pemakaian Kontrasepsi


• Apabila ibu menggunakan kontrasepsi, jenis kontrasepsi apa
yang pernah digunakan
Pemeriksaan fisik
• 1. Kepala
• rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
• 2. Mata
• Biasanya konjungtiva anemis
• 3. Thorak
• Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian
paru yang tertinggal saat pernafasan
• 4. Abdomen
• Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal
persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan
sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak
kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk
mengetahui adanya distensi usus dan kandung kemih.
• 5. Vulva dan Vagina
• Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/
servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan,
biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa
• 6. Panggul
• Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul dan
kelainan tulang belakang
Pemeriksaan penunjang distosia bahu
• Pemeriksaan penunjang pada persalinan dengan distosia bahu antara lain:
• a. Ultrasonografi (USG): dapat menentukan presentasi janin, ukuran,
jumlah kehamilan, lokasi plasenta, jumlah cairan amnion, malformasi
jaringan lunak atau tulang janin
• b. Pelvimetri radiologik (pengukuran panggul ibu melalui foto)
• Dengan memperhatikan indikasi, syarat, dan kontraindikasi beberapa
tindakan akan dilakukan untuk persalinan seperti akselerasi (mempercepat)
persalinan, ekstrasi (tindakan menarik keluar janin, atau operasi sesar
(Kasdu, 2005).
• c. MRI
• Kegunaannya untuk pelvimetri yang akurat, gambaran fetal yang lebih
baik, dan gambaran jaringan lunak di panggul yang dapat menyebabkan
distosia
Diagnosa yang mungkin muncul pada distosia
• Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan
distosia sebagai berikut :

• 1. Resiko cedera pada ibu ditandai dengan besarnya ukuran janin,


malposisi janin(posisi posteriror), induksi persalinan persalinan lama
kali l,ll,lll.
• 2. Risiko cedera pada janin ditandai dengan besarnya ukuran janin,
malpoisisi janin,nyeri pada jalan lahir.
• 3. Resiko infeksi ditandai dengan peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan
dx :Resiko cedera pada ibu ditandai dengan besarnya ukuran janin, malposisi
janin(posisi posteriror), induksi persalinan persalinan lama kali l,ll,lll.
Kriteria hasil :
-Kejadian cedera dan luka lecet menurun dengan skala 5, dimana rentang skala 1-
5 1(meningkat) 2(cukup meningkat) 3(sedang) 4(cukup menurun 5(menurun)
dengan Ekspetasi Menurun
-perdarahan dalam skala 5 (menurun)
-ekspresi wajah kesakitan mengalami penurunan skala 5

-Tekanan darah membaik dalam skala 5 dimana rentang 1-5, 1(memburuk)


2(cukup memburuk) 3(sedang) 4(cukup membaik) 5(membaik)
-frekuensi nadi dalam skala 5
-frekuensi napas cukup membaik dengan skala 4
-denyut jantung apical dan radialis membaik skala 5
intervensi "perawatan persalinan resiko tinggi"
• OBSERVASI
• -identifikasi kondisi umum pasien
• -monitor tanda tanda vital
• -monitor kelainan tanda vital pada ibu dan janin
• -monitor tanda tanda persalinan
• -monitor denyut jantung janin
• -identifikasi posisi janin dengan USG
• -identifikasi pendarahan dengan pascapersalinan
• TERAPEUTIK
• -siapkan peralatan yang sesuai , termasuk monitor janin , ultrasound, mesin
anestesi,persediaan resuitasi neonatal , forceps, dan penghangat bagi extra
• -dukung orang terdekat mendampingi pasien
• -gunakan tindakan pencegahan universal
• -lakukan perineal scrub
• -fasilitasi rotasi manual kepala janin dari oksiput posterior, ke posisi anterior
• -lakukan amniotomi selaput ketuban
• -fasilitasi tindakan forceps atau ekstraksi vakum ,jika perlu
• -lakukan resusitasi neonatal ,jika perlu
• -fasilitasi ibu pulih dari anestesi ,jika perlu
• -motivasi interaksi orang tua dengan bayi baru lahir segera setalah persalinan
• -dokumentasikan prosedur(mis. anestesi, forceps, ekstraksi vakum, tekanan
suprapubik , manuver mc robert , resusitasi neonatal)
• EDUKASI
• -jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
• -jelaskan karateristik bayi baru lahir yang terkait dengan kelahiran beresiko tinggi
(mis,.memar dan tanda forceps)
• KOLABORASI
• -koordinasi dengan tim untuk standby (mis neonatologis,perawat intensif
neonatal,anestesiologis)
• -kolaborasi pemberian anestesi maternal , sesuai kebutuhan
• Dx :Risiko cedera pada janin ditandai dengan besarnya ukuran janin,
malpoisisi janin,nyeri pada jalan lahir.
• Kriteria hasil :

• -Kejadian cedera dan luka lecet menurun dengan skala 5, dimana rentang
skala 1-5 1(meningkat) 2(cukup meningkat) 3(sedang) 4(cukup menurun
5(menurun) dengan Ekspetasi Menurun

• Frekuensi nadi membaik dalam skala 5 dimana rentang 1-5, 1(memburuk)


2(cukup memburuk) 3(sedang) 4(cukup membaik) 5(membaik)
intervensi "pemantauan denyut jantung janin"
• OBSERVASI
• -Identifikasi status obstertik
• -Identifikasi riwayat obstertik
• -Identifikasi adanya penggunaan obat, diet dan merokok
• -Identifikasi pemeriksaan kehamilan sebelumnya
• -Periksa denyut jantung janin selama 1 menit
• -Monitor denyut jantung janin
• -Monitor tanda vital ibu
• TERAPEUTIK
• -Atur posisi pasien
• -Lakukan manufer leopold untuk menentukan posisi janin
• EDUKASI
• -Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• -Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
• Dx :Resiko infeksi ditandai dengan peningkatan paparan organisme pathogen
lingkungan
• Kriteria hasil :
• -demam , kemerahan, nyeri, bengkak menunjukan skala 5 . rentang skala 1-5
dimana skala 1(meningkat) skala 2(cukup meningkat) skala 3(sedang) skala
4(cukup menurun) skala 5 (membaik) dengan ekspetasi Menurun

• -kadar sel darah putih dalam skala 5 (membaik) dengan rentang skala 1-5
dimana skala 1 (memburuk) 2(cukup memburuk) 3

• (sedang) 4 (cukup membaik) skala 5 (membaik) .kultur area luka membaik


intervensi "pencegahan infeksi"

• OBSERVASI
• -monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
• TERAPEUTIK
• -batasi jumlah pengunjung
• -berikan perawatan kulit pada area edema
• -cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien danlingkungan
pasien
• -pertahankan teknik aaseptik pada pasien berersiko tinggi
• EDUKASI
• -jelaskan tanda infeksi
• -ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
• -ajarkan etika batuk
• -ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi
• -anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
• -anjurkan meningkatkan asupan cairan
• KOLABORASI
• -kolaborasi pemberian imunisasi,jika perlu
•PEGEL LHUR

Anda mungkin juga menyukai